Sekujur tubuhnya dipenuhi oleh keringat, napasnya terengah-engah. Nio berdecak lalu mulai ikut duduk disamping Alex. Tanpa perasaan Nio merebut botol air dari genggaman Alex. Sedangkan sang empu hanya bisa memutar bola matanya malas melihat kelakuan sahabatnya, sudah biasa."Sialan emang Pak Harno! Kenapa gak bilang dari kemarin kalo mau latihan," tukas Nio, "pinjem hp lo, gue mau telpon abang gue!"
Fajar mendengus, lalu memberikan ponselnya yang sejak tadi ia pegang kepada Nio. "Emang hp lo kemana?"
"Lowbat," jawab Nio singkat.
Riko mengerutkan dahinya terlihat sedang berpikir.
"Oh ya, jadi adek lo tadi pulang sama siapa?"Nio melotot, "astaga... Gue lupa gak nyamperin Beby. Ah sial!"
Dengan cepat, Nio bangkit dari duduknya membuat Fajar segera mencekal tangan sahabatnya.
"Lo mau kemana bege,"
"Nyamperin adek gue lah" sewot Nio.
"Lo punya otak tuh dipake, ini udah malem gak mungkin kalo Abi masih nungguin lo," tandas Alex yang tak habis pikir dengan tingkah Nio. Panggilannya terhadap Beby pun masih sama, 'Abi'. Karena yah... walaupun sudah tau jika nama panggilannya 'Beby' Alex sudah terlanjur memanggilnya 'Abi' sejak pertama kali, jadi keterusan sampai sekarang.
Riko mengangguk menyetujui perkataan Alex, "bener Yo, kali aja adek lo tadi nebeng atau dianterin sama temennya."
Nio menghela napas panjang. Segera ia mengetikkan sesuatu di ponsel Fajar dan ketika terdengar suara tersambung, Nio mendekatkan ponsel ke telinganya dengan wajah gelisah.
"Halo abang,"
'Hm?'
"Beby udah pulang?" tanya Nio cemas.
'Sudah, tadi kenapa Beby pulang sendiri? Kamu kemana?'
Nio menghembuskan napas lega ketika mendengar hal itu, "sori bang, Nio lagi latihan gak sempat nemuin Beby. Apalagi hp aku mati, ini aja minjem sama temen."
'Oh.. Lain kali kalo ada urusan mendadak tetep sempetin ngabarin abang dan kalo bisa Beby kabarin lebih dulu. Kamu kalo sekolah bawa hp cadangan, hp kamu gak cuma satu.'
Mendengar nasihat dari abangnya membuat Nio meringis merasa bersalah. "Iya, maafin Nio bang. Janji gak di ulangin lagi," ujar Nio.
'Iya, abang tutup dulu lagi repot nih.'
Tanpa menunggu jawaban dari Nio, orang diseberang sana mematikan ponselnya membuat Nio berdecak sebal. Lalu ia melemparkan ponsel yang dipegangnya ke pemiliknya yang langsung ditangkap oleh Fajar.
"Sialan! Main lempar-lempar aja!" Tukas Fajar.
Nio terkekeh tanpa merasa bersalah, "kalau jatuh yah gampang, tinggal gue beliin yang baru."
Fajar mencibir.
"Gimana? Udah pulang kan Abi-nya?"
"Kata bang Dion sudah, syukur deh."
Riko mengangguk lalu ia menoleh ke arah Fajar.
"Jar, chat El gih suruh ke kafe biasa. Kita ngumpul sebentar," ucapnya sembari berdiri dari duduknya dan mengambil bola basket didekat Nio lalu melemparnya ke keranjang yang berukuran besar bersama sekumpulan bola lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beby and Brother's [TERBIT]
Teen FictionBeby Abigail, si gadis polos nan lugu, hidupnya berubah menjadi 180 derajat ketika mamanya tiba-tiba menikah dengan seorang pengusaha kaya raya. Bahkan Beby harus dibuat lebih terkejut lagi ketika mempunyai empat sosok abang dengan kepribadian yang...