Bab 15

162K 15.5K 1.1K
                                    


"Kok bawa dua?" Damian melirik dua bekal yang dimasukkan Beby ke dalam kantong kecil.

Beby mengangguk tanpa menoleh ke arah Damian yang berada dibelakangnya, "iya buat bang Azka."

Dahi Damian mengerut, tangannya tak berhenti menyisir rambut pendek Beby yang terurai indah. "Azka?"

Pertanyaan Damian tentang Azka membuat Beby segera menoleh, "iya abang, kan bang Azka gak pernah ikut sarapan."

Ah... Damian bahkan baru menyadari jika Azka tak pernah ikut sarapan pagi dan makan malam semenjak Tori pergi ke Amsterdam. Mungkin ia terlalu sibuk ingin memanjakan adik perempuannya sampai-sampai lupa dengan keberadaan adiknya yang lain. Apalagi ia juga baru menyadari jika ia tak pernah menjumpai Azka di mansion.

Huh! Mungkin ia harus mendekati adik-adiknya untuk mengobrol ringan seputar keseharian mereka.

Damian meletakkan bando berwarna putih polos diatas rambut Beby kemudian kembali menyisir. Selesai, Damian menyodorkan sisir kepada pelayan yang kebetulan lewat.

Mereka baru saja selesai sarapan berdua. Dion dari kemarin mungkin masih marah pada Beby, lebih tepatnya merajuk. Ia masih berada didalam kamarnya.

Sementara Nio subuh tadi sudah berangkat ke Bandung untuk mengikuti perlombaan bola basket.

"Beby mau anterin sarapannya bang Dion!"

Damian menarik tangan Beby membuat tubuh Beby kembali duduk. "Gak usah nanti dia bisa ambil sendiri."

"Tapi ab——"

Damian menaruh jari telunjuknya didepan bibir Beby agar tak bersuara lagi.
"Udah, sekarang kita berangkat."

Beby merengut lucu tapi ia tetap menuruti kata Damian. Ia berdiri dengan menenteng kantong kecil yang berisi bekal. Sedangkan tasnya dibawa oleh abangnya.

Damian terkekeh melihat wajah menggemaskan adiknya, tak segan ia mencubit hidung mungil Beby.

Pasca masalah kemarin, Damian marah apa yang menimpa adiknya. Ia bahkan sempat memarahi Nio karena tak becus menjaga Beby. Memang itu hanyalah masalah sepele tapi jika terus dibiarkan, masalah sepele itu akan menjadi masalah besar.

Damian bahkan juga sempat ingin menyogok sekolah itu untuk mengeluarkan murid yang berani terhadap adiknya. Tapi akalnya menolak, karena ia tahu jika sekolah itu punya peraturan tersendiri. Dan inilah kenapa Damian dulu menolak mentah-mentah ketika Tori akan memasukkan Beby ke sekolah itu. Sebab MHS tak bisa Damian seenaknya kendalikan.

Tapi syukurlah, Beby bahkan masih bersemangat untuk masuk sekolah. Tak ada raut takut atau trauma diwajah Beby.

Dengan sedikit melirik ke samping, Damian mengelus sayang kepala Beby.

"Nanti sehabis sekolah Beby ke kantor abang ya," kata Damian dengan pandangan yang kembali fokus ke depan.

Mendengar hal itu membuat Beby mengernyit, ia menatap Damian yang fokus menyetir. "Kantor abang? Ngapain?"

Damian tertawa kecil, "makan siang sayang."

Gadis itu ber-oh-ria sembari mengangguk-anggukan kepalanya.

Sesampainya didepan sekolah, Beby segera melepaskan seatbelt dan akan membuka pintu mobil jika saja Damian tak menguncinya.

"Ihh abang buka." Beby menatap kesal Damian.

Hal itu malah membuat Damian tertawa melihat ekspresi lucu adiknya. "Beby melupakannya lagi," Damian mengetuk-ngetuk pipinya sendiri dengan ujung jari telunjuk.

Beby and Brother's [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang