Bab 11

176K 16.9K 2.8K
                                    


Gedung-gedung berjejer rapi adalah hal pertama yang menyambut kedua manik Beby. Mulutnya membulat kecil takjub. Apalagi gedung yang berada dihadapannya itu jauh lebih tinggi dan besar daripada gedung-gedung disebelahnya.

Beby menengok ke belakang dimana terdapat sopir pribadi Tori yang masih didalam mobil. "Pak Agus, Beby masuk dulu ya," seruan Beby mendapat anggukan dari pria paruh baya itu.

Dengan langkah penuh semangat, Beby memasuki lobi dengan tangan menenteng tas kantong yang berisi makanan.

Beby segera berjalan menuju meja resepsionis.

"Permisi mbak, Beby mau tanya bang Dami ada dimana?"

Resepsionis yang bername tag Adelsa kini mengalihkan pandangannya yang sejak tadi tak luput dari komputer di mejanya. Adelsa mengernyit ketika menemukan gadis mungil yang mengerjap lucu menatapnya berada diseberang meja. Lalu dia tersenyum ramah.

"Maksud adek, pak Damian?" tanya Adelsa meyakinkan pendengarannya.

"Uh.. Iya" Beby mengangguk.

"Apa adek sudah membuat janji dengan beliau?"

Kening Beby mengerut. "Janji?"

Resepsionis itu tersenyum.

Sejenak Beby berpikir, waktu bertelepon, Beby dan Damian tak ada yang mengucapkan janji. Tapi kan Damian juga setuju jika Beby akan bertandang ke kantor Damian untuk mengantarkan sarapan.

"Tadi Beby su--"

"Beby?"

Beby menoleh ke asal suara. Dan Beby memiringkan kepalanya ketika mendapati seorang pria dengan kacamata membingkai matanya yang tak Beby kenal itu melangkah ke arahnya.

***

Damian dengan sibuk membolak-balik berkas yang berada dimeja, dengan senyuman tertahan dikedua sudut bibirnya.

Ah... Dia menjadi tak sabar bertemu dengan adik imutnya itu.

Tok.. Tok.. Tok

Ketukan pintu membuat fokus Damian teralihkan. Ia segera mendongak memandang pintu. Berdehem sejenak, "masuk!" titahnya.

Gani, sekretaris sekaligus merangkap sahabatnya itu membuka pintu dengan menggandeng seorang gadis mungil. Tadi memang Damian meminta Gani untuk menjemput adiknya di lobi.

"Dam, nih gue udah bawa dedek emes." Kata Gani non formal mengingat mereka hanya berdua, eh... bertiga dengan Beby.

Beby tersenyum lebar ke arah abangnya kemudian menoleh ke arah Gani. "Makasih kak udah anterin Beby!"

Mendengar ucapan lucu Beby, Gani menjadi gregetan sendiri. Tak tahan ia mulai mencubit kedua pipi gembil Beby.

"Aduh... Imutnya."

Netra hitam Damian semakin memandang tajam melihat interaksi sekretaris dan adiknya. Perasaan tak suka mulai merayap dihatinya. Damian dibuat melotot kala sahabatnya itu malah semakin menjadi dengan memegang dan mengusap rambut Beby.

Benar-benar tak bisa dibiarkan!

Damian berdehem keras menyadarkan sekretarisnya. Dan Gani harus susah payah menelan ludahnya ketika disuguhkan tatapan maut oleh atasannya itu.

Beby and Brother's [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang