Bab 9

169K 17K 1K
                                    


Beby menautkan jemarinya yang berada diatas paha. Sesekali melirik Dion yang sedang fokus menyetir dengan tatapan lurus kedepan. Hanya ada keheningan diantara mereka.

Kemudian Beby melemparkan pandangannya ke jendela mobil yang berada di sampingnya. Ia termenung. Banyak pertanyaan memenuhi otaknya. Namun ia hanya bisa memendam pertanyaan itu untuk dirinya sendiri.

Dahi Beby terlipat saat mobil Dion berhenti didepan kedai. Ia segera menoleh saat mendengar pintu mobil tertutup. Dapat ia lihat, Dion mengitari mobil tersebut dan membuka pintu mobil sebelah kiri tepatnya disisi Beby.

"Ayo,"

Beby tersentak, "ah.. Iya." Dengan tergesa-gesa Beby melepas seatbelt yang terpasang dibadannya. Lalu menerima uluran tangan Dion.

Mereka berjalan beriringan menuju kedai dengan tangan bergandengan.

Mata coklat muda Beby membulat ketika tahu jika kedai yang mereka tuju adalah kedai es krim. Binar senang tampak jelas dikedua matanya.

Dengan tangan yang masih bertautan, Dion membawa Beby untuk memesan.

Setelah beberapa menit, nampak Dion membawa semangkuk es krim strawberry dan mengajak Beby untuk duduk dimeja kosong.

"Abang gak pesen?" Beby bertanya di sela suapan pertama dengan canggung.

"Gak usah, buat Beby aja" kata Dion sembari mengeluarkan ponselnya dari saku celana.

Beby mengangguk. Kemudian menyendok dengan ukuran besar es krim strawberry lalu mengacungkan ke wajah Dion. "Abang mau?" tawar Beby.

Dion mendongak, mengalihkan tatapannya dari ponsel. Lelaki itu menggeleng dan tersenyum simpul.

Raut wajah kecewa langsung muncul di wajah imut Beby, ia melahap es krim itu kasar dan menelannya. Lalu bergidik karena dingin yang melanda tubuhnya--luar dan dalam.

Sementara Dion yang melihat itu terkekeh pelan. Diam-diam ia memotret wajah Beby yang sedang mengerut lucu.

Lalu tanpa banyak bicara, Dion memajukan tubuhnya yang terhalang meja. Wajahnya mendekat, jari jempolnya mengusap noda es krim disudut bibir Beby. Di akhiri dengan kecupan kecil dihidung mancung adiknya.

Beby terkesiap.

***

Gadis mungil itu menginjakkan kakinya memasuki rumah dengan senyuman yang tak luntur dari wajahnya.

Hatinya diliputi rasa senang yang amat luar biasa.

Hari ini ia menghabiskan waktu dengan abangnya, Dion. Walaupun hanya dua jam tapi mampu membuat Beby bahagia.

Karena ada urusan mendadak, Dion hanya mengantarkan Beby dan langsung melajukan kembali mobilnya ke jalan raya.

Beby mengernyit heran ketika mendapati suasana rumah yang terlihat sepi. Ia berjalan menuju dapur. Dan menemukan mbok Reti yang sedang sibuk dengan penggorengan.

"Mbok, semua orang kemana?" Beby menepuk bahu mbok Reti.

"Eh.. Copot... Copot itunya," latah mbok Reti terkejut. Ia berbalik dan menghembuskan napas ketika mandapati nona mudanya memandangnya polos.

"Aduh.. Non, ngagetin aja" Ucap mbok Reti mengusap dada.

"Hehe maaf mbok," Beby menggaruk pipinya yang tak gatal. "Beby mau tanya, semua orang pada kemana?" lanjutnya.

"Oh, belum pada pulang non. Tadi den Dami sempat kerumah katanya ada yang ketinggalan. Terus kalo tuan dan nyonya lagi pergi."

"Pergi kemana?"

"Katanya sih, pergi ke amper.. amper apa gitu non. Perginya sudah satu jam yang lalu kayaknya non." Beby hanya mengangguk mendengar ucapan mbok Reti. Lalu ia pamit untuk pergi ke kamarnya.

Mungkin nanti ia bisa bertanya pada Nio atau Dion?

Beby menaiki tangga dan berjalan menuju kamarnya.

Ia hendak membuka knop pintu, sebelum kakinya seperti menendang sesuatu.

Kepala Beby menunduk dan keningnya berkerut. Ia mengambil benda yang bahkan tak ia sadari, berada didepan pintu kamarnya.

Beby membolak-balikan benda itu.

Sebuah kotak kecil yang terbungkus dengan kertas kado dan dihiasi pita.

Beby mengendikan bahunya dan membawa kotak itu masuk ke dalam kamar.

***

"Yo, hp lo bunyi tuh."

Panggilan itu membuat Nio menoleh ke arah Fajar. Ia melempar bola basket ke arah temannya dan berjalan menuju bangku penonton sambil menyeka keringatnya yang menetes didahi menggunakan ujung kaos.

Nio meraih ponselnya yang ia letakkan diatas tasnya. Ia melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Lalu menekan tombol hijau.

"Halo pa," sapa Nio.

'Nio, papa sama mama pergi ke Amsterdam. Tolong ya kamu jaga Beby, sekarang papa cuma bisa mengandalkan kamu.'

Nio mengangguk walau Tori yang berada diseberang sana tak dapat melihatnya.

"Oke, tapi emang papa disana ngapain?"

'Kerjaan. Papa tutup dulu, pesawat mau take off'

Pippp...

Belum sempat Nio mengeluarkan suara telpon di seberang sana dimatikan membuat Nio mendengus. Lalu memasukkan ponselnya ke dalam tas. Dan mendekati para temannya yang sedang berkumpul.

Nio mengambil botol air dari genggaman Fajar, membuat sang empunya mengumpat. Nio hanya tertawa.

Fajar mendengus, memilih mengalah dan mengambil botol air lagi.

"Yo, beneran si Abi itu adik tiri lo?"

Pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkan Alex mampu membuat Nio menyemburkan air yang belum sempat ia telan dan tepat mengenai wajah Fajar yang baru saja datang mengambil air dingin. Berhasil membuat Fajar mencak-mencak dan mengeluarkan segala jenis isi kebun binatang.

"Lo masih ngira Beby pacar gue?" tanya Nio tanpa mengindahkan umpatan Fajar yang ditujukan pada dirinya.

Alex memutar bola matanya malas, "Yah gak lah!"

"Saat pertama kali lihat, gue malah ngiranya dia kembaran lo secara garis wajah lo rada mirip Abi."

Perkataan Alex mampu membuat Nio terhenyak.



Tbc

Lanjut???
Vote dan komen dulu lah😃😉
Ehe.

Kamis, 7 Mei 2020

alalaylay

Beby and Brother's [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang