Abang Nio
***
Motor yang membawa Nio dan Beby berkeliling terhenti didepan kafe yang cukup ramai pengunjung. Nio segera membawa motornya diparkiran yang sudah disediakan.
Dengan cekatan Nio membantu Beby turun dari motor besarnya—Nio tadi berubah pikiran dan menyuruh Beby untuk ganti baju serta memakai celana jins mengingat ia akan memakai motor—tak lupa melepaskan helm yang dipakai adiknya. Kemudian Nio merapikan poni Beby yang agak berantakan. Setelah selesai, Nio juga melepaskan helm dikepalanya.
"Kita mampir disini dulu, abang laper, pasti Beby juga belum makan siang kan?"
Beby bergumam setuju.
Mereka pun memasuki kafe itu, mereka sempat menjadi pusat perhatian tapi tak lama pengunjung kafe kembali ke aktivitas mereka masing-masing. Nio mengedarkan pandangannya mencari tempat duduk yang kosong. Dan ia segera menggandeng tangan Beby agar mengikutinya ketika ia sudah menemukan tempatnya.
"Beby mau pesen apa? Biar abang yang mesen." Nio menyuruh Beby untuk duduk.
"Samain aja bang," jawab Beby.
"Oke, abang tinggal dulu. Beby tunggu sebentar ya."
Setelah mendapatkan anggukan dari Beby, Nio segera pergi untuk memesan. Hanya butuh lima menit, Nio kembali ke tempatnya.
"Beby seneng gak tinggal dirumah?" tanya Nio sambil mendudukkan bokongnya di kursi.
"Belum ada sehari Beby tinggal bang," sungut Beby sebal.
Nio tertawa kecil. "Beby senang tinggal disana, tapi Beby takut ada orang yang gak suka dengan kehadiran Beby maupun mama" gumam Beby pelan, tapi masih bisa didengar oleh telinga Nio.
Setelah semalaman mereka bertukar cerita, Beby menjadi sedikit terbuka dengan Nio. Mungkin karena sifat Nio yang ramah dan nyaman untuk tempat curhat. Nio pun cukup senang dengan hal itu, dia juga memang sudah menerima keberadaan Beby dan Ayu. Apalagi cowok itu sangat menginginkan sosok adik perempuan agar ia bisa bermanja dengannya.
"Maksud Beby, bang Dion dan bang Azka?" Tebak Nio, sementara Beby hanya diam tak memberi jawaban.
Mengerti. Nio menghembuskan napas berat, merutuki sifat abang-abangnya yang kelewat apatis itu didalam hati. Nio heran dengan Dion, abangnya satu ini sangat menginginkan adik cewek apalagi saat Dion masih SMA dia bahkan menyuruh Tori menikah lagi dengan siapapun itu asal keinginan Dion terkabul. Dan lihatlah, papa mereka sudah menikah kembali dengan janda yang memiliki anak perempuan, tapi kenyataannya Dion tak seantusias dulu saat ingin punya adik.
Nio kembali menatap Beby, "hey... Kata siapa ada yang gak suka sama Beby?!" Nio menggenggam tangan Beby yang berada diatas meja. "Mereka tuh cuma malu tapi mau. Beby gak usah khawatir sama mereka tapi Beby harus khawatir sama abang tertua."
Nio yang berucap dengan nada berapi-api itu sukses membuat Beby tertawa renyah.
"Hey... Abang ngomong serius loh ini kok malah diketawaain," rengek Nio seraya memajukan bibirnya dan melipat tangannya didada. Walaupun kini dia tengah menahan senyumannya ketika melihat tawa Beby.
Setelah tawa Beby sedikit mereda, ia menatap Nio "abang lucu," kekeh Beby. "Maksud abang bang Dami?" lanjutnya.
"Iya, Beby udah ketemu sama dia?" tanya Nio.
Beby mengangguk, "udah" jawabnya singkat.
Nio melotot. "Udah? Dia kelihatan suka gak sama Beby?" tanya Nio penasaran.
Beby terlihat berpikir sebentar, lalu ia menjawab. "Gak tau bang, bang Dami itu sedikit nyeremin. Tadi waktu Beby anterin sarapan ke kamar bang Dami malah disuruh tidur disana karena Beby takut jadi Beby tidur beneran deh."
Nio tercengang, dia tak tahu harus menangis atau tertawa mendengar lontaran polos Beby. Dia tak percaya kalau Damian menyuruh Beby tidur dikamarnya, pasalnya Damian bahkan tak akan membiarkan siapapun itu masuk kedalam kamarnya yang merupakan tempat pribadi, sekalipun Damian jarang tidur dikamarnya sendiri.
Nio hendak membalas ucapan Beby tapi tak jadi karena pelayan kafe datang membawa pesanan menginterupsi percakapan mereka.
Setelah mengucapkan terima kasih, Beby langsung melahap sepotong kue tiramisu. Nio yang melihat itu mengulum senyumnya.
"Beby suka kue nya?" Nio menyangga kepalanya, memperhatikan Beby yang terlihat menggemaskan saat sedang makan.
Beby mendongakkan kepalanya, "suka bang, kue tiramisu itu kue kesukaan Beby. Dulu saat mama pulang kerja, mama selalu bawa kue ini." Cerita Beby sembari menyeruput jus strawberry nya.
Lagi-lagi Nio dibuat tersenyum mendengar hal itu. "Kalo Beby suka, abang bis——"
"NIO!!"
Perkataan Nio terpotong oleh suara teriakan itu. Membuat perhatian pengunjung kafe teralihkan merasa terganggu dengan suara besar itu.
Nampak tiga remaja cowok berjalan menuju orang yang dipanggil salah satu oleh mereka, sambil mengucapkan kata maaf ketika melewati beberapa pengunjung yang masih menatap mereka risih.
Nio menggeram dalam hati, merasa malu ketika ia sendiri yang menjadi bahan teriakan itu.
"Tadi gue ajak nongkrong bareng temen-temen kagak mau, katanya ada urusan. Lah.. Kok Lo malah nangkring disini," omel cowok berambut kriting begitu sampai dihadapan Nio. Kemudian perhatiannya tertuju pada Beby yang duduk bersebrangan dengan Nio. "Wuih.. Siapa nih? Cewek lo?"
Sontak membuat ketiga cowok tadi menatap Beby. Sedangkan Beby, ia masih menyedot jus strawberry nya. "Halo!" Sapa Beby cerah.
⚫
⚫
⚫Tbc
Jangan lupa vote dan komen ya
Sabtu, 2 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Beby and Brother's [TERBIT]
Teen FictionBeby Abigail, si gadis polos nan lugu, hidupnya berubah menjadi 180 derajat ketika mamanya tiba-tiba menikah dengan seorang pengusaha kaya raya. Bahkan Beby harus dibuat lebih terkejut lagi ketika mempunyai empat sosok abang dengan kepribadian yang...