0

53 9 0
                                    

"Qiana ..," panggilan seseorang dari arah belakang membuat langkah dua anak perempuan yang sedang berjalan di koridor terhenti. Mereka menoleh ke belakang dan dilihatnya seorang laki-laki berjalan ke arah mereka.

Tiba di hadapan mereka, laki-laki itu menyodorkan sekotak susu dan roti untuk perempuan yang ia panggil dengan sebutan Qiana. "Buat lo," ucapnya dengan tersenyum ramah.

Qiana Agiva menerima dengan bingung. Ia tersenyum kikuk. Pertama, ia merasa aneh ketika panggilan 'Qiana' terdengar lagi. Pasalnya, ia lebih dikenal dengan sebutan Giva. Kedua, ia hanya mengenal--tunggu, Giva hanya sering melihat laki-laki ini tanpa mengenal namanya. Dan ketiga, kenapa tiba-tiba laki-laki ini memberinya sekotak susu dan roti?

"Buat gue?" Tanya Giva dengan alis mengernyit.

"Iya," jawab si laki-laki. "Kalo gitu gue duluan ya, Qi, Nin."

Belum sempat Giva mengucapkan terima kasih, laki-laki itu sudah pergi begitu saja dari hadapannya. Giva menoleh ke arah Ranin. "Lo kenal?"

"Kenal." Jawab Ranin. "Dulu satu kelompok pas MPLS."

"Namanya?

"Arga." Mereka melanjutkan perjalanannya menuju kelas dengan Giva yang masih kebingungan karena tiba-tiba saja diberi makanan oleh orang yang tidak terlalu ia kenal.

"Dia anak kelas 12 IPS 4, Gi." Jelas Ranin seolah menjawab kebingungan Giva. "Kita udah mau lulus dan lo masih aja nggak kenal sama orang di sekolah ini."

Bagaimana mau kenal dengan orang-orang. Untuk bangun dari tempat duduknya saja Giva malesnya setengah mampus.

"Gue tau dia, Nin. Sering liat kalo lagi sama Galen." Sahut Giva. "Gue cuma nggak tau namanya aja."

Giva meletakan susu beserta rotinya di meja ketika mereka sudah sampai di kelas. Sebelumnya, ia sempat membaca sticky notes yang tertempel di atas roti lalu menghela napas. Ada-ada aja. Gumamnya dalam hati

"Cie... dari siapa nih?" Tanya Shana penasaran.

"Gebetan baru." Ledek Ranin membuat Giva berdecak malas.

"Ngasal! Tau namanya aja baru."

Shana terkekeh. "Terus dari siapa dong?"

"Arga namanya." Jawab Giva.

"Arga temennya Galen?"

"Iya."

"Kok bisa?"

Giva mengangkat bahunya. "Nggak tau, Shan. Gue yang di kasih aja bingung."

"Mungkin suka sama Giva?" Tebak Ranin.

"Bisa jadi sih," sahut Shana. "Tanda-tanda mau pdkt biasanya kalo cowok begitu."

Giva hanya diam. Bingung harus menanggapi teman-temannya bagaimana. Masa baru begitu aja dibilang suka? Aneh. Bisa aja si Arga ini hanya mau berteman dengannya. Lagi pula, ia tidak mau memusingkan hal ini. Yang ada dipikiran Giva sekarang hanyalah kelulusannya. Ia tidak mau memikirkan hal lain. Sudah cukup dua tahunnya di kelas 10 dan 11 terbuang hanya karena masalah lelaki.

Giva tidak mau tertipu lagi.

~

~

~

sengaja pendek karna ini cuma awal dari interaksi Arga dan Giva.

our story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang