2

24 4 2
                                    

Giva kembali ke kamarnya setelah menyelesaikan makan malam bersama Ezra-Abangnya. Karena belum merasa ngantuk, ia membuka ponselnya untuk sekedar mendengarkan musik sembari melihat-lihat explore Instagram. Giva memutar lagu Edge of Desire milik John Mayer kemudian membuka Instagram-nya. Tadi sore, ia sempat mendengarkan lagu Edge of Desire juga dan merekam sepenggal untuk dibagikan ke Instastory- nya. Lagi-lagi, Giva mendapat respon dari teman-temannya yang mengatakan bahwa ia masih saja galau. Padahal, Giva hanya kebetulan saja sedang mendengarkan lagu itu tadi. Giva juga mengingat kalau dirinya sudah lama sekali tidak membagikan apapun di Instagram miliknya. Maka dari itu, ia iseng-iseng merekam.

Saat baru mulai melihat-lihat explore setelah membalas pesan dari Shana, sebuah notif muncul dari akun bernama argadelmora.

argadelmora : malem-malem ngegalau tuh emang enak ya

Giva mengernyit. Ini si Arga nggak liat apa kalau Instastory-nya sudah diunggah sejak tadi?

qianaagiva : itu kan tadi sore?

argadelmora : masa sih?

argadelmora : oh iya, nggak liat hehe

Tanpa sadar, Giva terkekeh. Tiba-tiba saja ia teringat saat Arga memberinya susu dan roti. Laki-laki itu juga langsung mem-follow Instagram miliknya di hari yang sama.

qianaagiva : btw, gue waktu itu belom bilang makasih loh

qianaagiva : makasih ya

argadelmora : sama-sama qiana

qianaagiva : giva aja

Giva sebenarnya paling malas jika di panggil Qiana. Tidak tau kenapa, rasanya aneh saja jika dipanggil dengan nama depan. Ia lebih suka orang-orang memanggilnya dengan sebutan Giva. Ya kecuali guru-guru yang memang lebih banyak mengenalnya dengan sebutan Qiana.

argadelmora : emangnya kenapa?

argadelmora : qiana kan juga nama lo?

qianagista : gapapa si. aneh aja soalnya denger di panggil qiana

argadelmora : oh gitu.  yaudah ntar deh gue usahain manggilnya giva

Lagi-lagi Giva terkekeh. Masa gitu aja di usahain? Memangnya susah?

qianaagivahahaha okay

"Sedih amat dibuat ketawanya sama handphone," celetuk Ezra yang baru saja masuk ke kamar Giva.

Giva meletakan ponselnya di nakas sambil menatap Ezra tidak senang. "Ngapain si? Kebiasaan banget masuk kamar orang nggak ketok dulu."

Tanpa mempedulikan protes adiknya, Ezra duduk begitu saja di sofa milik Giva. Laki-laki itu mengetikan sebuah pesan sebelum akhirnya memasukan ponselnya ke dalam saku celana.

"Besok bantuin gue pindahan dong." Ucap Ezra.

Giva terdiam. Mengetahui kalau abangnya akan segera pindah ke apartemen membuat ia benar-benar merasa di tinggalkan. Bagaimana bisa Ezra tega keluar dari rumah dan membiarkannya sendirian dengan keadaan yang kadang-kadang membuatnya jengah?

"Woi, Gi, kok diem?"

"Nggak bisa." Tolak Giva.

"Lah? Mau kemana lo emangnya? Biasa juga tidur-tiduran doang hari sabtu."

"Gue udah janji mau ikut nonton turnamen futsal sekolah gue."

"Yaelah, itu pagi, kan? Gue pindahan sore."

our story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang