3

18 2 0
                                    

Tepat pukul empat sore, Giva sudah rapih dan siap untuk pergi ke apartemen yang akan di tempati Abangnya. Tadi pagi, Ezra terlihat senang sekali saat melihat Giva yang tiba-tiba datang ke kamarnya untuk membantu mem-packing barangnya. Laki-laki itu tidak berhenti mengucapkan terima kasih dan mengungkap kalau ia sangat beruntung memiliki adik yang pengertian seperti Giva. Dan tentu saja hal itu membuat Giva mual abis.

"Yuk, Gi," ucap Ezra setelah selesai menaruh koper dan barang-barang pentingnya di bagasi.

Giva memasuki mobil diikuti Ezra yang juga menempati kursi pengemudi. Ia melajukan mobilnya keluar komplek.

"Kerumah Kyla dulu, ya," gumam Ezra. "Mau bantuin katanya."

Giva mendengus. "Kalo tau Kyla ikut, mending gue nggak usah ikut deh, Bang."

Kyla ini pacar Ezra yang kebetulan sepantar dengan Giva. Jadi, perempuan itu tidak perlu memanggilnya dengan embel-embel 'kakak'.

"Kan enak, Gi, kalo dia ikut bantu. Jadi cepet selesai."

"Iya sih. Tapi tetep aja males kalo ujung-ujungnya jadi nyamuk."

Ezra terkekeh. Ia mengulurkan tangannya untuk mengacak-acak rambut Giva. "Makanya, cari pacar."

"Yeee, nggak nyambung lo!"

"Move on lah, Gi."

Giva berdecak, sebal. Biasanya setelah seperti ini, Ezra akan menceramahinya habis-habisan dan mengungkit hal yang telah terjadi padanya. "Nggak usah bahas yang lain-lain deh, Zra."

Sulit memang melupakan seseorang yang langsung menjadi perhatiannya sejak pertama memasuki masa SMA. Itulah setidaknya yang Giva rasakan. Ia tidak pernah bisa menebak hal apa yang akan terjadi ke depannya. Tapi jika diberi kesempatan untuk mengulang apa yang pernah terjadi di hari kemarin, rasanya Giva ingin hubungannya dengan laki-laki itu tidak pernah ada.

☁☁☁

Suata kebanggaan bagi kelas 12 SMA 72 bisa ikut memenangkan pertandingan futsal untuk yang terakhir kalinya. Karena setelah ini, mereka tidak akan diberi izin lagi untuk mengikuti kegiatan yang tidak berkaitan dengan kepentingannya di kelas 12. Karena mereka harus fokus untuk mempersiapkan segala ujian yang sudah menantinya.

Arga keluar dari kamar mandi sambil menggosokan rambutnya yang masih basah. Ia mengambil ponselnya di atas nakas lalu mengetikkan pesan untuk Mamanya agar dibawakan makanan ketika  wanita itu akan pulang.

Setelah selesai dengan ponselnya, Arga menarik kaos abu-abu miliknya untuk dipakai. Kemudian, ia merebahkan dirinya di kasur. Melepas lelah karena pertandingan yang di mulai dari pagi hingga siang tadi.

Arga memejamkan matanya berniat untuk tidur sebentar. Namun, saat matanya terpejam, ia tiba-tiba saja teringat Giva. Semalam Arga sempat mengantar perempuan itu sampai ke rumahnya. Di awal, Giva menolak dengan alasan tidak enak. Namun, alasan itu tidak diterima Arga hingga akhirnya Giva mengalah dan mau untuk diantar. 

Arga berharap bisa bertemu Giva lagi di turnamen futsal hari ini. Tapi yang ia lihat tadi hanya Shana dan Ranin. Kemana perempuan itu?

Dengan iseng, Arga membuka Instagram. Kebetulan sekali Giva baru saja mengunggah sebuah foto bersama dua orang di Instastory-nya. Terbesit senyum tipis di bibir Arga ketika melihat foto Giva yang memanyunkan bibirnya di tengah-tengah dua orang itu. Lucu. Gumamnya dalam hati. Laki-laki itu menggeser layarnya ke atas lalu diam sejenak, memikirkan untuk mengirim pesan atau tidak untuk membuka obrolan.

our story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang