05 || Baper

205 136 51
                                    

Budayakan vomen❤

Jangan lupa klik bintangnya ya

✴✴✴✴✴

Jika magnitudo bintang adalah tingkat kecemerlangan suatu bintang, magnitudo berilmu adalah tingkat kegemilangan seseorang dalam bertanding dengan
seorang pengecut!

✴✴✴✴✴

Rapat rutin dengan anggota osis telah usai. Rachel melangkah menuju kearah gerbang untuk menghampiri pak Doni supirnya yang telah sampai untuk menjemputnya.

Sekolah sudah nampak sepi. Hanya ada beberapa anak laki - laki yang sedang ekstra futsal dilapangan. Rachel melihat jam tangannya, pukul 16.15. Sudah sore ternyata. Rachel pun mempercepat langkahnya.

"Rachel!" terdengar seseorang yang memanggil nama Rachel dari belakang.

Rachel berhenti dan membalikkan badan. Melihat siapa yang memanggil namanya. "Kak Aksa?"

Aksa berlari kecil menuju kearah Rachel saat ini. "Hay?" sapanya.

Rachel tersenyum tipis. "Hay juga kak" mencoba untuk bertanya maksud Aksa memanggilnya. "Ada apa ya kak?"

Aksa mengeluarkan buku cokelat dari dalam ranselnya. "Ini cuma mau ngembaliin buku kamu, tadi ketinggalan dimeja rapat"

"Yaampun iya aku lupa tadi" Rachel mengambil buku tersebut dari tangan Aksa. "Em, makasih ya kak. Jadi ngrepotin"

"Sama sekali nggak ngrepotin Rachel" ucap Aksa lembut.

Rachel tersenyum bahagia. Ada saja kejadian yang membuatnya menjadi dekat dengan Aksa sang doi. Apakah ini kebetulan? Ataukah sudah menjadi takdir Tuhan? Oh ayolah Rachel, jangan baper dulu!

"Mau langsung pulang ya?" tanya Aksa.

Rachel mengangguk. "Iya kak"

"Yaudah barengan sama aku aja gimana?" tawar Aksa.

Rachel membulatkan matanya. "Hah? Bareng sama kakak?"

Betapa bahagianya hati Rachel saat ini. Mendapatkan tawaran untuk pulang bareng sama doi. Ingin sekali Rachel mengiyakan ajakan tersebut jika saja sopirnya belum menjemputnya.

"Iya, naik motor aku"

Rachel memberi jeda, "Maaf kak, tapi aku udah dijemput sama sopir"

'Duh jangan nyesel ya ntar Rachel' Batin Rachel sengaja menguatkan dirinya sendiri.

Aksa memperbaiki letak ranselnya yang berada dipundak kirinya. "Oh gitu, mungkin lain kali. Mau kan?"

'Yaampun dia nawarin lagi, jangan sampai lepas Rachel!' Rachel berteriak dalam hati.

SchicksalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang