Budayakan vomen❤
Jangan lupa klik bintangnya ya
✴✴✴✴✴
Teka - teki ini bagaikan retoris. Tak perlu ada jawaban.
✴✴✴✴✴
Rachel melepas jaketnya setelah sudah berada didalam kelas. Cuaca hari ini sangatlah dingin. Mungkin karena hujan deras tadi malam. Melipat jaketnya dengan rapi kemudian memasukkannya kedalam laci mejanya.
Rachel berjongkok dan menjulurkan tangan untuk memastikan laci mejanya bersih dari kotoran. Pasalnya sang teman sebangkunya Efira, selalu memasukkan sampah bungkus makanan ringan kedalam lacinya.
Jika ditegur, alasannya karena ia tidak mau kena semprot oleh Pak Karim yang selalu mewajibkan setiap kelas bersih sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai. Rachel hanya menghela napas kasar memaklumi karakter Efira yang malas untuk membuang sampah pada tempatnya.
Seperti saat ini, ada lebih dari lima bungkus makanan ringan yang berbeda. Rachel memutar bola matanya. Mengeluarkan sampah dari dalam lacinya. Gerakannya terhenti saat ia merasa tangannya menyentuh sesuatu, bukan plastik bungkus makanan ringan.
Tangan Rachel mengambil benda tersebut. Sebuah amplop berwarna hitam. Tangannya membolak - balikkan amplop hitam itu. Ia mengernyit bingung, kenapa ada amplop dilacinya?
"Amplop? Maksudnya apa coba?"
Rachel mengedarkan pandangannya. "Punya siapa ya? Kenapa ada dilaci gue?
"Isinya apa ya?" Rachel menerawang amplop dengan sinar matahari yang menerobos jendela. "Kaya kertas deh. Eh, apa mungkin surat?"
Rachel meletakkan amplop tersebut dimejanya. Melihat kedalam laci Efira, hanya sekedar mengecek ada amplop seperti itu atau tidak. Namun tidak ada, ia beralih ke meja depannya, kedalam laci Lea. Namun hasilnya sama, tidak ada.
"Kok ga ada?" Rachel kembali kebangkunya. Memandang Amplop tadi. "Kenapa warnanya hitam? Aneh"
Rachel mengedarkan pandangannya lagi. Sekolahan masih sepi. Bahkan sendiri didalam kelasnya. Rachel tersadar, sekolah masih sepi, kemungkinan sipengirim amplop ini masih ada disekitar sekolah.
Tangannya memasukkan amplop tadi kedalam ranselnya. Dengan cepat Rachel melangkah keluar kelas. Celingukan memperhatikan keadaan sekitar. Hanya ada beberapa siswa yang baru datang. Tapi dia harus kearah mana? Sekolah ini luas, dan banyak jalan untuk keluar masuk sekolah.
Ia melangkahkan kakinya kearah kiri. Melangkah dengan tergesa - gesa. Kepalanya menoleh mengikuti arah pandang netranya. Dia berbelok. Menuju ke koridor utama. Namun, langkahnya terhenti saat berpapasan dengan Aksa.
Aksa mengernyit melihat Rachel yang berjalan dengan terburu - buru. "Hai? Ada apa? Kok buru - buru gitu?"
"Eh?" langkah Rachel terhenti. "Oh ini lagi nyari temen aku kak" Tidak mungkin kan kalo Rachel jujur sedang mencari si pengirim surat misterius itu.
Aksa mengangguk. "Kenapa harus buru - buru sih? Kan bisa santai"
Rachel tersenyum tipis. "Ah iya kak, soalnya mereka harus piket harian" Alibi yang masuk akal.
"Segitu tertibnya ya ketua Tatib" Aksa tersenyum bermaksud untuk menggoda Rachel.
Rachel menatap Aksa. "Kan memang udah kewajiban kak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Schicksal
Teen FictionBukan Elcathrina Rachel Atmaja namanya, jika tidak mencintai kedisiplinan, ketertiban, dan keadilan. Gadis yang hobinya merangkai kata kiasan agar menjadi sebuah puisi ini, tidak segan - segan melakukan hal konyol untuk mengingatkan sang Pelanggar...