Permainan mereka berakhir dan Akashi Seijuurou juga Kuroko Tetsuya bersiap sebelum pergi ke tempat janjian dengan Kise Ryouta. Kuroko masih kepikiran ucapan Aida Riko mengenai kaki Akashi yang sembuh dengan sendirinya itu.
Kau mengerti bukan? Sepenting apa dirimu baginya hingga cedera seperti ini dengan mudahnya sembuh dengan sebuah keajaiban?
"Ada apa, Kuroko?"
"Eh? Ah..." Kuroko terkejut saat surai merah kekasihnya memanggilnya. Kuroko ragu membicarakan perihal kaki Akashi atau tidak dengannya.
Kesembuhan kakinya terdengar sangat aneh.
"Kau kepikiran kakiku?"
"Eh?"
Seperti biasa, Akashi selalu jago membaca apa yang dipikirkan orang. Tidak, dirinya melihat apa yang dilakukan orang itu. "Coach bilang, kesembuhan kaki Akashi-kun berkat diriku."
Akashi mengerjap bingung. "Berkatmu?" Kuroko mengeryit khawatir dan mengangguk. "Kalau begitu kenapa raut wajahmu begitu?" tanyanya lagi.
"Ano, hanya saja-!" Kuroko menutup mulutnya, terkejut akan apa yang hendak diucapakannya. Terlalu seenaknya dan tak memikirkan perasaan Akashi sendiri. Akashi mengerjap terkejut, lalu tersenyum dan membalikan badannya.
"Anggap saja keajaiban kalau begitu."
Kuroko merasa Akashi memaksakan dirinya lagi menerima sikapnya barusan. "Bu-bukan maksudku-"
Kuroko bergidik. "Kuroko. Kise sudah menunggu. Segeralah bersiap."
Kuroko salah. Bukan saatnya mengkhawatirkan hal itu. Seharusnya dirinya senang bisa menjadi obat bagi setiap luka Akashi, baik yang bisa dianggap logis maupun tidak logis sekalipun.
Namun, kenapa dirinya malah berpikir itu adalah kesalahan?
"...hai."
Mereka sampai di studio bersama Kise. "Oyaji! Ini yang kumaksud!"
Fotografer itu merupakan pria besar dan agak gemuk namun cukup tampan. Dirinya bersiul melihat yang datang tidak hanya Akashi Seijuurou yang dimintanya, melainkan dengan keseluruhan dari Kiseki no Sedai sendiri.
"Oh, kau membawa semuanya ternyata." Ujar fotografer itu senang melihat generasi keajaiban datang semuanya.
"Eh?! Oyaji tahu?" Kise mengerjap terkejut.
"Kau pikir aku siapa? Kalian itu terkenal dan menjadi keharusan melihat profil kalian semua." Ujarnya terkekeh. "Aku akan mengambil bagian terakhir untuk sang kapten dan bayangan disana. Keduanya merupakan lawan sengit saat Winter Cup dua tahun yang lalu kan? Tak sabar!"
Kise melihat fotografernya begitu antusias dalam artian lain pada mereka. "Sayang sekali aku baru bisa mendapatkan berita itu sekarang." Tambahnya lagi. "Kalian bisa berkeliling dulu. Aku akan ambil bagianmu dan lelaki berambut biru tua itu, Kise."
"Ah, itu Aomine Daiki-ssu." Ujar Kise memberitahu.
"Oh, jadi aku duluan nih?" ujar Aomine dengan sikap bangga.
"Sekalian saja kayaknya-ssu."
"Kau menganggapku tambahan haa?"
"Awalnya kan hanya Akashi-cchi dan Kuroko-cchi-ssu!" Kise membela diri saat Aomine menatapnya kesal.
Fotografer bernama Fuji itu tertawa melihat keakraban Kise dan Aomine. Akashi menoleh dan menemukan beranda studio yang tergabung dengan kantin luar, berpikir untuk menenangkan diri akibat apa yang terjadi di apartemen bersama Kuroko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akakuro - Keseharian Cinta Itu
RomantizmKuroko melihat Akashi berdiri tak jauh dari dinding sebuah stasiun kereta di Tokyo, tanpa apapun yang bisa menghangatkan tubuhnya walaupun hari itu sedang dingin. Semenjak hari itu, Kuroko melihat sisi lain bagian Akashi setelah perjuangan mereka be...