Teladan 2

16 1 0
                                    

Part ini lebih banyak akan mengisahkan kondisi kedua orang tua Ardan, sebenarnya latar cerita ini si pak Bos Ardan sedang ada di jalan menuju lokasi rapat dengan direktur Rasyid Properti Pak Zulham, flashback terjadi ketika ia harus melewati tempat peristiwa yang mengubah prinsip dan pola pikirnya.
Oke langsung saja masuk cerita.

"berdasarkan pemeriksaan awal, ibu Aisyah mengidap penyakit kanker paru-paru" terang dokter.

Mendengar kalimat itu Aisyah dan Pak Danu seperti mendengar guntur disiang hari, untuk beberapa saat pak Danu terdiam, namun istrinya sudah berlinang air mata, bukan takut mengingat penyakit yang sudah dirasakannya sejak 2 tahun ini, namun membayangkan harus meninggalkan putra semata wayangnya yang masih kecil. Rasanya sungguh berat menghadapi ini.

"Tuhan menurunkan suatu cobaan pastilah tahu hambanya dapat menghadapinya" kalimat itulah yang menjadi pegangan Aisyah untuk menghadapi masalah itu.

Dua tahun semenjak dokter menyampaikan hasil pemeriksaan kepada Aisyah dan pak Danu, Aisyah hanya melakukan pengobatan alternatif tentu dengan biaya yang dapat mereka jangkau. Aisyah lebih memilih untuk melakukan perawatan seadanya ketimbang pengobatan yang mahal, dia lebih mementingkan Ardan harus bisa bersekolah agar masa depannya cerah. Titik.

"Assalamualaikum" salam dari Ardan memecah lamunan Aisyah.

"Waalaikum salam wr wb"Sambil menyeka air mata di ujung mata, Aisyah menjawab salam dari putranya yang kini kelas dua SD.

Belum sempat mengganti baju, Ardan langsung masuk ke kamar Ibunya, ia sekadar memijit-mijit sang Ibu, dari rona muka Ardan ada yang ingin disampaikan kepada ibunya, namun ia takut ibunya akan marah.

"ada apa nak? Ardan mau bilang sesuatu?" Naluri seorang ibu memanglah sangat tajam, Beliau bisa tahu kondisi anaknya dari hanya raut mukanya.

"Ardan mau bantu bapak ya bu, jualan koran, buat beli buku Ardan" dengan nada takut Ardan meminta restu kepada Ibunya.

Aisyah hanya terdiam tak mengiyakan dan juga tak menolak, ia sadar betul keadaan ekonomi keluarga saat ini, namun melepas anak sekecil itu untuk bekerja rasanya itu sungguh hal yang memalukan bagi orang tuanya.

"Koraaaaan, koran koraaannnn" suara kecil Ardan beradu dengan deru kendaraan bermotor di pertigaan dan di perempatan jalan.

Setelah meyakinkan ibunya dengan berbagai alasan akhirnya Ardan mendapat izin untuk membantu ayahnya. Niat hati Ardan uang yang dia dapat akan digunakan untuk menabung, guna membayar biaya obat sang Ibu.

Begitulah kisah Ardan menghabiskan waktu lengangnya sekarang, seorang anak kecil yang harus bertarung dengan kerasnya kehidupan.

Maaf partnya pendek, ini part yang menceritakan latar belakang kenapa Pak Bos Ardan punya sifat yang kaku dan keras, sepertinya ini akan lanjut sampe dua part ke depan, tapi akan ada selingan kisah di timeline saat Pak Bos Ardan sudah menjadi tajir melintir. Eiittzzz Pak Bos ini usianya baru 28 tahun lo, jomblo lagi. Karena baginya hidup itu kerja, kerja dan kerja.

Ngaji Yuk Bos [Bersambung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang