Prolog

33K 792 8
                                    

  Di pelataran salah satu sekolah negeri di kota ini tampak ramai. Banyak siswa yang berbondong-bondong untuk pulang. Namun, berbeda dengan seorang siswi berambut hitam nan panjang satu ini. Menunggu jemputan sudah menjadi rutinitas wajibnya di setiap harinya. Gadis itu mulai mendengkus sebal, karena ia tak kunjung di jemput. Padahal hari sudah mulai sore dan sekolah pun kini terlihat sepi. Gadis itu mencoba menghubungi kembali, namun tak ada jawaban dari sang pemilik handphone tersebut.

Gadis yang bernama Abriana Pratista ini sudah mulai lelah menunggu. Ia memutuskan untuk naik ojek online saja dibandingkan menunggu tanpa batas seperti ini. Saat ia akan pesan ojek online, mobil bewarna putih berhenti di depan nya. Pemilik mobil itu tak lain adalah kekasih nya yang bernama Kavindra. Dengan perasaan bersalah Kavin menghampiri Briana.

"Maaf aku telat menjemput mu, " Ucap Kavin dengan rasa bersalah yang memenuhi hatinya. Tak lupa ia juga membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Briana untuk masuk.
" Tapi kan Mas harusnya bilang lah kalau telat jemput, tau gitu tadi aku bareng temen ku aja" Jawab Briana yang masih merasa kesal dengan kekasihnya ini.
"Mas, gak tau bri kalau ada rapat mendadak" Jelas kavin pada Briana, sambil ia mulai mengendarai mobilnya.
"Tapi kan minimal mas itu kabari aku lah, apa gunanya handphone kalau buat ngabarin aja gak bisa," Cerca Briana pada Kavin. Sedangkan Kavin hanya bisa menghela nafas jika Briana sudah merajuk seperti sekarang ini. Bujukan pun tak akan mempan jika sudah dalam mode marah seperti sekarang.
" Mas minta maaf ya bri, lain kali mas bakal ngabarin kamu kok." Briana hanya menoleh sekilas ke arah Kavin setelah ucapan maaf terlontar lalu setelah nya ia membuang muka.

Dalam mobil ini tampak sekali aura ketegangan yang begitu mencekam. Tak ada lagi suara setelah ucapan maaf dari Kavin. Baik Briana maupun Kavin tak ada yang bersuara. Sampai mobil Kavin sampai di rumah Briana pun ia tak bersuara, mereka benar-benar melakukan perang dingin. Saat masuk rumah pun Briana juga masih mengacuhkan Kavin, sampai-sampai orang tua Briana heran dengan keduanya. Yang satunya diam dan langsung masuk ke kamar dan yang satunya lagi hanya menghela nafas kasar.

"Ada masalah apa, vin" Tanya ayah Briana pada pacar Putri nya tersebut.
Kevin pun menjawab pertanyaan ayah Briana "Briana salah paham, om." Ayah Briana masih belum sepenuhnya mengerti dengan apa yang terjadi. "Lah salah paham apa emang nya? "
"Tadi Kavin ada rapat dadakan om, terus lupa kabarin Briana." Jawab Kavin dengan pelan.
"Oalah vin, vin, kamu kan tahu sendiri kalau Briana itu paling gak suka yang namanya nunggu, kalau ngambek kayak sekarang mah om juga gak kaget. Tapi kamu harusnya kabarin dia lah, sesibuk apapun kamu."
"Iya, om" Jawab Kavin setelah mendengarkan jawaban ayahnya Briana. Ia tak menyanggah ataupun membantah nya, karena ia tahu kalau dirinya yang bersalah.
"Kamu pulang aja kalau gitu, keliatan capek kamu. Biar om aja yang bujuk Briana" Ucap ayah Briana pada Kavin. Kavin pun hanya mengangguk karena ia juga sudah merasa sangat lelah. Setelah itu Kavin pun pamit pulang pada orang tua Briana. Sebelum pulang ayah Briana menepuk pundaknya dan berkata "lain kali jangan kamu ulangin lagi." Kavin pun hanya dapat mengangguk pada ayah Briana.

Trepidation ✔ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang