Part 14

6K 236 4
                                    

" Hadirmu membawa bahagia baru di hidup ku walaupun itu tanpa harus kamu tahu."

Briana masih merasa heran dengan dengan tindakan Rajendra tadi, tidak menyangka saja dosen menyebalkan itu mau repot-repot mengantarnya. Padahal menurut para katingnya pak Rajendra itu orang paling tidak pedulian, namun kok itu rasanya berbeda dari apa yang dilihatnya tadi. Yang ia lihat tadi malah Pak Rajendra terlihat seperti seorang yang sangat peduli dengan orang lain, berbeda dengan apa yang di omongkan para katingnya.

Kini Briana mencoba untuk memejamkan matanya, namun rasanya sangat sulit sekali. Terlintas bayangan beberapa peristiwa yang beberapa bulan ini yang membuat hidupnya keluar dari jalurnya. Ada rasa tak terima dalam dirinya, entah Briana sendiri rasanya tidak paham. Padahal untuk beberapa kali Briana sudah mencoba mengalihkan pikirannya itu, namun hal itu seperti sia-sia. Banyak kenangan antara ia dan kavin muncul silih berganti seperti putaran kaset rusak.

Briana tak pernah mau menangisi keadaan yang kadang begitu kejam, karena Briana tahu menangis pun keadaannya tak mungkin bisa berubah. Percuma saja ia menangis jika semua tak akan kembali seperti semula. Dirinya dan Kavin tak akan pernah bisa bersama walau pun ia berusaha keras menentang keadaan. Karena Briana tahu terikat pun tak membuat Kavin bertahan dalam ikatan bersamanya. Buktinya Kavin bisa bermain api di belakangnya padahal semua orang pun tahu kalau dirinya dan Kavin terikat hubungan.

Sakit hati dan kecewa itu adalah hal yang pasti, apalagi saat dirinya akan memberi kan kejutan untuk sang kekasih. Namun dirinyalah yang di buat terkejut dengan kebenaran yang di sembunyikan  oleh sang kekasihnya itu. Rasa ingin menyangkal pada waktu itu pun tak membuat semuanya berubah. Berharap semua itu hanyalah sebuah kebohongan belaka pun pernah Briana harapkan. Tapi hal itu bukan lah penyelesaian dari masalahnya, mengakhiri hubungannya adalah keputusan paling tepat. Karena tak mungkin bagi Briana untuk hidup bersama laki-laki yang menanggung tanggung jawab lain.

~~~

Di sudut lain kota ini ada pria yang tengah menatap langit-langit malam dengan pandangan sendu, pria itu tak lain adalah Rajendra. Menatap langit gelap yang bertabur bintang adalah rutinitas harian Rajendra yang tak pernah ia lewatkan setiap malamnya. Mungkin hal ini yang mampu mengalihkan dan menenangkan pikiran Rajendra. Terkadang hal ini lah yang mampu meredam amarah Rajendra yang sudah ia pendam bertahun-tahun. Bagi Rajendra sangat lah mudah menyembunyikan rasa sakitnya selama ini. Tak ada yang tahu bahwa Rajendra keluar dari rumah terkutuk itu dengan rasa sakit yang teramat besar.

Merubah peran nya menjadi Rajendra dengan kepribadian lain itu bukan lah hal yang mudah. Belum lagi harus beradaptasi dengan kota baru, itu bukanlah hal yang mudah untuk Rajendra. Hidup dengan berbekal tabungannya dan kenekatan membuat Rajendra mencapai posisi ini. Bukan suatu yang mudah bagi Rajendra untuk sampai di posisi ini, banyak hal yang harus rela ia korban kan untuk pencapaiannya hari ini. Namun perjuangan Rajendra selama ini tidaklah sia-sia, karena kini Rajendra mampu berdiri dengan kokoh dengan kakinya sendiri.

Kini Rajendra tersenyum untuk pertama kalinya setelah sekian lama ia tak pernah menunjukan senyumannya itu. Senyum itu hadir ke permukaan karena mahasiswanya yang berbeda itu. Tak pernah ia sangka kehadiran Briana mampu mencuri perhatian seorang Rajendra. Apalagi beberapa kali Rajendra memergoki gadis itu melamun dengan pandangan yang menyiratkan luka yang teramat besar. Dari situlah perhatian Rajendra tak pernah terlepas dari Briana. Rajendra sendiri seakan tahu beban yang di tanggung oleh Briana, karena ia sendiri pernah ada di posisi itu.

Dari sanalah rasa peduli Rajendra pada Briana muncul secara tidak langsung, namun Rajendra tidak akan menunjukan hal itu secara gamblang di depan Briana. Malam ini pun di habiskan Rajendra memikirkan tentang Briana. Secara tidak langsung memikirkan Briana dapat mengalihkan pikirannya tentang kenangan buruk yang selalu saja menghantuinya. Bahkan angin malam saja bisa Rajendra hiraukan ketika pikirannya sedang penuh oleh hal apa pun tentang Briana.

Hingga malam pun semakin larut Rajendra masih betah duduk di balkon sambil menatap langit gelap. Sama halnya dengan Briana yang kini masih betah menatap langit gelap di balik jendela kamarnya. Entah hari ini adalah sebuah kebetulan belaka atau pun ketidaksengajaan yang membuat dua orang asing kini semakin dekat. Rajendra maupun Briana tak tahu kebetulan apa yang akan membuat mereka berada dalam permainan takdir. 

Trepidation ✔ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang