Pimpinan tempatnya kerja hari ini mengadakan rapat bulanan seperti biasanya, namun kali ini rapat diadakan sedikit berbeda karena tak biasanya diadakan secara mendadak. Kali ini seorang Kavindra tak ingin mengulang kesalahan yang sama. Kavin mengabari kekasihnya Briana kalau ia tak dapat menjemputnya. Sebenarnya Kavin sangat ingin memperbaiki hubungannya dengan Briana karena kesalahan pahamannya kemarin itu, namun lagi-lagi semesta seakan tak mendukungnya.
Rapat kali ini pun sungguh terasa menegangkan. Bagaimana tidak menegangkan jika rapat bulanan kali ini di hadiri beberapa pemimpin dari pusat. Rasanya sungguh tak terduga, apalagi untuknya yang masih menjadi bawahan. Namun alih-alih mendapatkan kabar buruk, ia justru mendapatkan kabar yang membuat semua heran. Gimana tidak heran jika ia tiba-tiba di angkat menjadi pemimpin Redaksi. Rasa bahagia jangan ditanyakan, tapi yang menjadi pemarsalahan nya adalah apakah ia mampu mengemban tugas itu. Pengalamannya di sini belumlah terlalu banyak, apalagi ia baru bekerja sekitar 3 tahun.
Para pemimpin menunjuknya tanpa tendeng aling-aling. Dan Kavin hanya bisa menerima jabatan barunya dengan penuh tanggung jawab. Rapat kali ini adalah rapat serah terima jabatan untuk beberapa devisi kerja. Ya banyak pemimpin yang diganti tanpa tahu sebabnya apa. Mungkin bagi Kavin itu terlalu tiba-tiba karena ia tak mempersiapkan sebelum nya, tapi bagi pemimpin pusat keputusan itu adalah pilihan yang sudah ditentukan.
Rapat pun akhirnya ditutup dengan penyerahan tanggung jawab baru bagi para pemimpin baru. Setelah rapat selesai Kavin buru-buru pergi untuk menjemput Briana. Kemungkinan kecil sih Briana mau menunggu nya, karena ia tahu Briana itu adalah orang yang paling tak suka yang namanya menunggu. Tapi ia akan mencoba peruntungan, siapa tahu Briana masih menunggu nya.
Kavin mengambil mobil nya yang ada di basement kantor. Dengan kecepatan sedang ia membawa mobilnya melaju ke sekolah Briana. Ya walaupun macetnya sore ini bisa dikatakan lumayan parah. Apalagi ia keluar waktu jam pulang kantor, ya harus sabar jika ingin pulang pada jam-jam seperti ini. Lumayan memakan waktu yang cukup lama untuk bisa sampai di sekolah Briana. Dan betapa beruntung nya Kavin, karena tak jauh dari pelataran sekolah ada Briana yang berdiri menunggu nya. Kavin langsung menghentikan mobilnya tepat di depan Briana, ia langsung keluar dan membukakan pintu mobilnya agar Briana langsung masuk.
" Masuk, Bri"ucap Kavin pada Briana. Dan setelah Briana masuk Kavin memutari mobil dan langsung masuk.
"Lama ya nunggu nya" Kevin bertanya lagi pada Briana.
"Ya kayak yang mas lihat" Jawab Briana apa adanya.
"Maaf ya Mas tadi habis rapat, Mas juga gak tahu kalau rapat nya bakal lama seperti ini" Jelas Kavin pada Briana. Ia tak ingin lagi ada kesalahpahaman antara ia dan Briana.
"Iya gapapa kok, untung nya mas ngabarin" Lagi-lagi Briana menjawab Kavin dengan suara yang enggan.
"Oh iya, Bri, kamu jadi keterima kuliah di mana?" Kavin bertanya lagi pada Briana.
" Aku di terima kuliah di Universitas A di Yogyakarta." Briana menjawab dengan rasa senang, karena ia sangat sangat mengidamkan-idamkan kuliah di kampus itu.
" Loh kamu kok gak bilan Mas dulu sih, Bri " Ujar kavin dengan rasa terkejut yang memenuhi hatinya. Apalagi ia tak akan tenang jika Briana harus tinggal jauh dari pandangan matanya.
" Kan aku mau bilang tapi waktu itu mas telat jemput nya, ya aku lupa lah" Jawab Briana dengan nada tak trima.
"Bukannya mas gak suka kamu kuliah di sana, Bri. Tapi apa gak bisa kamu kuliah di sini aja"
"Mas ini tuh bukan soal kampus nya aja, tapi ini tuh keinginan ku sadari dulu. Kamu gak bisa lah larang-larang aku, ayah sama Bunda aja dukung kok, malah kamu yang melarang" Jelas Briana pada kavin dengan syarat emosi yang tak bisa dibendung lagi.
"Mas bukannya larang-larang kamu, Bri. Mas dukung kok kalau itu mau kamu" Kavin menjawab dengan nada yang pelan agar tak menyulut api kemarahan Briana.
"Ya kan aku di sana tuh mau kuliah mas, cari ilmu bukan main. Jadi kamu harusnya ngerti dong"
"Iya mas ngerti kok, Bri" Jawab kavin dengan nada pasrah.
"Oh iya mas mau bilang ke kamu, hampir aja mas lupa."
" Mau bilang apa emang nya mas? "
"Mas diangkat jadi pimpinan Redaksi di kantor. "
"Wah selamat ya Mas, akhirnya cita-citanya mas kewujud" Ucap Briana pada Kavin dengan tulus. Kali ini Briana melupakan sejenak pertengkaran nya tadi.
"Iya, Bri. Mas aja masih kayak belum percaya loh " Ujar Kavin.
"Loh belum percaya kayak gimana sih Mas" Tanya Briana dengan heran.
"Ya kan mas itu termasuk pegawai baru, Bri. Rasanya kan kayak masih belum pantas menduduki jabatan itu. "
"Loh harusnya mas itu percaya dengan kemampuan Mas. Kalau bisa tunjukkan bukti kalau Mas itu layak berasa ada di posisi itu, bukanya ragu. Gimana sih Mas ini. " Omel Briana pada Kavin yang sedang dilanda keraguan itu.
" Iya Mas harusnya yakin ya, kan gak mungkin keputusan atasan itu salah " Jawab Kavin membenarkan argumen Briana.
"Nah itu baru namanya mas Kavin, yang tadi itu kayak bukan kamu. "
Kavin hanya tersenyum mendengar jawaban lucu Briana, tak lupa ia mengelus puncak kepala nya. Bahkan Kavin pun lupa jika mereka berdua tadi sempat bertengkar. Apalagi mereka tadi sempat beradu argumen yang tak mau di salah kan. Ya kadang Kavin sendiri merasa heran dengan hubungan yang ia jalani sekarang, kadang bertengkar setiap pertemuan kadang juga saling menasehati seperti ini tadi. Apalagi hubungan nya dengan Briana juga bukan hubungan yang baru, bahkan mereka sama-sama kenal dari kecil. Jadi tak mengherankan jika mereka sering terlibat cekcok padahal permasalahan nya itu tak terlalu besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trepidation ✔ [Terbit]
Literatura Kobieca|| COMPLETE || Jika terikat saja masih bisa membuatnya tidak setia, untuk apa memberinya kesempatan kedua jika akan berakhir sama. ~Abriana Pratista