" Tak pernah ada yang namanya kebetulan di dunia ini, yang ada itu adalah takdir yang sedang menyamar. "
Briana pun langsung kembali ke jogja setelah dari acara itu, ia tak mau menanggung resiko kena marah orang tua nya. Dalam perjalanan kembali ke jogja Briana langsung mendapat telepon dari orang tuanya tentang drama yang terjadi barusan. Bahkan orang tuanya tak memarahinya namun malah mengkhawatirkan dirinya. Briana juga menjelaskan semuanya kecuali kalau drama itu adalah hal yang ia sengaja, biarlah orang tuanya mengira itu tindakan inplusif dari Briana.
Hari-hari Briana pun kini kembali kerutinitas biasa, ia benar-benar melupakan ulahnya itu. Begiitu pula dengan Barga yang langsung kembali menjadi pengganggu hidup Briana. Mereka pun jarang bertemu karna jadwal kuliah yang cukup padat dan berbeda jadwal. Apalagi Briana mendapat tugas tambahan karena telat masuk kelasnya dosen rese itu. Tugas yang banyaknya gak kira-kira itu. Bisa mati kelelahan yang ada, apalagi dengan deadline yang sangat singkat.
Mau tak mau Briana harus segera menyelesaikan tugas tambahannya itu, jika tidak pasti akan di tambah dua kali lipat tugasnya. Briana pun harus mencari beberapa buku untuk referensi tugasnya, jadi keperpustakaan kampus menjadi pilihan Briana. Mengelilingi rak-rak buku dari satu ke rak yang lain, beberapa buku kini sudah Briana pegang. Entah buku-buku itu memuat materi yang Briana butuhkan apa tidak Briana sendiri tak tahu. Tak butuh waktu lama ia langsung mengerjakan tugasnya itu.
Di sudut lain perpustkaan ada Rajendra yang duduk menghadap leptop dengan beberapa buku yang tergeletak di mejanya. Di sana Rajendra sedang membuat soal-soal kuis untuk mahasiswanya, namun ada seseorang yang mengalihkan pandangannya. Siapa lagi kalau bukan mahasiswinya yang suka sekali melamun di kelas dan beberapakali datang terlambat dalam kelasnya. Mahasiswa nya itu memang menarik perhatian Rajendra sedari dulu, apalagi sikapnya yang berbeda itu yang membuat Rajendra tertarik.
Kini pandangan mata Rajendra tak bisa teralih dari mahasiswa yang sedang sibuk mengerjakan tugas tambahan darinya, apalagi Rajendra yang sedari tadi melihat mulut gadis itu berkomat-kamit. Rajendra pun juga tahu kalau sedari tadi gadis itu tak henti-hentinya menyumpahi dirinya, namun itu adalah kesenangan sendiri baginya. Melihat waktu yang ternyata sudah malam, Rajendra pun memutuskan untuk pulang. Belum lagi perpustakaan yang sudah sepi hanya tinggal beberapa orang saja termasuk gadisnya itu.
Rajendra pun menghampiri Briana yang duduk sendiri dan fokus berkutat dengan tugasnya. Rajendra menepuk bahu Briana pelan hingga membuat sang empunya menoleh. Melihat wajah terkejut Briana ketika melihatnya adalah hiburan tersendiri untuknya. Briana pun langsung mengembalikan ekspresi wajahnya saat melihat dosen nya itu. Briana pun dengan sangat enggan menanyakan tujuan dosennnya itu.
" Ada masalah apa ya,pak ?" Briana dengan sopan bertanya pada Rajendra yang kini berdiri tepat di sampingnya itu.
" Saya cuma mau ngiingetin pulang, udah malam gak baik perempuan malem-malem masih keluyuran." Rajendra mengucapkan itu dengan santainya. Sedangkan Briana yang mendengar hal itu langsung sangat terkejut, apalagi pak Rajendra ini terkenal sangat irit bicara.
" oh iya, pak. Ini juga saya mau pulang, nanggung kurang dikit lagi selesai pak." Briana pun menjawab ucapan dari dosennnya itu dengan takut-takut namun tidak samapai tergagap. Mendengar ucapan Briana itu Rajendra lansung duduk di bangku sebelah Briana.
" kalau gitu saya temani sampai selesai." ucap Rajendra final. Mendengar hal itu Briana kembali di buat terkejut oleh Rajendra. Tindakan tidak biasa dari Rajendra itu membuat Briana bingung bukan main.
" tidak perlu repot-repot, pak. Habis ini juga selesai langsung pulang kok, pak." Briana pun menolak dengan sopan, namun keputusan Rajendra ternyata sudah bulat. Apalagi melihat tatapan tajam Rajendra yang seakan menjelaskan ia tak mau di bantah. Akhirnya Briana pun membiarkan dosennnya itu menunggunya.
Briana pun langsung melanjutkan mengerjakan tugasnya hampir rampung itu dengan Rajendra yang menunggu dengan tenang di sebelahnya. Mereka berdua pun tak ada yang mau memecahkan keheningan yang terjadi saat ini. Sama-sama diam, yang satunya sibuk dengan tugasnya dan yang satunya sibuk dengan ponselnya. Lumayan lama Rajendra menunggu Briana selesai dengan tugasnya, setelah selesai Briana pun langsung buru-buru mengemasi barang-barangnya. Dengan secepat kilat Briana berkemas dan ingin lansung pergi dari hadapan dosennya ini. Tapi hal itu tak terjadi karena Rajendra lebih dulu mengeluarkan perintah bahwa Briana harus pulang di antar olehnya.
Awalnya Briana menolak perintah dari rajendra itu, karena ia sangat merasa tidak enak kepada sang dosen. Tapi dengan ancaman tambahan tugas akhir nya Briana dengan pasrah mau di antar pulang oleh Rajendra. Dalam mobil pun mereka saling diam menciptakan kecanggungan yang tidak berujung. Briana hanya membuka suara saat Rajendra bertanya ke mana jalan ynag harus ia ambil. Setelah itu pun mereka berdua kembali dalam keheningan lagi. Tak ada obrolan apa pun sampai Briana turun dari mobil Rajendra di depan rumah kost nya.Sehabis Briana turun dan masuk ke dalam kost nya, Rajendra langsung melajukan mobilnya meninggalkan pelataran ruah kost Briana. Dalam gelapnya malam Rajendra tersenyum lepas untuk pertama kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trepidation ✔ [Terbit]
Chick-Lit|| COMPLETE || Jika terikat saja masih bisa membuatnya tidak setia, untuk apa memberinya kesempatan kedua jika akan berakhir sama. ~Abriana Pratista