5) Temu Kangen

403 57 6
                                    

Han menemui Lino di ruang kerjanya. Dosen yang hampir kepala tiga itu dengan kerutan di dahinya tampak sedang berpikir.

"Loh sayang," Lino berucap ketika menemukan Han berada di depan pintu. Sedang menatapnya.

"Hayo, kalau di rumah kita janji tak akan membawa pekerjaan masing-masing loh," Han berbicara sembari terus mendekat.

Han berjalan menuju pantri kecil yang ada di ruangan itu, membuatkan kopi untuk sang suami dan tak lama kemudian, dia kembali ke tempat duduk Lino dengan membawa secangkir kopi.

"Ada masalah, hmm?" Setelah menikah, Han jauh lebih lembut dari sebelum mereka menikah. Seperti sekarang, ucapan Han begitu halus dan terlihat lebih menghargai Lino sebagai seorang suami yang harus ia patuhi.

Lino menggeleng pelan, tangannya membentang terbuka ke depan agar tubuh kurus Han dapat masuk ke dalam dekapannya.

"Kuatkan aku sayang," lirih Lino.

Tangan Han terulur mengusap rambut hitam lebat milik Lino perlahan.

"Kita cerita nanti di ranjang ya," Han berucap disela usapan tangannya.

Lino mengiyakan dengan masih mendekap pinggang ramping Han.

"Ngomong-ngomong, temanku kuliah  Satya mengajak kita nanti ikut reuni kecil-kecilan di kafenya cabang Surabaya yang baru dibuka. Kamu mau nganterin kan malam ini?"

Lino mengangguk, "Mau banget, lama tak kumpul bareng temanmu."

***

Singkatnya, mereka telah sampai di kafe milik Satya untuk bereuni kecil-kecilan seperti ucapan Han.

"HALO!!!!!! Selamat datang!!!" Teriakan Satya bergema di seluruh kafe ketika Lino dan Han baru saja memasuki kafe.

Sejak kapan Satya bisa berteriak sekeras itu?

Untung dia yang punya kafe jadi bebas.

"Kangen kangen kangeeeennn!!!" Han berucap terus menerus.

"Kak Candra mana ?" Tanya Han kepada Satya.

"Ada di belakang, sedang menyiapkan cemilan untuk kalian."

"Selamat datang!!!" Dari arah dapur, datang Candra dengan celemek biru di badannya tangan kanannya membawa camilan dan tangan kirinya menggandeng seorang putri yang cantik berumur tiga tahun.

Ya, Satya melakukan program surrogates dan itu pun yang dilakukan oleh Han tapi belum juga berhasil.

"Cani, cantik sekali~" Han berujar kemudian badannya terduduk, menjajarkan tinggi Caninda.

Caninda menjawab dengan senyum manisnya.

"Aigoo lucu sekali-" Han berucap sembari menyubit pipi gembul milih Caninda.

"Pipi gembul darimana ini? Papa dan mama kan cungkring-cungkring." Lino berujar dengan ikut menyubit pipi Caninda.

"Kalena Cani cuka makaan~" jawaban Caninda membuat seluruh penghuni yang ada di sana tertawa.

"Nak, bermain di belakang ya. Papa dan papi ingin mengobrol dengan teman papa ini," Candra berujar sembari menyisir rambut lembut Caninda.

Caninda pun mengangguk dan berlari menuju dapur untuk bermain lagi.

"Aigoo, pintar sekali uri Cani," Lino yang dari tadi diam, akhirnya ikut berucap.

Han melihat dengan tatapan sulit diartikan interaksi antara Lino dan Cani. Perasaan sedih menyapa Han.

Minggu Malam | minsung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang