9) Ceria

339 50 16
                                    

Ceria, jika dilihat tampak biasa saja. Wajah cantik nan rupawan milik perempuan berusia empat belas tahun itu mampu memikat seluruh atensi penonton. Apalagi dengan liukan lincah perempuan itu.

Musik berirama senada dengan gerakan perempuan cantik nan manis itu.

"CERI!!! SEMANGAATTTTT!!!" Han meloncat-loncat untuk menyemangati si perempuan.

Penari lincah itu makin mengepakkan senyumnya kala melihat bibir Han mengucapkan kata semangat. Pandangan si penari berpindah ke sebelah Han dan melihat Lino menepuk-nepuk tangan sesuai irama musik yang sedang berdendang, senyum penari itu makin lebar dan jadi lebih semangat untuk bergerak.

Musik berhenti dengan si penari yang menunduk dan mengucapkan terima kasih.

Ketiga juri berdiri untuk mengapresisi indahnya tarian si penari.

"Itu tadi tari kupu-kupu dengan penari bernama Ceria Putri Parveen!! Beri tepuk tangan yang meriah untuknya!!" Pembawa acara mengucapkan itu lalu perempuan cantik itu undur diri.

"You did well, Ceri, selamat sayang kamu berhasil tanpa kesalahan!!" Han langsung menghampiri Ceria yang sudah turun dari panggung dan mengerakkan tangannya untuk mengungkapkannya.

"Telima kacih mommy," Ceria membalas dengan ucapan dan pelukan sang mommy.

Di belakang Han, Lino pun mengucap hal yang sama dengan tangannya lalu tangan kanannya mengusap rambut sang putri.

"Telima kacih juga daddy," Ceria mengucap dengan terpatah-patah karena pelukan sang mommy yang begitu erat.

"Kamu terlalu erat memeluk Ceri, sayang," Lino mengingatkan berharap Han mau sedikit melonggarkan pelukannya.

"Mommy senang sekali," ciuman lembut Han layangkan pada sang putri.

***

Tangan Han tidak berhenti mengelus rambut putri sulungnya yang sedang memeluk piala bertuliskan juara satu dalam kategori solo tari kontemporer nasional itu. Lino yang sedang menyetir pun acap kali menoleh ke belakang untuk melihat dua kesayangannya sembari tersenyum.

"Setelah ini langsung pulang? " Han bertanya kemudian.

"Iya, kasihan Ceri sudah lelah."

Han menganggukkan kepala lalu pandangannya mengarah ke luar jendela mobil dengan pikiran kembali ke masa lalu.

Tepatnya, empat tahun lalu, ketika dia pulang dari dinas selama seminggunya dengan membawa seorang perempuan berusia sepuluh tahun.

***

"SELAMAT JUARA SATU!!!!!"

Meski tidak dapat mendengar ucapan pamannya, Ceria tetap tertawa bahagia.

Di depannya paman Ayen dan suaminya, Andra menyambut kemenangannya.

"Selamat keponakannya paman, kamu mau apa dari paman?" Ayen bertanya dengan bahasa isyarat yang memang sudah dia pelajari dari sang kakak.

"Ceri hanya mau paman Ayen bahagia dan terus menemani Ceri," Ceria menjawab dengan bahasa isyarat tanpa melepas senyum manisnya.

"Paman Ayen dan paman Andra akan selalu bahagia jika Ceri bahagia!! Jadi ayo bahagia bersama!!!" Berganti Andra yang menimpali dengan bahasa isyarat pula.

"CERI TERHEBAT!!!" Dua pasangan itu mengucap bersamaan yang ditunjukkan untuk penari kontemporer hebat mereka.

"Ceri pasti telah menyelamatkan dunia di masa lalu karena saat ini Ceria banyak mendapat bahagia setelah bertemu mommy Han," Ceria dengan tangannya mengungkapkan kalimat panjang itu dan dirinya langsung berhambur ke pelukan Han, pun dibalas dengan Han dan tiga manusia lain yang berada di sana.

Sungguh, bahagia datang dari hal kecil bersama orang terkasih.

***

Inget Ayen dan Andra?? Pasti inget kan yak😉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Inget Ayen dan Andra?? Pasti inget kan yak😉

Minggu Malam | minsung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang