8) Rindu

341 53 9
                                    

Lino sedang berdiri di teras rumahnya ditemani sekaleng bir ㅡya sayang sekali dosen kita ini adalah penikmat minuman keras jika sedang suntukㅡ ia memandangi pemandangan kota Surabaya yang dihiasi berbagai macam lampu. Sekarang sudah pukul 00.01 tetapi kota ini masih ramai entah itu dipadati oleh mobil, bus, dan manusia yang sedang berjalan.

Surabaya memang kota yang tak pernah mati tapi entah kenapa Lino merasa malam ini terasa begitu sepi, persis seperti hatinya saat ini.

Berkali-kali ia menghembuskan napas kasar seperti punya beban berat yang ditanggungnya.

Lino baru saja pulang dari rumah temannya, ia habis lembur di sana dan baru saja sampai rumah. Pekerjaannya minggu ini benar-benar berat bahkan di pekan hari seperti saat ini.

Ia mengambil cellphone di saku celana yang sedang ia pakai sekarang. Membuka lokscreen yang terpampang wajahnya dengan orang tercintanya dan membuka galeri.

Lino mulai menscroll galeri yang ada di cellphone samsung miliknya itu lalu ia membuka folder my dear.

Biarkan Lino terlihat rindu sekali dengan pasangan hidupnya untuk malam ini saja. Seminggu tidak bertemu dengan Han, Lino benar-benar tidak bisa lagi membendung rindu.

Lino tidak mau mengganggu kegiatan Han yang pasti sangat padat jadi dirinya memutuskan hanya membuka galeri.

Bapak dosen muda itu menekan salah satu foto dan muncullah wajah Han yang sedang tersenyum cerah, membuat Lino ikut tersenyum.

Han terlalu cantik.

Memang hanya Han yang bisa membuat seorang Lino dengan hanya hitungan detik mengubah moodnya. Padahal ini hanya foto saja, bagaimana kalau wujud asli Han berada di depannya sekarang ?

Segala macam bentuk foto ada di sana. Dari Han yang sedang cemberut, sedih, menangis, dan tertawa bahagia. Han memang jenis manusia yang kelebihan ekspresi. Ia dapat mengubah ekspresinya setiap detik.

Han akan sedih ketika ia dimarahi Lino karena Han terlalu dekat dengan rekannya di rumah sakit.

Kemudian otak Han bekerja dan tak lama ia membuat tarian lucu dari boygroup favoritnya yang akan membuat Lino ikut tertawa sehingga Lino tidak jadi marah.

Setelah itu, Han meminta upah karena sudah membuat Lino tertawa berupa es krim cokelat favoritnya tapi ketika Lino melarang ia menikmati es krim di malam hari dengan secepat kilat ia akan cemberut dan sok marah.

Jika setiap malam seperti itu bagaimana tidak betah Lino bersama Han?

"Lino," suara Han memecah keheningan di apartement Lino. Lino kaget dan menoleh. Mencari sekeliling dan tiap sujud rumahnya. Tidak ada siapa-siapa. Lino terlalu berhalusinasi, masa hanya perbuatan sekaleng soju ia jadi begini ? atau karena ia terlalu rindu pasangan hidupnya itu? Mungkin opsi terakhir lebih tepat.

Lino jadi ingat sewaktu suntuk seperti ini, Han akan dengan telaten menyiapkan segala keperluan Lino.

Ia akan menyiapkan air hangat untuk Lino mandi, "Kak, biar moodnya balik mandi dulu gih. Udah aku siapin air hangat," Han berbisik pelan sambil memeluk Lino dari belakang.

"Kiss dulu," Ucap Lino.

"Apa sih. Tidak mau!! kakak mandi dulu aja sana. Kissnya nanti."

Ya ampun, mereka baru berpisah satu minggu tapi rindu Lino sangat menggebu-gebu pada Han.

Perasaan rindu ini harus tersalur dengan temu.

Kring! Kring!

Sedang asyik menyalurkan rindu, telepon Lino berdering dan menampilkan kontak sang terkasih di layarnya.

Tentu, Lino senang. Mungkin obrolan mereka akan berujung panjang malam ini.

***

Minggu Malam | minsung✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang