👻 DEMON 👻

573 68 5
                                    

Dalam gelapnya gudang, sinar bulan sangat diperlukan disaat seperti ini. Namun, langit tiba-tiba mendung dan menutupi cahaya bulan. Suhu ruangan turun, hawa dingin seolah membelai. Ditambah aura negatif yang memenuhi ruangan membuat Singto harus bisa mempertahankan kekuatan dan konsentrasinya. Ia mengabaikan suara teman-temannya diluar gudang.

Mata elangnya menatap tajam pada sosok besar penunggu gudang tua di belakang gedung sekolahnya itu. Sosok yang tinggi dan hitam, serta sepasang tanduk di kepalanya. Singto dengan jelas dapat melihat wajah mengerikan sosok tersebut.

"Kembalikan wanita itu.... Dia milikku..."

Tangan Singto terkepal kuat. "Kenapa? Kau akan membawanya ke neraka?"

"Dia... milikku. Kau manusia untuk apa berurusan dengan kami?"

"Dia takut padamu. Dia ingin pergi dari sini. Urusannya disini sudah selesai, tapi kau yang menahannya disini sebagai budakmu. Bukan hanya dia, tapi semua roh yang ada disini"

Sosok itu tertawa keras. "Aku yang terkuat. Aku sang penguasa. Mereka yang ada disini adalah budakku untuk mengganggu manusia"

Singto menggeleng. "Kau bukan yang terkuat. Kau bukan sang penguasa. Tuhan lah yang terkuat! Tuhan lah sang penguasa! Kau hanyalah iblis dengan seluruh kesombongan dan kerakusanmu!!"

Suara menggeram terdengar keras di seluruh penjuru ruangan, bahkan hingga ke luar gudang dan membuat Tay dan yang lainnya makin cemas. Apalagi ditambah suara benda kayu dibanting secara beruntun.

"Itu... itu Singtonya.... itu gimana... euaaa.... " ucapan Krist jadi tak karuan setelah mendengar kegaduhan dari dalam gudang.

Tay membawa senter milik Krist lalu berlari ke sisi samping gudang, ia mencari pinjakan untuk mengintip keadaan Singto lewat ventilasi udara. Dengan susah payah, ia menumpuk beberapa meja bekas dengan kotak kayu. Saat ia berhasil mencapai ventilasi, sambil berdoa dalam hati Tay memberanikan diri untuk mengintip. Dan saat Tay menyorotkan senter ke dalam gedung, betapa terkejutnya ia saat melihat Singto tergeletak di lantai gedung dengan patahan kayu berserakan di sekitarnya.

"Singto!!" Seru Tay. Namun sedetik kemudian tubuhnya hilang keseimbangan dan ia pun terjatuh. "Aduuhhh... "

Walau kaki dan pantatnya sakit, Tay berusaha berjalan kembali ke teman-temannya. Krist yang melihat Tay kembali langsung menghampiri.

"Kau darimana?" Tanya Krist.

"A- aku mengintip dari ventilasi" Tay mengeluarkan ponselnya dan dengan tangan gemetar ia mencari nomor kontak seseorang.

"Apa yang kau lihat? Bagaimana dengan Singto?"

"Dia... Dia sepertinya pingsan di dalam. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi kita harus cepat memanggil Kakek Todd atau Paman Kay" Tay dengan penuh harap menunggu Kakek Singto atau Ayahnya mengangkat telepon rumah mereka.

Cukup lama Tay menunggu, akhirnya suara Ayah Singto terdengar.

"Halo?"

"Halo, Paman Kay. Ini Tay. Tolong... tolong kemari Paman. Singto... tolong Singto, Paman... "

Tay berbicara dengan cepat karena panik. "Tenang dulu. Ada apa dengan Singto? Kakek bilang kalian sedang di sekolah"

"Iya. Tapi Singto terjebak di dalam gudang tua di belakang gedung sekolah. Aku tidak tahu apa yang terjadi di dalam, tapi dia dalam bahaya Paman. Kumohon kemari... " Tay berbicara sambil berusaha tenang walau rasa panik, cemas dan takut masih mendominasi.

"B- baiklah... Aku akan kesana secepatnya"

Kay langsung menutup panggilan Tay. Ia pergi ke sekolah anaknya dengan secepat yang ia bisa.

[END] Sixth Sense 1 : I See You - [SK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang