Bab 09 - Eh, Ngawur

4 0 0
                                    


Di hari terakhir ujian semester genap.

Di gedung fakultas Akuntan keluar seorang pemuda - mahasiswa semester dua.

Pemuda itu memiliki tinggi rata-rata 180cm. Dengan tubuh yang ideal dan gaya rambut pendek yang cocok dengan wajah garangnya. Ditambah kacamata ukuran minus tiga, perkenalkan Riansyah Hasibuan.

Sekilas wajahnya terlihat ingin mengajakmu berantem. Mungkin karena dia terlahir sebagai suku batak yang terkenal memiliki wajah garang dari lahir yang membuatnya seperti itu.

Namun kenyataannya dia pemuda yang cukup baik. Akan membantu kalau ada seseorang yang meminta. Atau menolong walaupun tak ditunjuk.

Saat dia sedang berjalan keluar, ada dua orang kakak kelas – perempuan – yang berlari padanya.

"Rian!" panggil salah satu dari mereka.

Rian menoleh ke belakang dan melihat ada dua orang kakak kelas cantik yang membawa sebuah papan kertas.

Sembari mendekat mereka bertanya sambil menunjukkan papan kertas yang ada di tangan.

"Bisa tolong kamu lihat perhitungan rencana untuk kegiatan musim panas nanti?"

"Baik."

Rian yang dimintai tolong langsung mengecek papan kertas yang ditunjukkan padanya. Matanya melihat dengan seksama di setiap rincian yang ada di kertas.

Di saat Rian sedang fokus, salah satu kakak kelasnya malah mengeluarkan ponsel pintarnya. Lalu menjauhkan sedikit ponselnya dengan maksud untuk mengambil poto mereka bertiga.

Dua orang kakak kelas melakukan pose berpoto di saat Rian sedang fokus ke papan kertas. Sesaat setelahnya Rian melihat ke dua kakak kelasnya dengan wajah bertanya.

"Bagaimana?" tanya kakak kelas.

Rian penasaran apa yang baru saja mereka lakukan. Tetapi dia menyapu pikirannya itu dan kembali ke topik.

"Kupikir ada bagian yang harus dipotong. Dan bisa kubilang kita terlalu boros dalam mengeluarkan dana."

"Kamu juga berpikiran begitu ya?"

"Tapi kami berdua aja agak kesusahan dalam mengerjakan perinciannya. Oh, aku punya ide, kenapa kamu gak ikut membantu kami aja?"

Salah satu kakak kelasnya secara tiba-tiba mengajaknya untuk bergabung membantu mereka.

Rian sudah tahu kalau mereka berdua adalah komite yang mengerjakan bagian perhitungan uang, dalam kata lain mereka berdua adalah bendahara.

Dalam hati Rian ingin membantu. Meskipun dua kakak kelasnya memiliki maksud lain dalam hati. Rian yang bodoh dalam membaca hati orang lain tak memerdulikan itu. Tetapi tetap saja.

"Maaf, kak. Aku udah ada janji lebih dulu dengan temanku."

Dua kakak kelasnya langsung kecewa dengan penolakan Rian.

Padahal selama setahun Rian menjadi mahasiswa baru, dia selalu membantu dan akan mengambil bagian dalam setiap pekerjaan. Namun kali itu pertama kalinya dia menolak. Tentu saja hal itu membuat mereka yang meminta tolong sedikit bingung dan penasaran.

Dua kakak kelasnya tak tahu apa alasan Rian menolak. Apakah sepenting itu urusan temannya dibanding mereka?

"Kalau gitu, aku pamit dulu."

Rian pamit karena dua kakak kelasnya hanya terdiam.

Rian baru saja mau berpaling dari dua kakak kelasnya. Namun tiba-tiba dua kakak kelasnya mendekap dua tangannya di masing-masing tangan mereka.

Pengantin 500 JutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang