Bab 13 - Sebentar

3 0 0
                                    


"Jaga rumah ya, cuk."

Bagas berdiri di belakang pintu. Hendak keluar rumah. Menyempatkan untuk memastikan sahabatnya bisa dipercaya. Namun sayang, Beni yang sedang duduk di meja belajar terlihat sangat fokus dengan pekerjaannya.

Bagas hanya tersenyum karena Beni tak membalas. Dia membuka pintu secara perlahan dan pergi keluar dengan senyap.

Hari itu sudah cukup sore. Bagas sebelumnya sudah mengatakan pada Beni kalau dia akan menemui Eruin untuk sebentar. Beni sudah menjawab iya sebelumnya, jadi tak ada yang harus dikhawatirkan, harusnya.

Namun sepuluh menit setelah kepergian Bagas, seseorang menerobos masuk. Dengan sangat senyap membuka pintu dan secara terbuka masuk ke rumah.

Beni yang sangat fokus dengan pekerjaannya tak menyadari kehadiran seseorang itu. Dia berada di mode serius sekitar tiga puluh menit. Setelah melakukan desain pada satu pekerjaan di laptop Bagas, Beni meletakkan pen tablet dan merenggangkan tubuh.

"Waahh, anjer, berat juga ternyata ngedesain tokusatsu," ucap Beni.

Setelah merenggangkan tubuh, Beni melihat lagi ke desain yang telah dia buat. Itu adalah desain baju tempur yang akan digunakan sebagai produk untuk game mereka nanti.

Beni tersenyum dengan pekerjaan bagusnya, yang akan menjadi tiket untuk melamar sang kasih.

"Wah, bagus banget gambaran kamu."

Tiba-tiba seseorang bicara tepat di samping telinga Beni.

Beni menoleh ke arah sumber suara dan menemukan sang kasih – Arisa melihat ke layar laptop dengan rasa kagum.

Karena kedatangan Arisa yang tak terduga Beni sontak terkejut.

"K – kak Arisa!"

Beni dengan cepat menarik tubuhnya ke belakang. Karena wajah sang kasih tiba-tiba saja berada tepat di sampingnya.

"Apa yang kakak lakukan di sini?!"

"Memangnya gak boleh mengunjungi lelaki yang ingin melamarku sesekali?"

Risak memberikan pose lugu yang sangat manis saat bertanya.

Beni yang tak bisa menolak ekspresi itu jadi sangat gugup. Dia bahkan merespon dengan, "Ya, itu, ..., uhhh," dan di ujung dia tak bisa menolak kehadiran Arisa.

Arisa memperbaiki posisinya berdiri dengan berjalan dan jongkok di depan meja. Tubuhnya berada di bawah dan kepala dan bahunya berada di atas.

Ekspresinya masih terlihat sangat biasa walaupun di ruangan hanya ada mereka berdua. Dari posisi seperti itu Arisa menaikkan tangan kanan, mencoba memainkan alat tempur Beni dan berbicara.

"Maaf, tapi saat aku membuka pintu tadi aku langsung merasakan aura keseriusan dari tempatmu duduk. Karena itu aku gak mau mengganggu kamu bekerja."

Beni terkejut karena Arisa bisa masuk begitu saja tanpa dia sadari. Namun dia juga merespon alasan Arisa dengan ekspresi, 'bukannya lebih bagus kalau masuk dengan cara biasa'.

Arisa melirik dan membaca ekspresi Beni. Lalu secara terang-terangan membalas, "Kalau kamu tahu aku datang pekerjaan ini takkan selesai kan."

Arisa menyatakan fakta yang mungkin akan terjadi dengan nada menggoda. Beni tak bisa menolak pernyataan itu.

Beni yang merasa jarak mereka terlalu dekat menarik kursi sedikit ke belakang. Memberikan Arisa ruang yang lebih luas untuk bergerak.

Dari jarak yang aman Beni memulai pembicaraan agar pikirannya tak teralihkan oleh hal-hal lain.

Pengantin 500 JutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang