.
.
.Jangan lupa
Vote
&
Comment
💙💙💙
!!!
______
"Yes!" Jeno berteriak girang.
______
"Aish! Berisik sekali sih!" Seseorang di dalam gulungan selimut berwarna biru muda itu mencebik kesal.
Dilepaskannya selimut itu lantas turun dari tempat tidur meski tubuhnya sedikit limbung saat diajak berjalan. Belum sempat menggapai gagang pintu, pintu itu sendiri sudah terbuka dan kembali tertutup dengan sangat cepat.
Jilli yang baru masuk pun menatap horor sosok di hadapannya untuk sesaat. Ia langsung membawa Haechan kembali ke atas kasur. Menceritakan semua yang baru saja terjadi agar Haechan tidak salah paham jika diminta hanya boleh berada di kamar saja selama seminggu kedepan.
"Jadi, adikmu ada di sini?" tanya Haechan yang terkejut.
"Pelan-pelan bicaranya," ujar Jilli dengan suara berbisik.
"Iya, maaf." Haechan menunduk sebentar lalu meringis kecil. "Kepalaku," katanya yang menjawab kekhawatiran Jilli.
"Makanya jangan banyak bergerak dulu. Sudah, istirahat lagi." Jilli membantu Haechan berbaring.
Kedua mata Haechan yang masih sayu itu menatap tepat ke arah manik mata Jilli yang menurutnya memancarkan banyak sekali kasih sayang dan perhatian tak terbatas. Senyum Jilli membuat hatinya menjadi lebih tenang. Haechan tidak tahu, tapi ia anggap perasaannya hanya sebatas kagum pada figur seorang kakak yang selama ini ia inginkan.
Beberapa menit kemudian, Haechan sudah terlelap begitu nyenyak. Jilli tersenyum lalu menyelimuti tubuh ramping itu agar lebih nyaman.
"Seandainya Jeno memiliki sifat yang sama sepertimu, mungkin aku tidak akan bicara terlalu keras padanya," ucap Jilli sambil membetulkan letak anak rambut Haechan.
Sedang asik-asiknya memperhatikan wajah terlelap Haechan, gadis itu dikejutkan dengan suara gedoran pintu kamarnya serta jeritan Jeno yang memanggil dan merengek minta makan.
Jilli segera keluar dan mendapati Jeno yang tengah duduk di sofa dengan ekspresi kesal sambil memegangi bagian perutnya. Sepertinya anak itu benar-benar merasa lapar.
"Bisa tidak jangan pakai teriak-teriak?" tanya Jilli dengan nada suara agak tinggi.
"Kau meninggalkanku dengan bahan makanan mentah. Kau pikir aku serigala yang suka makan daging penuh darah?" Jeno tak kalah sarkas.
"Kau kan bisa masak mie instan, Jeno!"
"Pokoknya aku mau sayur buatan Noona! Huuuaaa ... mau makan, lapar!" Jeno merajuk.
"Dasar adik kurang ajar!" Jilli berjalan ke dapur dengan langkah yang menghentak kesal.
______
Malam datang. Jilli tengah menemani Jeno yang tengah menyantap makannya begitu lahap. Jeno sempat bertanya mengapa Jilli tidak ikut makan bersamanya dan dijawab kalau gadis itu sedang dalam masa diet. Jeno pun hanya memutar kedua bola matanya jengah.
"Diet terus. Lihat itu badanmu sudah seperti papan tripleks!" Jeno memang suka ceplas-ceplos kalau bicara, tapi jujur.
"Sudah diam saja dan lanjutkan makan malamnya!" Jilli mendelik tajam.
Setelah selesai makan malam, Jeno pun ke ruang tengah dan mulai menyalakan PlayStation miliknya. Jilli pun diam-diam membawa makanan ke dalam kamar dan memberikannya pada Haechan yang sudah menunggu sejak tadi.
"Maaf, kau harus menunggu lama." Jilli tersenyum kikuk. "Adikku itu memang kurang ajar," katanya lagi.
"Tidak apa-apa, Noona. Aku sudah biasa tidak makan malam," jawab Haechan lalu tersenyum miris.
"Ah, jangan begitu!" Jilli tertawa paksa. "Ayo, cepat makan. Setelah ini kau harus minum obat," katanya.
Haechan mengangguk dan mulai menikmati santapannya. Jilli merasa begitu senang saat melihat Haechan yang sudah mulai makan sedemikian lahapnya. Sebab, beberapa hari sebelumnya Haechan selalu kembali memuntahkan makannya setelah beberapa detik melewati tenggorokannya.
"Selesai!" Haechan menyerahkan piring dan gelas kotornya pada Jilli.
"Sekarang minum obatmu," kata Jilli sambil tersenyum manis.
Senyum ceria Haechan yang semula terukir indah di bibir merah mudanya itu pun perlahan memudar. Ya, Haechan mengaku sangat membenci obat. Selama ini jika sakit, maka Haechan akan membuang obatnya dan mengatakan kalau sudah diminum.
"Ayolah, Chan." Jilli berusaha menyodorkan obat itu pada Haechan.
"Hm!" Haechan berusaha meminum obatnya; menelan dengan susah payah.
"Yeay! Anak pintar!" Jilli mengusap rambut Haechan dengan gemas.
______
"Aaaaa! Noona!" Jeno memekik setelah membuka pintu.
______
______________
To
Be
Continued
💙🙏
!!!!!
______________
KAMU SEDANG MEMBACA
IMAGINER •||• NCT - Haechan [Complete ✓]
FanfictionLee Haechan adalah nama dari si Murid Jenius yang ceria. Hanya saja, sang Ayah terlalu keras padanya dengan sebuah alasan. Apa alasannya? Lee Haechan (16) Girlyntya Kim (30) •||• NCT •||• Family!AU, Fanfiction Rating : 13+