PART 07

417 35 5
                                    

Jangan lupa

Vote

&

Comment

💙💙💙

!!!

______

______

______

"Anak itu sudah bisa kita rebut dari Taeyong kapanpun kita mau," jawabnya yang lagi-lagi dengan nada bicara yang sangat santai.

"Bagus. Kalau begitu, ambil dia malam ini." Laki-laki itu memberi perintah mutlak.

.

______

.



Haechan malam ini tengah duduk sendirian di dalam ruang rawatnya. Awalnya ia bosan, tetapi berubah ceria setelah sang Ibu memberikannya tiga buah buku novel.

Sebenarnya, tanpa dipaksa belajar giat pun Haechan akan melakukannya. Sebab, dirinya sudah sangat menyukai dunia tulis dan baca sejak masih kanak-kanak. Di saat anak-anak lain memilih untuk meminta mainan sebagai hadiah, maka lain halnya dengan Haechan yang akan terus merengek minta dibelikan buku bacaan meski sudah dihadiahi sebuah mainan mahal.

Beberapa menit kemudian Jiyeon masuk tepat di saat Haechan menyelesaikan buku pertamanya. Wanita itu langsung menghampiri Haechan dan mengatakan bahwa Jilli sebentar lagi akan sampai untuk menjenguknya.

"Ibu jangan bercanda," kata Haechan tidak percaya.

"Tidak, sayang. Ibu serius." Jiyeon menatap putranya untuk meyakinkan.

"Memangnya Ayah mencabut tuntutannya?"

Jiyeon mengangguk antusias sebagai jawaban.

"Semudah itu?" Haechan benar-benar tidak percaya.

Ya, bagaimana bisa dipercaya? Selama ini seorang Lee Taeyong tidak bisa dengan mudahnya mencabut tuntutan yang sudah ia layangkan kepada lawan yang dianggap mengganggu setiap anggota keluarganya. Akan tetapi, kali ini ia melakukannya dengan alasan yang tidak diketahui.

"Ibu juga awalnya tidak percaya kalau Ayahmu bisa melakukan itu." Jiyeon mengusap puncak kepala Haechan.

"Ayah akan lakukan apapun untuk menebus kesalahan Ayah padamu, Haechan-ah," ucap Taeyong setelah mencium kening putranya.

"Memangnya Ayah salah apa padaku? Ayah tidak pernah berbuat kesalahan. Tidak pernah!" Haechan berujar begitu tegas.

Taeyong hanya tersenyum dan sekolah menatap Jiyeon yang juga sedang tersenyum begitu tulus padanya. Namun, Jiyeon tidak tahu kalau dibalik senyuman suaminya itu tersimpan sesuatu yang tersirat di dalamnya.

Ceklek!

"Permisi, apa aku mengganggu?"

"Noona!" Haechan terlihat seperti anak kecil yang begitu antusias karena mendapatkan sesuatu yang ia inginkan.

"Tidak, kok. Kemarilah, Jilli," ujar Jiyeon yang begitu ramah.

Senyum mengembang di bibir ranum milik gadis cantik berusia 30 tahun tersebut. Ya, Jilli memang masih gadis di usia yang sudah tidak muda lagi. Entahlah. Akan tetapi, Jilli hanya benar-benar masih begitu malas untuk mengurus rumah tangga.

Saat ini ia sudah berada di dekat Haechan. Keduanya saling memberikan pelukan hangat satu sama lain. Di saat mereka lengah, Taeyong keluar dari ruangan dan pergi menuju taman rumah sakit. Di sana ia terlihat sedang menghubungi seseorang melalui sambungan telepon.

Sementara itu, saat ini Jilli tengah mengupas buah-buahan untuk remaja yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya tersebut. Ia lebih suka mengurus Haechan daripada mengurus Jeno. Menurutnya, anak yang mudah diatur itu sangat lucu dan menggemaskan karena tidak pernah membuatnya naik darah.

Ceklek!
Di saat sedang asik mengobrol, pintu ruangan kembali terbuka dan menampilkan sosok yang tadi sedang Jilli banding-bandingkan dengan Haechan. Ya, Jeno datang dengan wajah cemberut dan langsung memeluk sang Kakak dari samping.

"Noona jahat! Kenapa tidak mengurusku? Kenapa malah mengurus Haechan? Huh!" Jeno protes dengan cara yang menggemaskan.

"Karena, Haechan bisa membuatku gemas akan sikapnya yang penurut. Beda denganmu yang menyebalkan," jawab Jilli begitu sinis.

"Ah, Noona!" Jeno mencebik lucu. "Mmm ... Noona, aku mau bicara denganmu sebentar saja," katanya berubah serius.

"Bicara saja di sini." Jilli sedang malas beranjak dari tempatnya.

"Ayo!" Jeno menarik lengan Jilli. "Yak, Lee Haechan! Aku ambil Noona-ku dulu, nanti aku kembalikan padamu kalau sudah selesai."

"Kim sialan Jeno! Kau pikir aku barang yang bisa dipinjam seenaknya?!"

"Mungkin." Jeno menaikkan kedua bahunya singkat tanda masa bodo dengan respon kakaknya tersebut.



.
______

.



Pukul 00.00 KST+.

Pintu ruangan serba putih dan biru itu terbuka. Tiga orang dengan pakaian bak seorang bodyguard profesional mulai berjalan memasuki ruangan dan salah satunya dengan hati-hati membawa tubuh Haechan ke dalam gendongannya.

"Beres, Tuan," ucap salah satunya memberi kabar pada sang ketua. "Baik!" Ia menjawab tegas.

"Kita bawa kemana anak ini?" tanya yang lainnya.

"Bawa ke rumah Tuan yang berada di ujung Kota Busan," jawabnya menyampaikan perintah.

"Apa harus sejauh itu?"
"Entahlah. Laksanakan saja."
"Tapi, kasihan juga anak ini."
"Mau bagaimana lagi?"

"Ayo, cepat berangkat!" Yang lainnya terlihat mulai panik karena dua dari mereka malah terlihat asik mengobrol.

Beberapa menit kemudian ....

Ceklek!

"Haechan!" pekik Jilli yang baru masuk ke dalam ruangan.

Tidak ada Haechan di sana. Hanya ada sosok Jiyeon yang sedang terbaring pingsan di lantai rumah sakit yang begitu dingin. Jilli mengusap wajah dan menyapu rambutnya kebelakang.

"Sialan! Aku terlambat!" Jilli mulai frustasi sekarang.





______

_________

To

Be

Continued

💙🙏

!!!

__________

IMAGINER •||• NCT - Haechan [Complete ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang