Jika boleh memilih, biarkan hari ini hilang terbawa debu.
###
Alfan memerhatikan setiap sudut kota Bandung. Sebelas empat lima. Bandung masih ramai. Mobil-mobil berlalu-lalang. Mobil rendahan sampai mobil berkelas. Alfan memperlambat laju sepeda gunungnya. Gelisah.
Kemana kamu dek? Kalau kamu pergi dari rumah karena ulahku, maafkan aku. Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untukmu. Kalau kamu tidak ingin pergi, jika kamu pulang aku tidak akan lagi memaksa, terserah kamu memilih jalan hidupmu, selama tidak melanggar aturan. Alfan menanam sebuah janji di hatinya.
Namun hatinya tidak rela jika harus melepas tanggung jawab memperbaiki sikap Al.
“Pak boleh numpang tanya?” Alfan menghampiri seorang penjual jagung bakar.
“Bapak pernah melihat gadis ini?” Alfan menyerahkan foto Al yang tersimpan di dompetnya.
“Dia memakai baju coklat selutut, rambutnya digerai” Si Tukang Jagung Bakar mengerutkan keningnya, memandang foto ditangan Alfan dengan lekat.
“Sepertinya saya melihat gadis ini, dua kali malah! Dia lewat depan sini kalau tidak salah dia bersama dengan seorang laki-laki”
“Dengan laki-laki?” kekhawatiran Alfan langsung berubah menjadi amarah yang menggebu-gebu.
"Mereka jalan kearah mana pak?” bapak itu menunjukkan tangannya kearah utara dari alun-alun Bandung. Setelah mengucapkan terimakasih, Alfan langsung mengendarai sepeda gunung yang sebelumnya di senderkan di tiang listrik. Dengan keadaan marah, Alfan mengendarai sepedanya dengan cepat.
“Kurang ajar!”
Alfan langsung turun dari sepeda tanpa menghiraukan bunyi sepedanya yang jatuh. Alfan langsung menghampiri seorang laki-laki yang sedang mengutarakan cinta. Alfan langsung mencengkeram kerah baju laki-laki itu. Sepasang manusia itu kaget melihat kedatangan Alfan.
Tanpa memberi kesempatan keduanya untuk berbicara, Alfan langsung mendaratkan pukulannya ke perut laki-laki yang menurutnya lebih buruk dan tidak ada yang pantas di banggakan dibanding dirinya.
“Fan, untuk apa kamu kesini?” Alfan tidak mendengarkan pertanyaan itu. Dia terus membabi buta memukuli laki-laki itu.
“Fan, kamu tidak boleh memukulnya!”
Alfan terus memukulnya meskipun tangannya di pegang oleh Al. Alfan segera menepis tangan Al, dia tidak memberikan laki-laki itu kesempatan untuk membalas.
Buk. Buk. Buk.
“Sudah, Fan!”
Setelah puas memukulinya Alfan langsung menyeret Al pergi dari alun-alun Bandung. Al masih berusaha menolong Rendy yang terkapar. Namun Alfan memegangnya dengan sekuat tenaga.
“Fan, kamu tidak pantas mencampuri urusanku!” teriak Al.
“Kalau aku tidak datang menolongmu, bibirmu tidak akan suci lagi! Bahkan bisa jadi keperawananmu juga direnggutnya!” suara Alfan memekakan telinga Al.
###
Niat Alfan untuk membawa Al ke Bogor semakin bulat. Tidak ada keraguan sedikitpun. Bunda berkali-kali memanggil putri tertuanya untuk keluar kamar. Sarapan sudah tersaji. Bunda sengaja memasakkan makanan kesukaan Al. Ayam balado dan lodeh puyuh. Mengingat hari ini Al akan berangkat ke Bogor bersama Alfan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawar Dalam Etalase
General FictionNadia Alfirofa merasa nyaman dengan dunianya sendiri. Acuh akan kehadiran orang sekitar, hingga kakak sulungnya merasa gerah dan ingin mengubahnya. Mawar merah tertancap kokoh, menyatu seirama tangkai dan duri. Hingga ia terpaksa asing, terkurung da...