prolog

3.5K 197 30
                                    

👠

"Halo, selamat siang. Dengan Perusahaan Diamond Velvet, ada yang bisa saya bantu?" Nanaz mengangkat telepon yang masuk dengan suara yang dibuat sesantun mungkin, walau sebenarnya dia bisa menebak siapa dalang di balik telepon terselubung ini. Pasti dari salah satu cewek-cewek kampret itu.

"Nanaz? Ini saya, Milka! Mana Bos kamu? Dari tadi saya nelpon nggak diangkat-angkat, heran deh!"

Tuh, kan! Lagi-lagi ada  pacarnya si Bosque yang nelpon. Hadeeeh.

Nanaz mendelik sebal. "Lagi meeting, Mbak."

Padahal sebenarnya tidak. Bos-nya itu ada di dalam ruangannya, bersama seorang wanita yang baru pertama Nanaz lihat, entah siapa dan berasal dari mana.

"Memangnya kerjaannya meeting terus apa? Masa dari kemarin meeting melulu, sih!"

"Iya, Mbak, hehehe," sahut Nanaz masih berusaha sesopan mungkin.

"Ya udah, deh. Nanti kasih tau ya kalau saya nelpon!"

"Baik, Mbak."

"Jangan lupa! Awas, loh, kalo sampe lupa!"

Iyaaaaa, woi, Mak Lampir! teriak Nanaz dalam hatinya. Kesal bukan main.

"Iya, Mbak, pasti nanti saya sampaikan," ucap Nanaz, kali ini dengan gigi rapat.

"Okey, bagus. Bye!"

"Iya, selamat siang, Mbak."

Klik. Nanaz menutup telpon tersebut dengan gemas lalu menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan.

Baru saja ia hendak beranjak, telepon kabel tersebut berbunyi lagi. Ini adalah panggilan ke tujuh, dan sepertinya pasti telpon dari pacar bosnya yang lain. Jadi, dengan berhati-hati, Nanaz mengangkat telpon tersebut dan sengaja tidak mengatakan apa-apa.

"Halo? Nanaz? Halo?"

Kan, apa gue bilang. Pasti pacarnya lagi. Haduuuh!

Nanaz mendelik lagi, mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja kemudian berkata, "Nomor yang Anda tuju sedang tidak dapat dihubungi, mohon jangan coba kembali."

Klik. Nanaz langsung menutup telpon tersebut lalu mulai mengomel.

"Gila ya kerjaan gue cuma ngejawab telpon dari pacar-pacarnya si Bos doang dari tadi!"

"Kenapa sih, Mbak Nanaz ... perasaan dari tadi Messy dengar ngomel melulu ...," ucap salah satu rekan kerjanya yang bernama Messy. Wanita berusia 24 tahun itu mendekatinya sambil tersenyum menyeringai.

Selain teman gibah, Messy juga salah satu orang yang tahu sepak terjangnya di kantor selama menjadi sekretaris Bos. Messy tahu suka dukanya menjadi sekretaris yang merangkap asisten rumah tangga Bos mereka yang dikenal semena-mena itu.

Nanaz menengoknya dan mendengkus, "Biasalah, Mes! Pacar-pacarnya si Bos nelpon ke sini terus, nanyain dia, kenapa nomernya nggak aktiflah! Dia lagi di manalah! Udah makan siang apa belumlah! Lagi ngapainlah! Heran gue! Dikira gue emaknya apa?!"

Messy tertawa. "I feel you, Mbak. Messy juga nggak tau kenapa sih setiap hari itu ada aja cewek yang nelpon ke sini nanyain si Bos? Tapi, sebenarnya nggak heran juga sih, Mbak. Secara, kan, Bosque itu ganteng, tajir melintir, badannya bagus, keren, kharismatik! Pokoknya, perfect banget! Makanya, banyak yang ngejar-ngejar. Ya, nggak?"

Nanaz menatap Messy dengan ekspresi datar. "Perfect apaan sih cowok begitu? Udah galak, tukang suruh-suruh! Nggak banget deh pokoknya."

"Aduh, Mbak Nanaz ini gimana, sih? Masa laki-laki kayak Pak Bos Kiano Sanjaya dibilang nggak banget, sih? Udah gantengnya tujuh turunan, tajir banget lagi. Terus, kayaknya dia juga strong, ya, Mbak."

When Janda Meet DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang