Ditolak

2.5K 184 60
                                    

Selamat menikmati ceritanya, yaaa~~~~Btw, makasih komentarnya, aku jadi semangat kan buat lanjut. Gak jadi 2 hari sekali wkwkwkwkwk

***

"Apa-apaan, nih? Kok, banyak amat yang ng-chat nanyain si Bos?" Nanaz membuka satu per satu pesan yang masuk ke ponselnya. Dan, semua pesan-pesan tersebut berisi pertanyaan yang sama.

08xxxxxxxxx : Naz, beneran Kiano mau menikah? Sama siapa? Kamu tau?

08xxxxxxxxx : Nanaz, ini gue Sandra! Iya katanya Kiano mau menikah? Sama siapa?

08xxxxxxxx : Benar ya Kiano katanya mau merid? Sama siapa, sih? Kamu tau nggak? Aku Fey. Kenapa nomerku yang kemarin diblokir?

08xxxxxxx : Naz, kenapa nomor saya yang kemarin kamu blokir? Itu beneran Kiano mau merid? Sama siapa?

08xxxxxxx : Woi! Jangan reject! Angkat telpon gue! Ini urgent!

Nanaz melempar ponselnya ke sudut meja begitu ada pesan yang masuk bertubi-tubi ke WhatsApp-nya. Bahkan, setiap beberapa menit sekali, ada panggilan masuk dari nomor tak dikenal. Nanaz bergidik ngeri melihat ponselnya bergetar-getar di ujung sana. Lagi-lagi, ia kembali diteror oleh pacar-pacar Kiano yang menurutnya kampret semua.

Pesan dan panggilan itu pastilah dari pacar-pacarnya Kiano. Siapa lagi kalau bukan mereka? Bagi Nanaz, mendingan diteror setan ketimbang mereka, serius. Lagi pula, dapat dari mana coba mereka nomornya? Perasaan, kemarin sudah Nanaz blokir deh semuanya.

"Kamu kenapa?" Kiano tahu-tahu muncul di hadapannya.

Nanaz mendelik, berdiri lalu meraih ponselnya yang masih bergetar dan menunjukkannya di depan wajah Kiano.

"Lihat nih, Pak! Nggak tau kenapa tiba-tiba ada yang nge-chat saya nanyain  soal Bapak sama saya!"

Kiano melirik benda persegi tersebut dengan alis berkerut. "Oh, ya? Siapa?"

"Banyak! Semua pada nanyain beneran Bapak mau nikah apa enggak, terus sama siapa? Masa nanyain yang kayak gini sama saya! Ya mana saya taulah!"

Kiano tersenyum kemudian melangkah menuju ruangannya. "Terus, kamu bilang apa?"

Nanaz mengikutinya dengan tampang kesal bukan main. "Saya nggak bakal bales dan angkat telpon mereka. Saya udah muak, Pak, ngadepin mereka terus. Sejak kerja di sini, saya diteror melulu sama mereka. Saya lelah, mau nikah aja!"

"Kamu mau saya nikahin?" tanya Kiano, berbalik menatap Nanaz tepat di matanya.

Nanaz mengangkat satu alisnya. "Huh?"

"Katanya tadi kamu lelah, mau nikah aja. Ya udah, sini saya nikahin!"

Nanaz mendecih, kemudian menggeleng penuh percaya diri. "Mohon maaf nih ya, Pak. Walaupun saya ini janda, gini-gini saya milih juga. Mana mau saya punya suami yang gantengnya kabangetan kayak Bapak. Yang ada, setiap saat saya bakal ngadepin pelakor. Mendingan saya punya suami yang biasa-biasa aja. Yang jelek aja bisa diembat pelakor, apalagi ganteng kayak Bapak. Ambyar yang ada."

Contohnya saja sekarang. Bukan siapa-siapa Kiano saja, Nanaz sudah diteror oleh wanita-wanita itu. Apa kabar kalau sampai ia jadi istri Kiano? Bisa gila setiap hari menghadapi pelakor. Apalagi mengingat bibit pelakor jaman sekarang berkualitas unggul, bisa-bisa dia dibuang ke laut sama Kiano.

Haduuuh, enggak deh, makasih.

Kiano menatap Nanaz dengan alis terangkat. "Baru kamu loh yang nolak saya," katanya dengan nada tak percaya.

When Janda Meet DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang