Kerja rodi

2.7K 205 27
                                    

Selamat pagi, semoga suka ceritanya. Doakan bisa up tiap hari. Uhuyyy.

👠

Syahnaz Wijaya, 29 tahun. Pernah menikah di usia 25 tahun dan menjadi seorang janda saat menginjak usia 27 tahun hingga sampai saat ini.

Diamond Velvet merupakan perusahaan unicorn, tempatnya bekerja menjadi sekretaris Bos selama kurang lebih dua tahun. Banyak yang bilang Nanaz beruntung karena bisa bekerja jadi sekretarisnya Bos yang gantengnya kelewatan itu. Tapi, bagi Nanaz, dia sama sekali tidak beruntung.

Bagaimana tidak? Kerjaannya setiap hari harus menghadapi wanita-wanita sosialita yang mengaku pacarnya si Bos. Nanaz wajib menjawab setiap pertanyaan nggak penting yang mereka ajukan. Belum lagi Nanaz harus bohong kalau pertanyaan itu memang tidak bisa dijawabnya dengan jujur. Bahkan, yang lebih mengerikan lagi, pacar-pacarnya si Bos itu akan menerornya melalui telpon maupun WA dan media sosialnya yang lain.

Gila nggak tuh? Kurang kerjaan banget, kan, mereka? Mentang-mentang Nanaz bekerja hampir 16 jam sehari dengan laki-laki itu, bukan berarti Nanaz tahu semua tentangnya.

Adalah Kiano Sanjaya, seorang duda berusia 33 tahun. Lulusan MBA di Harvard university. Jika tampan adalah musibah, maka Kiano akan menjadi musibah paling dahsyat yang melanda Indonesia. Setidaknya, walau berat, Nanaz mengakui belum pernah melihat orang yang lebih tampan selain Kiano di Indonesia ini, bahkan artis-artis sekalipun. Walaupun nih, ya, dia punya tampang yang Indonesia banget.

Tapi, sayang, ganteng-ganteng kayak srigala. Galak, egoistis, super nyebelin, nggak punya perasaan, kalau ngomong nggak pake mikir dulu, terutama sama Nanaz. Ah, pokoknya Nanaz benci bangetlah sama Bos-nya itu. Kalau bukan karena butuh duit untuk bertahan hidup, Nanaz sudah dari dulu angkat kaki dari perusahaan ini.

Tapi, masalahnya, hidupnya bergantung dengan apa yang didapatnya di Diamond Velvet. Selain untuk membiayai hidupnya sendiri, dia juga memiliki seorang adik perempuan yang menjadi tanggung jawabnya sejak orangtuanya meninggal.

Nanaz membuka pintu di depannya dengan pelan lalu nyengir ketika Kiano menoleh menatapnya.

"Tadi ada apa, ya, Bapak manggil saya?"

Kiano memiringkan kepalanya ke satu sisi. "Apa tadi ada yang nyariin saya?"

"Banyak, Pak! Pacar-pacarnya Bapak nelpon ke saya semua nanyain kenapa telpon dari mereka nggak diangkat-angkat. Mereka neror saya nanyain Bapak lagi di mana, sedang apa, dan sama siapa?!" jawab Nanaz berapi-api.

"Kamu kok ngegas gitu?"

"Ya, gimana nggak ngegas? Bilangin dong, Pak, sama mereka jangan telpon saya melulu. Masa nanyain semua tentang Bapak sama saya, sih? Lagian, kenapa sih Bapak kasih nomer WA saya sama mereka? Saya sampe takut loh ngangkat telpon yang masuk ke WA saya!"

Ada sebuah seringai muncul di wajah Kiano. "Ya itu, sih, derita kamu."

Ah, bangkelah!

"Kamu ngomong apa barusan?"

"Eh?"

"Dari muka kamu kelihatan kalau barusan kamu maki-maki saya dalam hati."

"Bapak tuh buruk sangka, ya! Mana ada saya maki-maki Bapak."

Kiano mengedikkan bahu acuh tak acuh. "Ya udah, kamu boleh balik kerja."

Nanaz mengangguk. "Baik, Pak, permisi ...."

Nanaz kemudian beranjak, tanpa tahu kalau Kiano terus memandangi punggungnya sampai hilang di balik pintu.

***

When Janda Meet DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang