6

8 2 0
                                    

"Valerie?"

Valerie yang matanya hanya tertuju ke laptop yang ada di mejanya segera menoleh setelah mendengar namanya dipanggil, "lho, Arsen?"

"Hehe maaf ya ganggu, kamu mau ngomongin sekarang aja ga? Malem ini ada makan malem bareng keluarga besar," Arsen mengusap bagian belakang lehernya, "agak dadakan juga, aku udah bilang aku ga bisa tetep aja. Tapi kalau kamu sibuk-"

"Eh? Gapapa kok. Mau makan siang aja, diluar?"

Arsen tersenyum lebar, "boleh, kamu tunggu di lobby aja aku ambil mobil," Arsen berjalan keluar dari ruangan Valerie.

Ponsel Valerie berbunyi, terdapat nama Julian di layar ponselnya. Valerie mengintip pintu keluarnya lalu mengangkat telpon dari Julian.

"VALERIE!"

Secara refleks Valerie menjauhkan ponselnya itu dari telinga kanannya. Kemudian ia mendekatkan ponselnya lagi untuk memarahi Julian, "kamu ga perlu teriak woy."

Terdengar suara tawa dari Julian, "maaf, kemaren kamu bilang salah satu temenmu namanya Marvin?"

"Iya kenapa?"

"Nama panjangnya, Marvin Irwansyah Putra?"

"Jangan bilang kalo-"

"Itu sidik jarinya dia."

"Ga salah kan?"

"Nih dah aku kirim datanya ke kamu."

Valerie melihat ponselnya untuk mengecek notif email dari Julian. Benar saja, Julian mengirimkan profil identitas Marvin beserta fotonya.

"Bener ga?"

"Bener, jangan bilang Rafael dulu. Biar aku yang tanya ke Marvin."

"Ehm, maaf Val. Aku juga ngirim datanya ke Rafael."

Valerie menghela napasnya, "bilangin ke dia biar aku yang tanya ke Marvin," Valerie memutuskan panggilannya.
Sepanjang perjalanan, Valerie hanya terdiam.

"Val? Lagi badmood ya? Masalah kantor?"

Valerie tetap terdiam, terdengar Arsen menghela napasnya.

"Seburuk itu?"

Valerie menoleh, "hah?"

"Masalahmu?"

Valerie mengangguk, "agak rumit sih bahasanya."

Arsen memarkirkan mobilnya di sebuah restoran, "sebelum kita keluar, gimana kalau kita lupain semua masalahmu yang dulu sampe ngebuat kamu pindah? Kita lupain dulu, let's start over."

Valerie menatap Arsen, "tapi kamu bakal marah ga kalau tau yang sebenernya?"

"Jujur, aku gatau tapi aku akan berusaha untuk mengerti posisimu. Tunggu sebentar," Arsen mematikan mobilnya lalu keluar dari mobil.

Iya membukakan pintu untuk Valerie, Valerie pun turun dari mobil dan segera menggandeng tangan Arsen. Mereka bercakap tentang berbagai macam hal, mulai dari bisnis hingga teman-teman mereka.

"Yang lain gimana kabarnya?"

Arsen mengambil ponselnya dan menunjukannya sebuah foto ke Valerie. Valerie terkejut, "Ghaitsa pramugari, Marvin pilot? Wow."

Arsen tersenyum, "kalau Widya dia udah buka toko bakerynya sendiri. Evran, dokter umum sekaligus ngelanjutin kuliah untuk jadi dokter spesialis bedah kalau ga salah."

Valerie terkejut, teman-temannya tidak ada yang melepas cita-cita mereka dari sma.

"Fix harus kirim lokasinya ke aku, aku mau nyoba roti bikinan Widya."

"Parah harus nyobain, aku selalu pesen ke dia kalau ada yang ultah."

Setelah makan siangnya dengan Arsen, Valerie segera menyandarkan tubuhnya ke kursi kantornya. Ia membuka ponselnya, terdapat satu notif dari Rafael. Valerie mengabaikan pesan Rafael dan segera menghubungi seseorang.

Valerie
Vin, lagi sibuk ga?
Ada yang mau diomongin.

Marvin
Apa tehnya?

Valerie
Kamu ga berubah hahaha,
btw bukan gibahan ya.
Ini penting

Marvin
Sepenting apa? Aku pilot lho,
siapa tau aku lagi ga di jakarta

Valerie
Aku traktir pizza

Marvin
Wah kebetulan aku
di jakarta, besok gimana?
Lusa ada jadwal
terbang lagi nih

Valerie
Oke

"Apa Marvin berubah?"

ValerieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang