9

4 1 0
                                    

"Bentar, jadi kamu mau minta aku ngemata-matain Marvin?"

Rafael dan Julian mengangguk sedangkan Valerie masih bimbang antara iya atau tidak.

"Valerie? Masih ragu ya?"

Valerie menoleh ke Arsen, "gamungkin Marvin ga sih?"

"Kejadiannya kapan dan jam berapa?" tanya Arsen.

Rafael segera menjawab, "27 april, jam tujuh lewat lima belas."

"Val, kita video call-an rame-rame jam enam sampe setengah tujuh kan ya?" Arsen menoleh ke Valerie.

Valerie mengingat-ingat lalu mengangguk, "iya, satu-satunya yang ga ikutan video call cuman Marvin seinget aku."

"Nah udah itu bisa jadi salah satu yang dicurigai," ujar Julian.

Valerie menoleh ke Julian, "tapi ga mungkin dia ada waktu buat sms atau ngirimin aku surat, dia kan pilot."

"Bisa jadi dia kerja sama, who knows?" Rafael mengangkat kedua bahunya.

Valerie membantah, "tapi aku tau Marvin udah lama banget. Ga mungkin, kalau dia kesel sama aku pasti langsung ngomong face to face."

"Iya, Marvin pasti kalau ga suka sama orang langsung ngomong," tambah Arsen, "tapi aku bisa nyoba mata-matain dia."

"Sen."

Arsen tersenyum ke Valerie, "gapapa Val, biar cepet kita nemu orangnya juga. Biar lega kalian," Arsen mengelus kepala Valerie.

Julian dengan cepat menoleh ke Rafael dengan senyuman mengejek, Rafael membalas dengan tatapan tajam.

"Oh iya nanti juga aku fotoin tulisan Marvin, sama atau engga. Aku kirim ke Valerie aja ya?"

"Iya, Valerie aja." Julian menoleh ke Rafael, "menurutmu ada lagi ga yang kamu curigai?"

Rafael menggeleng, "belom sih, kita fokus ke Marvin dulu aja. Sekalian nunggu kamu dapet juga apa engga."

Julian mengangguk, "bener juga."

Telpon Arsen berbunyi, " eh sebentar ya."

"Halo, Bianka? Ada apa? Oh udah pada dateng? Yaudah aku otw," Arsen segera berdiri. "Eh duluan ya, lagi ada acara keluarga."

Valerie penasaran, "Bianka siapa?"

"Ohh, sepupunya kak Trina yang baru dateng dari jepang kalau gasalah. Lusa dateng jam sembilan ya, kamu pager ayu kan? Aku jemput ya."

Valerie tersenyum, "oke, makasih Arsen."

Setelah Arsen pergi, Julian menyenggol-nyenggol lengan Valerie.

"Ekhem cemburu."

Valerie menoyor kepala Julian dengan pelan, "gaje dah."

"Kalau sumpamanya video itu kesebar tindakan kita apa?"

Pertanyaan Rafael membuat Julian dan Valerie terdiam.

"Kalau diliat dari video ini, kita yang salah."

"Oh aku bisa ngecek cctv disana lagi, sebelum waktu kejadian. Siapa tau kita bisa nemu saksi mata," Julian mulai mengotak-atik laptopnya.

"Yes ada, dua orang ini."

Valerie dan Rafael mendekat ke arah Julian.

"Ga familiar," kata Valerie.

"Bentar ya coba aku cek."

"Berarti mereka bisa jadi sanksi mata kalau video yang asli kesebar," kata Rafael.

"Berarti kita harus cepet-cepet temui mereka," tambah Valerie.

"Nah, ketemu nih."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ValerieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang