7

6 2 0
                                    

"Mbak pesen dua box pizza meat loversnya ya."

"Emang beneran gadir," Valerie menghela napasnya.

Valerie menoleh ke ponselnya dan terdapat satu notifikasi dari Rafael.

Rafael
Dimana

Valerie
Di restoran pizza

Rafael
Sama?

Valerie
Kan udah aku bilang, aku mau nanya baik-baik sama Marvin

Rafael
Send location sekarang
atau aku suruh Julian
ngelacak ponselmu

Valerie
...
Serius?

Rafael
Y

Valerie
[Share location]
Puas?

Rafael
Ok

"Woy, Val."

Valerie mendongak, Marvin hanya menggelengkan kepalanya.

"Kamu yang minta ketemu malah aku yang dikacangin."

"Maaf, vin. Btw kapan mau nikahnya?"

"Rencananya sih akhir tahun."

Lalu mereka hening, Marvin menatap Valerie dengan curiga. "Valerie yang aku tau langsung to the point biasanya, hayo ken-"

"Kamu terakhir ke markas kapan?"

Marvin berpikir sebentar, "kapan ya? Tiga bulan yang lalu, bareng Arsen sama Evran. Kenapa?"

"Recently, ganti hape ga?"

"Nah kejadian lucunya, pas tiga bulan yang lalu itu aku, Arsen sama Evran naik bus ke markas ya karena pengen aja gitu," Marvin berhenti sejenak lalu menghela napasnya, "hapeku dicopet."

Valerie terkejut, "serius?"

Marvin mengangguk, "tanya aja Arsen sama Evran."

"Vin, aku boleh ga minta tolong kamu jangan tanya apapun kecuali ngomong iya atau engga, kalau aku tunjukin foto ini."

Marvin bingung, "hah?"

"Janji aja."

"Oke janji."

Valerie menunjukan sebuah foto yang merupakan foto ponsel yabg ia temukan kemaren.

"Lah itu hape lamaku, ketemu di- eh maaf."

"Aku ketemu ini ke kubur di deket markas. Aku janji bakal cerita semuanya setelah ini kelar oke?"

Marvin menatap Valerie dengan penuh tanda tanya, "iya aku percaya, toh aku kan kenal kamu ga baru kemaren."

"Makasih, Vin."

Tak lama pizza pesanan mereka, koreksi. Pesanan Marvin datang, mereka pun akhirnya makan bersama. Valerie tidak terkejut bahwa Marvin dapat menghabiskan satu loyang pizza sendiri.

"Rakus banget bapak pilot yang satu ini."

"Mari dimakan," Marvin tersenyum lebar.

Valerie memutarkan bola matanya, "dasar."

Setelah itu Valerie kembali ke kantornya, ia terkejut melihat Rafael berdiri di dekat meja kerjanya.

"Gimana?"

"Bukan Marvin, ia itu hapenya tapi katanya dicopet di bus pas perjalanan ke markas tiga bulan yang lalu."

Rafael mengangkat alisnya, "yakin banget bukan Marvin?"

Valerie menggeleng, "aku kenal dia dari umur tiga tahun, ga mungkin dia bohong. Nanti aku tanya temenku yang barengannya dia beneran kecopet atau engga."

Rafael mengangguk lalu ia berjalan menuju pintu keluar.

"Raf."

Rafael berhenti melangkah dan menoleh ke Valerie.

"Kamu kesini ngapain sebenernya? Kalau nanya gini doang kan bisa lewat telfon."

Rafael hanya tersenyum dan pergi. Valerie memegangi dahinya, "kenapa sih orang-orang?"

Valerie pun mulai mengeluarkan ponselnya untuk menelpon Arsen.

"Halo, Val? Ada apa?"

"Sen, pertanyaan random. Terakhir ke markas bareng Marvin sama Evran kapan?"

"Tiga bulan yang lalu kayaknya, kenapa?"

"Tadi aku kan ketemu sama Marvin, kita ngobrol dan katanya hapenya pernah dicopet ya?"

"Iyaa, di busway. Mukanya dia pucet pas sampe markas dan dikantongnya udah ga ada hape."

"Oh okay, berarti harus hati-hati ya kalau naik bus?"

Lalu hening, Valerie bingung ingin menanyakan apalagi ke Arsen.

"Valerie, kamu gapapa?"

"Ha? Iya gapapa kok. Aku duluan ya, Sen. Ada meeting bentar lagi."

Valerie mematikan ponselnya. Ia tau bahwa ia tidak bisa berbohong, apalagi kepada Arsen.

"Permisi."

Valerie mendongak saat mendengar seseorang masuk ke kantornya, "iya, Riana. Ada apa?"

"Ini ada surat buat anda."

Valerie menerima surat itu, "makasih, Riana."

Riana mengangguk lalu keluar dari ruangan Valerie. Valerie melihat surat itu. Ia memperhatikan surat itu dan mencari nama perngirim surat tersebut. Tetapi hanya terdapat satu huruf dibagian belakang, huruf X. Valerie membuka surat itu perlahan, terdapat dua buah foto dan satu kertas. Valerie terkejut sampai hampir membuang foto itu. Valerie segera menelpon Rafael.

"Raf, ada yang ngirimin foto."

ValerieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang