[01] Pertemuan Pertama

290 77 46
                                    

Terkadang hanya karena sebuah ketakutan. Kita lupa, bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita sendirian.

⭐🌟⭐

Syelha rasa ia sedang berlari. Kakinya mati rasa karena bergerak terlalu cepat. Ia merasa otot-otot kakinya menegang. Namun masih bisa melangkah panjang dengan segala kekuatan yang ia kerahkan. Tangannya meraba kening yang terasa basah. Keringat membanjirinya. Ia tidak peduli lagi, yang ia lakukan terus berlari menerobos ranting-ranting dan tak menghiraukan apa pun di sekitarnya.

Dia terus berlari hingga tidak menyadari tangannya berwarna merah pekat dengan bau besi yang menyengat. Berlari lagi sekuat tenaga dan secepat yang ia bisa, menerobos ranting-ranting tajam yang menghalangi. Memberikan goresan panjang yang terasa perih namun rasa takut lebih mendominasi. Jika ia berhenti satu langkah saja orang itu pasti menerkamnya. Samar, namun ia yakin orang itu menyeramkan.

Di saat nafasnya tersendat dengan kaki yang masih berlari cepat, ia memberanikan diri menoleh ke belakang. Berusaha menyeimbangkan tubuhnya agar tak jatuh. Orang itu masih mengejarnya bahkan terasa semakin dekat.

Ia kembali berlari hingga luka sobekan di kulitnya terasa perih. Hampir setiap sela pori sekujur tubuhnya mengeluarkan darah segar. Benar-benar menyiksanya. Apalagi orang itu semakin dekat dan hampir saja menggapainya.

Jalanan yang ia pijak sudah tak menentu arah. Kakinya berlari ke mana pun asalkan bisa menjauh dari sosok itu. Hingga pijakan padat yang ia rasakan di bawah kakinya menghilang. Dan gravitasi menariknya masuk ke dalam jurang yang dalam dan gelap. Lalu ia tak merasakan apa pun lagi, pandangannya sudah gelap. Kemudian sebuah tawa menggelegar memenuhi telinganya.

Seperkian detik kemudian ia menghembuskan nafas kasar tak beraturan. Beranjak duduk dan menyibakkan selimut.

Oh mimpi itu lagi.

Ia kembali menghembuskan nafas sekali lagi. Keringat membanjiri tubuh, bahkan membasahi kaus dan bantal yang ia gunakan. Tangannya masih gemetar dan detak jantungn secepat ia berlari dalam mimpi tadi.

Mimpi itu hampir setiap malam menghantui tidurnya. Mimpi yang berulang kali ia alami. Sosok itu selalu mengejar dan seakan ingin membunuh. Terdengar dari tawanya yang menyiratkan kepuasan.

Ia mengucek matanya dan mendapat bulir air di sana. Ia menangis? Dadanya terasa sesak. Mimpi ini selalu membuatnya mengingat masalalu, padahal ia mati-matian menguburnya. Ia mencengkeram selimut dan menangis ketakutan. Lalu sebuah gedoran pintu membuatnya tersentak dan menghentikan tangisnya.

"Syelha!"

Ia mendengar suara Ibu memanggil dari luar kamar. Ia mengerang dan beranjak dari tempat tidur. Selagi merapikan sudut-sudut sprei ke kepala ranjang, ia mengambil waktu sejenak memijit pelipis. Pening tiba-tiba menderanya.

"Syelha!" panggil ibunya lagi.

"Bentar, Bu!" teriaknya sedikit kesal.

Ia tidak boleh menceritakan mimpi itu kepada Ibu. Ibu pasti khawatir. Apalagi saat mendengar bahwa ia mengidap hyperarousal. Hyperarousal merupakan kondisi penyakit yang ditimbulkan dari komplikasi post traumatic stress disorder (PTSD).

Rasa panik yang timbul dari trauma pahit dan menyakitkan dapat menimbulkan efek yang parah. Seseorang yang terkena penyakit ini memiliki trauma panjang. Pada PTSD gejala yang akan dialami adalah gangguan tidur, mimpi buruk sepanjang waktu, jantung berdebar yang dibarengi dengan hal lain seperti merasa kehampaan, dan rasa takut yang amat berbahaya pada diri sendiri.

Lalu ia memutuskan pergi ke kamar mandi. Menyegarkan hati juga pikiran. Ia tidak boleh takut. Mimpi itu tidak boleh menghentikan harinya. Rasa takut itu bisa saja menghantui di setiap tidurnya, namun tidak bisa menakutinya saat ia terbangun dan merasakan sinar mentari.

○●○

Pagi ini untuk pertama kalinya ia menginjakan kaki di Atlantion High School. Syelha gadis berusia 16 tahun berkulit putih dan rambut yang dibiarkan tergerai, sudah berdiri di depan sekolah barunya. Jam di tangan sudah menunjukkan pukul enam kurang lima menit.

Lima menit lagi bel masuk dan ia bersiap menemui wali kelas yang sudah diberitahu sejak beberapa hari yang lalu. Matanya menangkap sosok laki-laki yang tengah memakai kaos futsal berjalan berlawanan arah dengannya. Membaca nama yang tercetak di kaus futsalnya. Ia menatapnya dengan tatapan penasaran. Kenan dengan nomor punggul 10 seakan mengingatkannya pada seseorang. Terasa tidak asing tapi entahlah, rasanya de javu saat melihat laki-laki itu.

Syelha mengikuti langkah gurunya yang berada di depan sembari mengenalkan tempat-tempat yang mereka lewati menuju kelas 11 IPA 4. Ia hanya mangguk-mangguk merespon setiap ucapan gurunya.

Kakinya terasa bergetar saat sudah sampai di depan pintu kelas. Gurunya sudah masuk ke dalam untuk menginformasikan kepada murid lain bahwa kelas mereka kedatangan murid baru.

"Gue pasti bisa!" gumam Syelha penuh semangat saat berdiri di depan kelas, tak lupa tatapan menilai dari teman-teman sekelasnya.

"Silahkan perkenalkan dirimu!" perintah sang guru.

Syelha menghembuskan nafas perlahan.

"Hallo... kenalin namaku Syelha Azure. Panggil aja Syelha. Salam kenal, semoga teman-teman bisa menerima aku dengan baik." ucapnya sedikit gugup.

"Semoga kita jodoh juga nggak apa-apa, Neng." sahut seorang siswa bernama Gino yang tak lain adalah si ketua kelas.

"Huuh...!" seketika kelas menjadi riuh saat Gino mencoba menggoda.

"Sudah-sudah. Syelha, silakan kamu duduk di samping Azlea." guru itu menunjuk seorang gadis yang tengah menatap horor ke arahnya.

Syelha berjalan menuju meja Azlea lalu duduk. Sepanjang ia berjalan hingga sampai di bangku, seluruh pasang mata memperhatikan. Seakan ada yang salah dengan dirinya. Syelha menyimpan tas di atas meja lalu menoleh ke samping, tersenyum kaku ke arah Azlea.

"Gue... Syelha." ia memperkenalkan diri sembari memberikan ularan tangan.

"Iya, lo kan tadi udah perkenalan." jawab Azlea membalas uluran tangan Syelha. "Panggil gue Lea aja."

"Oke." balas Syelha sambil mengeluarkan beberapa buku dan alat tulis dari dalam tas.

"Hantu di koridor bawah ngikutin lo. Lo lagi dapet tamu?" tanya Azlea tiba-tiba.

Syelha mengernyitkan dahi. "Maksud lo?"

"Gue indigo."

Dan seketika itu pula Syelha merasa bulu kuduk di seluruh tubuhnya meremang. Hari pertama sekolah sudah disuguhkan dengan peristiwa horor seperti ini.

⭐🌟⭐


Note : Ini bukan cerita horor yaa.. Azlea emang bisa ngerasain sesuatu hal yang mistis..
Dan sikap ke indigoannya Azlea ini nggak akan sepenuhnya aku ceritain ya! Cuma buat selingan aja, jadi jangan terlalu dibawa serius hehe.

SO! Baca sampe akhir part ya ..

28 April 2020

Circle of Destiny [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang