Entah apa yang sedang semesta rencanakan. Rasanya hari demi hari lebih banyak berjalan 'kebetulan' atas beberapa kejadian yang tengah terjadi.🌟🌟🌟
Happy reading
Selang beberapa menit setelahnya, obrolan basa-basi itu sudah selesai. Bu Ranti izin pamit setelah memberi beberapa wejangan dan semangat berkompetisi.
Sekarang hanya ada mereka berdua di sana. Baik Kenan maupun Syelha, tidak ada yang mau memulai percakapan. Mereka hanya fokus pada pikiran masing-masing. Sebenarnya apa yang harus direpotkan? Entahlah.
"Jadi gimana?" tanya Syelha. Air mukanya tampak terlihat lelah menerima kenyataan.
Kenan mengernyitkan dahi. "Gimana apanya?"
"Kita bakal tetep latihan sampe ada guru penganti? Emangnya guru fisika di sekolah cuma Bu Ranti doang?"
"Bu Ranti pasti lagi cari pengganti yang cocok. Biar bisa maksimal bimbing kita." Kenan berusaha tenang menyikapi keluhan Syelha, kemudian ia menyeruput jusnya yang sudah hampir habis.
"Kenapa nggak guru lain aja? Kan nyari guru pengganti nggak mungkin sebentar." sanggah Syelha masih tidak mengerti.
"Sabar aja kali. Ribet!" dengus Kenan, ia mulai tidak sabaran dengan pertanyaan-pertanyaan mendesak ini.
"Gue males kalo sama lo doang."
Pengakuan Syelha membuat Kenan tersenyum bengis.
"Lo pikir gue enggak?"
Syelha berdecih, kemudian memalingkan wajahnya ke kanan. "Kalo gitu kita belajar sendiri-sendiri aja. Gue udah biasa kok ikut lomba tunggal."
"Nggak bisa! Inget, ini team." elak Kenan, kini ia menatap Syelha tajam.
"Gue tau ini team. Lagian nanti lombanya cuma mencet-mencet bel doang kan? Gampanglah." Syelha bersidekap di dada, tatapan matanya menyiratkan kekesalan di sana.
Kenan menatap Syelha bengis. Wajahnya memanas, padahal ruangan ini sudah dipenuhi AC.
"Mungkin lo anggap kompetisi ini mudah. Tapi lo harus inget satu hal." Kenan memejamkan matanya sesaat. Gejolak di dalam hatinya tengah membara, Syelha yang melihat perubahan wajah cowok itu sedikit terkejut. Memangnya ada yang salah dengan ucapannya?
"Gue nggak pernah main-main kalo udah dikasih tanggung jawab. Gue nggak peduli sepinter apa elo. Gue nggak peduli udah berapa banyak juara yang lo raih. Gue nggak peduli itu.
"Lo harus tau. Nggak ada pemenang sejati yang usahanya cetek. Otak pinter alami tanpa tekad dan kerja keras, nggak ada apa-apanya sama orang yang gigih dan mau berkorban lebih. Oke, lo mungkin udah berpengalaman ngejuarain lomba tunggal.
"Tapi inget, kita itu team. Lo. dan. gue. team."
Kenan menarik nafas dalam. Syelha yang mendengar ocehan Kenan sedikit terperangah, rupanya dibalik sifat menyebalkannya itu ada satu hal yang pantas ditiru. Syelha dapat menilai, bahwa Kenan ini adalah cowok yang bertanggung jawab atas apa pun yang sudah diamanahi. Contohnya saja, ketika Bu Ranti meminta mereka bagi materi. Kenan langsung mematuhinya, sampai-sampai memaksa Syelha. Syelha paham, mungkin Kenan tidak mau mengecewakan gurunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle of Destiny [on going]
Teen FictionSyelha, si gadis manis yang muram, entah sudah berapa kali mimpi buruk itu hadir. Memaksa dirinya yang lagi-lagi terjebak dalam lorong pilu yang mengenaskan. Mimpi itu bahkan merenggut sebagian hidupnya. Juga seseorang yang dengan mati-matian mengi...