[03] Berantem

192 65 28
                                    

Aku benci menduga-duga. Ia tak pasti, hanya menyisakan luka di dada. Omong kosong.

⭐🌟⭐


Syelha kini tengah mengamati deretan-deretan buku yang tersimpan rapi di setiap rak perpustakaan. Ia diminta guru untuk mengambil seluruh buku pelajaran kelas 11, setiap murid di Atlantion harus memiliki buku paket sesuai jurusan yang diambil.

Perpustakaan sekolah barunya ini sangat luas. Sampai-sampai Syelha kebingungan di mana letak buku Fisika yang hendak ia cari, karena hanya buku itulah yang belum Syelha dapatkan. Rasanya kepalanya pening bukan main, tidak mungkin kan jika ia harus menelusuri satu per satu rak buku itu, yang ada waktunya keburu habis. Ia kan hanya diberi waktu sebentar oleh guru.

Syelha tetap berusaha keras meneliti setiap inch rak-rak buku. Sampai akhirnya ia bernafas lega, rak yang menyimpan buku Fisika itu ketemu juga. Tapi sayang, buku itu tersimpan di undakan rak yang cukup tinggi di sana. Bagaimana caranya agar ia bisa mengambil buku itu?

Dilihatnya Ibu penjaga perpustakaan yang sedang sibuk dengan laptop di atas meja, tidak mungkin kalau Syelha tiba-tiba menganggu Ibu itu. Ia sangat sungkan. Sampai pandangannya jatuh pada seorang cowok yang tengah membaca buku di pojok kanan ruangan, kakinya melangkah mendekat ke tempat cowok itu. Semoga saja dia mau membantu.

"Permisi, gue boleh minta tolong nggak?" ia berusaha berinteraksi dengan seorang cowok yang tengah membaca buku di sana.

Ia melambai-lambaikan tangannya tepat di wajah cowok itu. Namun tidak ada respon, mungkin dia sedang fokus membaca.

Cowok itu tiba-tiba saja menutup buku bacaannya, sorot matanya terlihat kesal melihat kehadiran Syelha. Apakah Syelha sudah semenganggu itu? Padahal ia cuma mau minta tolong.

Syelha tertegun, ia baru menyadari bahwa cowok itu bernama Kenan Hito Betaswara, ia membaca namanya dari nametag seragam cowok itu. Si Ketua OSIS Atlantion. Wajahnya tiba-tiba mendongkak dan menatap tajam ke arah Syelha.

"Gue boleh minta tolong nggak?" kata Syelha sekali lagi, ia tidak menghiraukan raut kesal lawan bicaranya.

Kenan menatap Syelha tanpa ekspresi. "Lo bisa naek ke bangku, terus ambil sendiri! Nggak usah ganggu gue." Kemudian cowok itu berlalu pergi dari pandangannya.

Syelha mengernyit heran, apa benar dia itu Ketua OSIS? Sikap dan penampilannya malah lebih mirip kaya anak brandalan. Tidak ada mimik ramah di sana, bagaimana bisa dia jadi ketua?

Seumur hidup Syelha baru menemukan pemimpin seperti Kenan. Mukanya flat abis.

Tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi, mau tidak mau Syelha terpaksa menarik salah satu kursi perpustakaan. Menempatkannya di depan rak dan ia mulai menaiki kursi itu.

Bahkan setelah memakai bantuan kursi, ia masih kesulitan mengambil buku Fisika yang sejak tadi diinginkan.

○●○

Syelha merasa bahwa semua buku yang dibutuhkan sudah didapatkan.

Sekitar enam belas buku, yang masing-masing memiliki ketebal tak kurang dari 300 halaman. Ia mulai menyusun buku-buku itu dan meletakannya di atas pangkuan. Kemudian ia bergegas meninggalkan perpustakaan setelah menandatangani buku pengunjung dan pinjaman buku di meja penjaga perpustakaan.

Entah mengapa, orang-orang di sekolah barunya ini terasa sangat menyebalkan, walau pun tidak semua begitu.

Dihitung-hitung sudah ada tiga kejadiaan yang memuakkan. Pertama, saat seorang siswa menggodanya ketika mengenalkan diri di hari pertama sekolah. Kedua, bertemu dengan orang yang paling menyebalkan seantero Atlantion, siapa lagi kalo bukan si Ketos Kenan. Ketiga, memangku buku pelajaran sebanyak enam belas buah seperti ini.

Berat sekali rasanya beban yang ia bawa. Jarak antara perpustakaan dan kelasnya pun tidak begitu dekat. Mukanya sudah merah karena menahan rasa pegal di tangan.

Kesialannya pun tak sampai di situ. Tiba-tiba saja Syelha menginjak tali sepatunya sendiri kemudian ia tersungkur di atas lantai koridor kelas sebelas, membuat semua buku di pangkuannya berserakan.

Buru-buru ia bangkit dan merapikan kembali buku itu. Untung saja tidak ada orang lain yang melihatnya.

"Sial amat sih!"

○●○

Syelha menghembuskan napas gusar ketika sampai di depan kelas. Rasa malas dan malu mendominasi perasaan. Ketika ia mengetuk pintu dan masuk ke dalam kelas, seluruh pasang mata pasti akan tertuju padanya. Ia membenci hal itu.

Samar-samar Syelha dapat mendengar materi yang disampaikan oleh guru di kelas. Setelah guru itu selesai bicara, kelas terdengar hening. Hingga akhirnya Syelha memutuskan untuk masuk ke dalam kelas.

Benar saja dugaannya tadi, saat ia masuk kelas. Seluruh pasang mata memperhatikannya tanpa kedip, sampai pada akhirnya Syelha melangkah cepat ke tempat duduknya, menghindari tatapan-tatapan itu. Sangat risih jadi pusat perhatian seperti ini.

"Siapa yang bisa jawab?" Guru Fisika yang Syelha ketahui bernama Bu Ranti kembali bicara, dia memperhatikan satu per satu muridnya.

Syelha bisa melihat, hampir seluruh teman sekelasnya menunduk takut. Diantara mereka juga banyak yang sedang berkomat-kamit melafalkan mantra, takut jika disuruh maju ke depan dan tidak bisa menjawab apa-apa.

"Syel lo bisa nggak? Maju gih." pinta Azlea pada Syelha, cewek itu malah terkikik mendapat gelengan kepala Syelha. Padahal sebenarnya Syelha mampu-mampu saja menjawab, tapi ia tidak mau.

"Azlea!? Syelha!?"

Bu Ranti memperhatikan gerak-gerik keduanya. Hal itu sontak membuat kikikan Syelha dan Azlea berhenti. Mereka berdua malah menatap Bu Ranti penuh tanya.

"Kalian maju ke depan!"

Azlea meneguk salivanya sendiri, ia langsung menatap  Syelha, meminta perlindungan. Sedangkan Syelha tidak begitu mempermasalahkan hukuman ini, toh dia bahkan bisa manjawab 100 soal serupa seperti yang ada di papan tulis.

Dengan langkah yang berat bagi Azlea, mereka mulai berdiri dan melangkah ke depan kelas. Kemudian mengambil spidol yang telah disediakan di sana.

Azlea menggigit bibir bawahnya karena sama sekali tidak mengerti jika menyangkut mata pelajaran Fisika. Kalau sudah begini, apa yang harus ia tulis?

Syelha menatap Azlea sekilas, mendadak wajah cewek itu terlihat pias. Sampai-sampai Syelha tidak kuat mau ketawa, wajah Azlea yang panik gini sukses jadi hiburan untuk Syelha.

"Makanya jangan ngobrol terus Azlea. Belajar yang benar." Bu Ranti sedikit membentak, membuat bulu kuduk Syelha meremang. Sama seperti Azlea, Syelha juga belum menulis apa-apa di papan tulis. Ia terlalu asik mengamati mimik Azlea sejak tadi.

"Kamu juga Syelha, jangan mau-mau aja diajak ngobrol. Ini malah sama aja!" lanjutnya.

"Kembali ke meja kalian!" Azlea mulai mundur. Berbalik badan sembari menunduk, berjalan gontai ke arah mejanya. Namum, hal itu tidak dilakukan oleh Syelha. Ia masih setia mematung di depan sana.  Mengambil spidol, lalu dengan mudah menjawab soal tersebut.

"Kamu-"

Syelha menaruh spidol itu. Kemudian berbalik badan menuju tempat duduknya. Jangan lupakan mimik keheranan Bu Ranti yang dibuat tercenggang oleh jawaban Syelha, karena jawaban itu benar sempurna.

⭐🌟⭐

28 April 2020

Circle of Destiny [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang