Semudah itu kah mematahkan hati yang lapang?⭐🌟⭐
🔥Happy Reading🔥
⭐🌟⭐
"Nah... kalo menurut gue, mending kita adain bakti s-"
PROK... PROK... PROK
Semua pasang mata yang berada di ruang OSIS langsung mengalihkan perhatian menuju ambang pintu. Kenan berdiri di sana sambil menyender di kusen, dengan kedua tangan bersedekap di dada.
"Bagus Ghina, bagus!" ucapnya sambil melemparkan tatapan membunuh kepada Ghina.
"Lo nggak ngerhargain gue sebagai ketua OSIS!" lanjutnya sambil berjalan mendekat.
"Lo nggak amnesia kan? Lo masih inget kan jabatan lo itu apa?" tambahnya dengan senyum meledek.
BRAK
Ghina yang sedari tadi asyik diskusi bersama anggota OSIS mulai terbawa emosi saat Kenan datang dan menyinggung posisinya. Ia menggebrak meja dan langsung berdiri, wajahnya merah padam. Sontak saja semua anggota di ruangan itu menahan napas saat melihat kemarahan Ghina.
Hening
Sorot matanya tak kalah tajam menatap lelaki yang berdiri di hadapannya. Ghina berbalik badan dan maju satu langkah hingga jarak mereka hanya terpaut beberapa senti.
"Menurut lo?" sinis Ghina sembari menahan emosi yang hampir membuncah saat ini juga.
"Gue mulai rapat ini karena dari tadi nungguin lo yang nggak dateng-dateng. Lo pikir urusan orang di sini setelah pulang sekolah, cuma rapat OSIS, HAH?
"Harusnya lo mikir! Lo itu ketua OSIS dan harusnya lo bisa memprioritaskan mana yang lebih penting.
"Sekarang gue mau nanya sama lo, dari tadi lo kemana aja sampe kita nungguin lo di sini hampir satu jam? Lo tidur di UKS? Lo mampir ke warung belakang? Lo ngerokok dulu? Lo nongkrong sama geng lo? Lo kemana? Lo mikirin kita nggak?"
Ghina meluapkan semua amarahnya kepada Kenan, membuat semua orang diam membisu. Kenan menatap heran di tempatnya, tak menyangka bahwa Ghina akan seemosi itu.
Jauh di dalam lubuk hati, Kenan menyadari kesalahannya. Sejak bel istirahat pertama, Kenan ketiduran di UKS sampai bel pulang sekolah. Untung saja petugas UKS membangunkannya. Baru saja ia hendak pulang, ia teringat rapat OSIS yang diadakan sepulang sekolah.
"Kenapa lo diem? Lo nggak bisa jawab kan?" bentak Ghina tak sabaran.
"Lo lagi PMS?" Kenan menanggapinya dengan santai, "Udah puas marah-marahnya?" lanjutnya.
Mendengar penuturan Kenan, Ghina semakin emosi. Ia meraih tasnya dan langsung meninggalkan ruangan tanpa pamit. Percuma ngomong sampai berbusa, Kenan tidak akan pernah mendengarkannya.
Ghina menyusuri koridor dengan perasaan dongkol. Dadanya masih bergemuruh karena belum puas meluapkan amarah.
"Argh!!!!!" jerit Ghina saat sampai di toilet wanita, ia memukul salah satu bilik toilet tanpa ampun.
Ghina meninju dinding sampai merasakan nyeri di sekitar kepalan tangan.Ia menuju wastafel, menatap dirinya di cermin lalu menyalakan keran, membasuh wajah. Berharap emosinya mereda.
Setelah menetralkan emosinya, Ghina mengeringkan wajah menggunakan tissue dan mengoles sedikit liptint di bibir. Dia sudah terlalu sering bertengkar dengan Kenan di OSIS, segala umpatan keji dari Kenan biasa ia dengar. Laki-laki itu selalu merasa benar, padahal jelas-jelas dia yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle of Destiny [on going]
Teen FictionSyelha, si gadis manis yang muram, entah sudah berapa kali mimpi buruk itu hadir. Memaksa dirinya yang lagi-lagi terjebak dalam lorong pilu yang mengenaskan. Mimpi itu bahkan merenggut sebagian hidupnya. Juga seseorang yang dengan mati-matian mengi...