Holla kakak, mari mampir. Vote nya kak😚
Saat ini aku sedang duduk di pojok Restoran dengan sibuk stalking sama teman-teman Facebookku. Sesekali aku juga mengkepoi akun bang Reza.
"Maaf, ya mbak. Aku, telat datangnya." suara itu membuat kegiatanku terhenti. Aku mendongak ke arah Leni yang sedang membetulkan duduknya.
"Gak, papa. Mau pesan, apa?" tanyaku.
"Kayak biasa aja," ucapnya. Aku hanya tersenyum dan memesan makanan yang biasa kami makan di sini.
"Mbak, mau ngomong apa?" tanyanya menatapku.
Aku, diam. Aku, tidak tau harus mulai dari mana.
"Mbak ...," panggilnya.
"Eh ... iya."
"Mbak, mau ngomong apa?"
"Aku, bingung Len. Bingung harus mulai dari mana," ucapku menatapnya.
"Pasti tentang bang Reza kemarin kan?" aku mengangguk. Dia menghelas nafas berat dan menggenggam tanganku.
"Mbak, beneran gak kenal sama perempuan itu?" aku menggeleng.
"Aku, tidak mengenalnya. Dan tidak tau siapa wanita itu, rekan kerjanya atau siapa. Tapi, hati aku sakit Len saat lihat perlakuan bang Reza pada wanita itu yang seharusnya hanya padaku," ucapku sendu.
Leni semakin kuat menggengam tanganku, aku yakin dia tau apa yang dirasakan aku saat ini.
"Mbak, udah tanya sama bang Reza?" aku kembali menggeleng.
"Mbak, harus tegas mbak. Tanya sama dia, ada hubungan apa dia sama wanita itu. Aku sendiri tidak percaya kalau mereka hanya sekedar rekan kerja, dari perlakuan bang Reza saja kita udah tau."
Aku meresapi semua ucapan Leni, dia menatapku seakan menguatkan aku yang sedang lemah ini.
"Aku, bukan gak mau nanya Len. Tapi, bang Reza pasti tidak akan mengaku. Sedangkan aku, tidak punya bukti apa-apa. Dia bisa berkelit dengan mudah," ucapku.
Leni, terdiam. Dia tanpa berpikir, dan tersenyum penuh arti.
"Berati mbak harus bisa ngumpulin bukti dari sekarang, biar gak terlambat."
"Aku juga berpikir seperti itu," ucapku.
"Jadi, rencana mbak sekarang apa?"
"Aku akan menyelidiki siapa wanita itu, dan apa hubungan mereka. Tapi, aku butuh dukungan darimu kamu Len. Cuma kamu sahabat dekat mbak," ucapku.
"Itu pasti mbak," ucapnya tersenyum.
Aku tersenyum dan mengajaknya makan. Disela makan, aku sibuk memikirkan cara-cara mencari tahu segalanya.
"Terimakasih, ya mbak traktirannya."
"Seharusnya aku yang terimakasih, karena udah sempetin waktu." dia mengangguk dan tersenyum.
"Mau, aku antar mbak?" aku menggeleng.
Mana tega aku menyusahkan Leni yang sedang hamil ini terlalu banyak, bagaimanapun aku tidak mau terjadi apa-apa sama calon keponakanku itu.
"Yaudah, aku pulang dulu ya mbak. Lain kali ketemu lagi."
Setelah kepergian Leni, aku menulusuri jalan tak tau kemana. Mau pulang, bosan gak ada siapa-siapa di rumah. Mau jalan, gak tau mau kemana.
Aku duduk di salah satu kursi taman, dengan tangan melipat di atas meja.
"Kalau emang bener bang Reza bermain di belakangku, aku harus gimana?"
"Aku yakin dia akan ninggalin aku dan memilih wanita itu. Sedangkan aku hanya bergantung padanya, aku tidak punya penghasilan sendiri."
Aku bermonolog sendiri, walaupun aku tahu keluargaku adalah keluarga yang berkecukupan. Tapi, aku tidak mau menyusahkan mereka lagi dan menghubungkan masalah aku dan bang Reza pada kedua orang tuaku.
Uang belanjaku semuanya dari bang Reza, aku tidak bisa seperti ini. Aku harus siap-siap menerima kenyataan yang akan kujalani kemudian hari.
Tiba-tiba sorotan mataku menangkap sepasang insan yang sedang yang asik bercengkrama saat keluar dari butik yang tidak jauh dari taman tempatku duduk.
Dari sorotan wajah, mereka begitu terlihat bahagia. Bang Reza, ya itu dia. Tanpa sadar kakiku melangkah, mendekati mereka. Saat ingin menyebrang jalan, langkahku kalah cepat hingga mereka telah berlalu menggunakan mobil bang Reza.
"Sialan, gak sadar diri kamu bang. Aku istrimu dan kamu masih sibuk bermain sama wanita lain," ucapku dengan deraian air mata.
"Pantesan kamu bilang pulang agak lama nanti malam," ucapku lemas.
Aku menghentikan taxi yang kebetulan lewat di depanku. Dengan dongkol aku naik ke dalam taxi tersebut, kali ini hatiku benar-benar sakit dan sangat sakit.
Akan kupastikan mereka akan merasakan apa yang aku rasakan saat ini. Akan kupastikan bang Reza akan menyesal, aku tidak bisa lagi diam seperti ini.
Aku segera masuk ke rumah setelah membayar taxi tersebut.
"Siapa wanita itu siapa?" aku hampir frustasi dibuatnya.
"Aku harus ke kantor bang Reza besok dan itu harus, karena aku lemah kamu seenaknya seperti itu dibelakangku bang. Ingat, aku tidak akan lagi diam. Tunggu saja," ucapku dengan seringai serta tawa hambar.
"Kau tidak boleh menangis Mir tidak boleh,kamu kuat." aku menguatkan diriku sendiri seraya mengusap air mata yang menggenang di pelupuk mataku dengan kasar.
Hari ini, aku yakin kemudian hari kalian akan merasakan apa yang aku rasakan. Aku akan bersikap manis pada bang Reza hingga aku menemukan dan mengumpulkan semua bukti.
"Kutunggu kamu pulang, bang."
Aku masuk ke kamar untuk membersihkan diri, tidak ada gunanya lama-lama memikirkan laki-laki yang tidak memikirkan aku.
"Dasar suami gak tau diri, wanita sundal. Kalau dipikir mereka sama-sama gak tau diri," ucapku tertawa.
Makian terus saja keluar dari mulutmu, rasanya aku tidak ingin berhenti memaki mereka.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi bang Reza juga belum menampakkan batang hidungnya.
Tak lama pintu kamar terbuka, melihat itu aku segera menutup mataku dan berpura-pura tidur.
Aku terhenyak saat merasakan sentuhan di kepalaku, serta kecupan singkat. Rasanya aku ingin sekali menampoli bibir yang mencium itu, enak saja sudah bermain di luar sekarang enak-enak saja menciumku. Aku tidak rela, walaupun dia suamiku. Aku tidak rela milikku bersama yang lain.
"Maafkan abang dek, abang sangat mencintai kamu."
Ingin sekali aku memuntahkan makanan yang aku makan sebelum tidur tadi ke wajahnya kalau tidak mengingat aku ini istrinya.
Omong kosong, mencintai tapi menyakiti. Tapi di balik mata pejam itu aku tersenyum miring.
'Kau mencintaiku bukan? Akan kubuat kau merasakan apa yang aku rasakan saat ini, mungkin kau akan lebih tersakiti.' bathinku.
Terimakasih udah sempetin baca.
Selamat menunaikan ibadah puasa.
Komentarnya mak, kaka dan semuanya.
Lanjut apa stop?28April2020
QueenPen
KAMU SEDANG MEMBACA
Permainan Busuk Suamiku (Terbit)
Ficción GeneralJudul di WP: Permainan busuk suamiku Judul di novel: Amira- Air mata kesabaran wanita. Terbit Selingkuh, bukanlah hal yang asing bagi kita. satu kata itu mampu merusak dan menyakiti salah satu pihak korban. Apa gunanya selingkuh jika kita sendiri s...