PBS🥀Sembilan

9.9K 580 10
                                    

Follow dulu sebelum baca kak, jgn lupa vote nya. Please kgn di kacangin. Habis baca kasi votenya, gak bayar kok.

Holla ... apa kabar readers semua? Baik ya, syukur alhamdulillah. Puasanya lancar kan? Alhamdulillah kalau lancar.

Mari mampir, udah lama kan gak up. Lagi gak ad mood, kasi semangatnya dong.

Selamat baca.



Rasanya perutku sangat sakit akibat menahan ketawa sedari tadi. Lihatlah wajah bang Reza yang sangat memprihatinkan bagiku, sekarang dia seperti sosok seorang yang sedang kepergok sedang mencuri saja.

Dirinya begitu gelisah saat berada di butik, apalagi saat pemilik butik tersebut mengatakan dia pernah ke situ.

Dia tidak mengaku? Ya iyalah, mana mau dia ngaku. Bisa-bisa dia akan merasakan yang namanya khitan 3 kali dalam sebulan.

Kejamkan diriku? Yah, begitulah. Aku tidak suka berbagi hal yang sudah menjadi untukku.

Saat di mobil dirinya sedikit lebih rileks dari sebelumnya, keringat yang mengalir di pelipisnya sedikit berkurang.

Kurasa dia sekarang lagi panas dingin, apalagi saat aku meremehkan dirinya dengan menyebutkan wajahnya pasaran.

Walaupun dia suamiku, apa peduliku? Dia saja tidak memperdulikan aku.

Tiba-tiba pikiran ingin mengerjai nya kembali datang, aku melihat ke arah dirinya yang fokus menyetir menuju restoran Nuangsa.

Aku mengambil gawaiku yang kuletakkan di dalam tas. Aku menekan nomor seseorang di sana, tak lama suara begitu nyaring terdengar dari sebelahku.

Aku menatap bang Reza yang baru saja ingin meletakkan gawainya pada telinga. Tak tinggal diam, aku segera mengambil alih handphone tersebut dan mengangkatnya.

Aku merubah sedikit wajahku seperti orang marah dan cemberut, dan menatapnya tidak suka.

"Kenapa, dek?" tanyanya.

Walaupun dia berusaha menetralkan dirinya, aku bisa melihat kegelisahan pada dirinya.

"Kenapa dia manggil abang sayang, ha?" tanyaku.

Dia begitu terkejut dan menggaruk kepala frustasi.

"Kamu ada hubungan apa sama di, ha?" tanyaku lagi.

"Ga--gak ada dek," jawabnya gelagapan.

"Siapa, Valesa?" tanyaku sambil memukulnya. Ini adalah saatnya aku meluapkan kekesalan, aku tau ini hanya akal-akalan tapi inilah waktu memukulnya. Dasar suami sialan, kau membuatku gila saja.

"Karyawanku, dek."

Aku menghentikan pukulan dan mengajaknya pergi ke kantor. Aku tidak mau mendengar alasannya yang penting sekarang dia harus membawaku ke kantor.

Yuhu, akhirnya aktingku berjalan lancar. Kalian tahu mengapa aku melakukan akting ini, alasanku tidak banyak. Hanya ingin mengenali perempuan itu, bentuk dan rupa parasnya membuat bang Reza berpaling. Sehingga dengan mudahnya aku mencari identitas hubungan mereka. Dan segera membongkar rahasia mereka berdua,dan satu lagi kalian pasti bingung bukan dari mana aku mengetahui nama Valesa.

Biar aku jelaskan.

Flashback

[Halo,apa bener ini sekretarisnya bang Reza?]

[Iya,benar. Ini ibu Mirakah?]

[Kau tau saja,walaupu  sudah lama kita tidak ketemu.]

[Pasti nyonya,ada apa?Tumben menghubungi saya.]

[Tidak  ... tidak.aku hanya ingin bertanya padamu.]

[Apa,itu?]

[Apa,kau tau dengan bang Reza selalu keluar apabila jam kerjanya?]

[Saya tidak terlalu mengetahuinya bu,karena tuan Reza pernah memarahi saya saat ingin bertanya dia ingin pergi.Tapi  ....]

[Tapi,apa?]

[Saya selalu melihat salah satu karyawan di sini yang keluar masuk ruangan pak Reza sesukanya.]

[Siapa,dia?]

[Namanya Balesan,buk.]

[Yasudah,terimakasih.lanjutkan bekerja,dan kalau kau tidak keberatan ayok kita ketemu esok.]

[Dengan senang hati.]

Aku mematikan sambungan tersebut, senyum jahat terbit seketika. Valesa, seperti apa wanita itu. Kuyakin dialah wanita yang menjadi orang ketiga tersebut.

Akan kuusahakan mencari tentangmu, wahai perempuan.

Flashback off.







Terimakasih udah sempetin baca. Selamat menunaikan ibadah puasa komentarnya. Jangan di lewatin gitu aja, promosiin dong ceritaku pada teman-temannya kak. Follow +vote nya. Jangan di kacangin aja.

QueenPen
3Mei2020

Permainan Busuk Suamiku (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang