PBS🥀Sepuluh

10.4K 613 13
                                    

Holla ketemu lagi ama aku😍

____________________________________

Mobil kami memasuki ke area parkiran kantor bang Reza. Aku menatap sekeliling kantor tersebut, melihat para karyawan yang berlalu lalang.

Aku keluar dari mobil diikuti oleh bang Reza yang nampak was-was. Aku berjalan di sampingnya, dengan senyum miring.

"Selamat siang, tuan, nyonya," sapa seorang karyawan yang sedang berjalan melewati kami.

"Siang," jawabku tersenyum ramah.

"Cepatlah bang, lama amat jalannya. Atau abang emang sengaja memperlambat jalannya," ucapku sinis.

"Gak kok dek, kaki abang lemes aja." dia tampak memegang lututnya.

'Alasan, dasar lelaki. Udah tau lemah, mengapa kau masih mau melakukan ini.'

"Lemah amat kamu bang," ucapku terkekeh dan memasuki diri ke dalam lift.

Dia mengikutiku dan memejamkan matanya. Wajahnya begitu mengasihankan, bang Reza sudah persis seperti orang yang mempunyai penyakit parah. Kemana, bang Reza dulu bang Reza yang kuat?

Di dalam hati aku mengumpat sendiri,bisa-bisanya masih ada rasa kasihan pada orang yang telah melukai yang di dalam sana.

Sapaan karyawan terus saja kami dapatkan, mereka terlihat sangat ramah padaku.

Aku membuka pintu ruangan bang Reza dan membiarkannya terbuka sampai bang Reza juga masuk ke dalamnya.

"Panggil yang namanya Valesa bang," ucapku sambil menduduki bokong ini ke pada kursi kebesarannya.

"Mereka lagi kerja dek, nanti aja." dia menatapku sendu.

Hais ... ada apa dengan kamu bang. Kalau memang benar kalian tidak ada apa-apa mengapa kau harus seperti ini. Tatapanmu itu sungguh membuat hatiku tidak tega atau lebih tepatnya tatapanmu itu adalah tatapan minta dikasihani.

Biarlah aku sekarang tertawa di dalam, ada masanya aku yang tertawa di luar melihat menderitanya kalian berdua.

"Abang, kenapa sih? Kayak takut gitu adek lihatnya," ucapku berdiri dan berjalan mendekati dirinya yang masih setia berdiri.

"Atau emang benar, abang ada hubungan yang tidak mengesankan."

Aku menarik bang Reza duduk, dan menatapnya dalam. Dia membalas tatapanku, sungguh bang aku merindukan ini.

Sudahlah! Ini bukan saatnya bermain-main.

"Gak kok dek, abang cuma setia sama kamu. Jangan berpikir aneh-aneh deh," ucapnya memalingkan wajah.

"Oh ya? Adek tidak main-main bang dengan ucapan adek, jika kamu ketahuan selingkuh. Akan adek buktikan ucapan adek kemarin," ucapku pelan ditelinganya.

Dia bergidik ngeri, ingin sekali aku tertawa keras saat melihat ekspresinya. Mungkin dia sekarang, lagi membayangkan bagaimana rasanya khitan 3 kali dalam sebulan.

Yang benar saja aku ini, hahaha. Mana berani aku mengkhitannya, bisa-bisa mati dia.

"Kalau abang tidak mau memanggilnya, biar adek saja." aku berlalu membuka pintu ruangan tersebut tapi suaranya lebih dulu menghentikan niatku.

"Biar abang aja dek," ucapnya.

Aku membalikkan tubuhku menghadapnya.

"Bagus deh, aku juga malas. Cepetan bang," ucapku menyuruhnya.

Turun tangan buat memanggil wanita itu, yang benar saja. Rasanya ogah sekali, buat ngeluarin suara hanya untuknya.

Aku kembali duduk pada kursi kebesaran bang Reza sambil menunggu wanita itu datang.

Tok ... tok ....

"Masuk," ucapku.

Tak lama pintu terbuka dan menampakkan sosok wanita cantik, seksi, dengan badan yang biasa saja tapi menarik. Percuma menarik kalau hanya mampu menggoda suami orang.

Aku tersenyum tipis kepadanya, dan mempersilahkan dia duduk.

"Kau tahu, mengapa aku menyuruhmu ke sini?" tanyaku yang dibalas gelengan olehnya.

"Tidak nyonya," ucapnya berusaha tersenyum.

Wajahnya tidak jauh beda dengan bang Reza, pucat tapi masih bisa ditutup. Dia kelihatan lebih tenang dari bang Reza.

"Aku hanya ingin curhat dengan kamu," ucapku yang membuat dia menautkan alis.

"Karena aku dengar dari salah satu karyawan di sini kami selalu keluar dengan bang Reza," sambungku.

Dia melototkan matanya, dan dengan cepat menetralkan diri. Dia begitu terkejut akan ucapanku, pasti dia bingung bagaimana aku bisa mengetahuinya.

"Jadi, apa kau tau. Kemana bang Reza pergi jika siap bekerja?" tanyaku.

Dia menggelengkan kepala dan tersenyum tipis dan sangat tipis.

"Saya tidak tau nyonya, ada lagikah? Kalau tidak ada saya ingin kembali bekerja," ucapnya yang mulai bekeringatan.

Hei, wanita. Kau di sini di gaji, bisa-bisanya kau tidak sopan seperti itu.

"Kau di sini di gajikan?" tanyaku menatapnya tidak suka.

"I--iya," ucapnya.

"Jadi, mengapa kau tidak sopan seperti itu pada istri atasanmu?"

"Maaf, nyonya."

"Ya, kali ini saya maafkan."

Aku menatapnya yang menunduk, dasar sundal. Sudah tau tidak pemberani, masih saja ingin bermain denganku.

"Kau tau, kurasa suamiku itu sedang berselingkuh." aku menatapnya yang melihat ke arahku sekilas.

Aku tersenyum puas, saat melihat dia ketakutan.

"Saya tidak tau nyonya," ucapnya.

"Ya, benar kau tidak tau. Tapi aku hanya meminta pendapatmu," ucapku.

"Apa kau tahu, wanita yang berani bermain dengan suamiku itu bukan wanita biasa. Melainkan seorang sosok wanita iblis, yang tidak  punya hati. Karena apa? Ya, karena dia sama-sama wanita. Tentu dia tau bagaimana sakitnya diselingkuhi," ucapku  memutar kursi yang kududuki ke arah belakang. Menatap bangunan-bangunan yang terlihat besar di luar sana.

"Asal kau tahu, aku berencana memotong leher si wanita itu. Jika aku tau siapa dia," ucapku.

Dia hanya diam, aku tahu dia sekarang bergidik ngeri dan mengataiku di dalam hati.

"Dan mengkhitan bang Reza 3 kali, apa itu ide yang bagus?"tanyaku keras sambil memutar kembali kursi ini.

Dia tampak begitu terkejut, wajahnya yang awalnya cantik dihiasi make up, kini berubah menjadi gusar dan pucat.

"Saya tidak tau nyonya, saya permisi dulu nyonya. Banyak tugas yang harus saya siapkan," ucapnya berdiri dan meninggalkan aku.

Aku tertawa terbahak-bahak di dalam sana saat melihat ekspresi kedua orang yang sedang kukerjai hari ini.

"Senang curhat denganmu, kuharap kita bisa ketemu lagi dilain waktu. Tolong kasi tau aku jika kau menemukan perempuan itu, mau aku POTONG lehernya," ucapku dengan menekan kalimat potong.

Dia hanya mengangguk dan tersenyum sekilas.
Dasar wanita tidak sadar diri, udah digaji masih saja kegatelan. Bukan dia saja yang tidak tau diri, tapi suamiku itu juga begitu.

Dua manusia yang sangat sialan, berani-beraninya menyakiti orang lain di atas kesenangan mereka.

Tapi, sebentar. Di mana bang Reza? Kenapa dia gak juga kembali?

Yuhu masih nunggu Bang Reza gak sih?

Follow dan vote sebanyak-banyaknya ya. Biar tambah semangat.

5Mei2020
QueenPen

Permainan Busuk Suamiku (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang