Aku menggeleng. "Hamil dari mana orang kamu belum nyentuh aku, Mas!" Sindirku ketus lalu duduk di atas kasur.
Mas Ian bergerak menghampiriku. "Saya kan cuma tanya. Bukan nuduh. Lagian saya juga nyadar diri belum apa-apain kamu." ucapnya lugas lalu duduk disampingku.
"Apa bedanya. Sama aja menurut aku. Mas ngomong gitu seakan nuduh aku hamil sama orang lain. Iya kan?" Aku mendelik menatap tajam ke arahnya. Sontak Mas Ian gelagapan sendiri.
"Bukan begitu, Mas cuma takut saja."
"Takut aku selingkuh gara-gara gak di sentuh kamu, Mas?"
Mas Ian mengangguk. "Saya minta maaf. Airin." Mas Ian meraih tanganku.
"Gak usah pegang-pegang." tukasku kesal lalu menepis tangannya.
"Jadi kamu mual kenapa?"
Aku memejamkan mata. Dua tahun berumah tangga. Hal kecil yang aku tidak suka, Mas Ian sama sekali tidak tahu...
Ya, aku sadar. Karena selama ini Mas Ian terlalu sibuk hidup di luar rumah dibanding di dalam rumah. Pergi pagi, pulang malam hari. Jelas! Hal seremeh ini pun dia tak akan pernah tahu. Apalagi hal besar yang selama ini aku harapkan dia juga sama sekali tak menginginkannya.
Mau di bawa ke mana sebenarnya tujuan menikah ini? Apa iya aku harus berdiam diri tanpa melakukan sesuatu? Atau menyerah di tengah jalan? Tidak-tidak. Aku harus tahu penyebab dan alasan yang sebenarnya kenapa Mas Ian enggan menyentuhku. Iya. Aku harus mencari tahu kebenarannya. Dengan caraku sendiri.
"Airin?" Mas Ian merenggut kembali kesadaranku.
"Kecambah. Aku gak suka kecambah." gumamku lalu berlalu keluar.
Hari ini seperti biasa Mas Ian bekerja. Aku mengetuk-ngetuk jari telunjukku di atas meja makan. Memikirkan beragam cara agar bisa membuka tabir yang selama ini ditutupi rapat olehnya.
Sebagai perempuan masa kini. Aku tak boleh payah ataupun bodoh. Oke! Dua tahun aku mencoba bersabar atas nama cinta. namun kali ini. Aku tak bisa dibohongi oleh suamiku sendiri. Aku harus bergerak lebih cepat mencari seseorang untuk bisa mendiskusikan perihal kegundahan perkara ini.
Senyum di bibirku merekah, saat aku mengingat nama sahabatku, Eni. Iya, cuma dia satu-satunya yang bisa dipercaya dan bisa di ajak kerja sama.
Sore hari. Eni datang ke rumah. Kusiapkan berbagai macam camilan kesukaannya. Kami duduk di ruang tamu lalu berbicara ke sana ke mari sebelum aku menceritakan maksud dan keinginanku.
"Uhuk ... Uhuk!" Eni tersedak saat baru saja aku merincikan kisah malang nasib rumah tanggaku.
"Afwan. Duh! Ana kaget ... sumpah!" ucapnya seraya meneguk air yang baru saja kusodorkan.
"Gak apa-apa, En. Sudah kuduga kok." ucapku santai sambil melahap kue pancake ke dalam mulut.
"Ana prihatin sama anti. Airin. Tapi kalau menurut ana....," Eni tampak memikirkan sesuatu. Matanya menerawang ke atap langit.
"Lebih baik anti pancing dulu. Bisa jadi Mas Ian orangnya gak terbuka. Jadi intinya anti lah yang harus agresif. Misal, anti dandan atau pake baju yang seksi seperti lingerie kalo ada. Nah ana yakin pasti Mas Ian tergoda. Biasanya suami ana sih begitu,"
Aku tertegun. Mencerna ucapan Eni. Mungkin bisa jadi iya, Mas Ian menginginkan hal semacam itu, namun selama ini aku kurang peka. Sepertinya saran dari Eni harus kucoba nanti malam. Meskipun aku harus menanggung malu karena untuk pertama kalinya menggoda suami sendiri terlebih dulu. Tapi cuma ini cara satu-satunya agar keinginanku segera terwujud.
"Anti punya gak, baju lingerie?"
"Baju seksi tidur itu," tanyaku sambil mengingat-ingat. Eni mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALI KEDUA
RomanceMeniti dua tahun menikah, Arbian tak pernah menyentuh istrinya. Hingga satu rahasia besar pada akhirnya terkuak, yang membuat Airin ingin mengakhiri pernikahannya. Highrank# 1 Air Mata 31 Okt 2020 2 jatuh cinta 2020