Enam

208 28 4
                                    

"Kenapa, nak?" tangan yang mulai timbul banyak urat itu menggenggam punggung tangan anaknya. Ada goresan yang tidak kecil disana,luka nya masih basah.

"Gapapa." Yang diajak bicara spontan menarik ujung lengan baju nya menutupi luka.

"Mamah gak pernah kasar kan? Ada luka yang timbul karena mamah?"

Niko menggeleng.

"Jangan lukai dirimu sendiri. Semua terlihat sulit dan terkesan kejam karena kamu belum tau apa yang sebenarnya terjadi." jelas sang ibu.

"Iya." Ia mengangguk sambil tersenyum. "Mamah udah makan?"

- - - - -

"Bengong aja!" tepukan Nadya di pundak Mela menyadarkan nya dari lamunan.

"Ke kantin gak?"

"Nggak ah, males."

"Lollipop deh,nanti dibeliin Mifta."

"Bener ya?"

Nadya mengangguk sebelum menarik tangan temannya keluar kelas untuk menuju kantin menyusul Mifta yang sudah terlebih dahulu pergi.

"Mif, bayar ya. " mata Mela berbinar penuh harap memeluk setumpuk permen gagang ber warna warni.

"Hah? Apa apaan! Gua gak ada bilang mau bayarin lu." protes Mifta.

"Tadi Nadya bilang." Mela pamit tanpa permisi meninggalkan Mifta dengan tanggung jawab mendadak nya.

"Ngerampok tu cewek." ujar Mifta mengeluarkan sejumlah uang kertas dari dompet nya. "Nih pak."

"Kenapa si Mel?" tanya Nadya hendak menyeruput kuah soto di hadapannya.

Mifta mengangguk sependapat. "Cuma ditinggal absen sehari aja galau.Gimana coba,kalo nanti Kak Niko udah lulus?"

Mela menempelkan lollipop di bibir manyun nya. Teman teman nya seperti tidak paham saja bagaimana rasanya menyukai cowok satu sekolah. Memang nya salah jika merasa khawatir?

"Hai, Mela." cewek berambut coklat kehitaman sepinggang menghampiri meja yang diduduki Mela dan dua sahabat nya.Tubuh tinggi semampai itu tampak sempurna bahkan saat duduk di kantin. Gadis cantik itu tidak sendiri, tentu bersama gerombolan nya.

Kelembutan daging ayam, bihun dan bumbu di kuah soto terkunyah sempurna dalam mulut Nadya sampai ia tersedak karena tak menyangka 'Putri Sekolah' duduk di meja yang sama dengannya.

"Air, nad?" Mifta menyodorkan sebotol air mineral.

"Hmm, ga boleh duduk disini ya?" Junia menyelipkan rambut ke belakang telinga dengan mimik bertanya.

"Oh. Iya, boleh kak, ada apa?" tanya Mela antusias.

"Weekend  depan sibuk ga?"

Mela bergumam, bola mata nya mengarah ke atas coba mengingat-ingat apa yang akan di lakukannya minggu depan "Kayaknya nggak sih, kenapa?"

Senyuman yang dihiasi lesung pipit segaris dibawah mata menghiasi wajah gembira gadis itu. Kedua tangan Junia bertepuk kecil, kegirangan mendengar jawaban Mela.

"Kalo gitu, gua duluan ya." pamit nya. Senyum manis nya tetap merekah bahkan setelah meninggalkan kantin.

"Kenapa dah?" Mela menatap dua sahabat nya kebingungan.

Mifta hanya mengendikkan bahu sebagai jawaban.

🎓🎓🎓

Sepertinya langit kurang bersahabat, ia terlihat lebih murung sore hari ini. Karena itu Mela dan teman-temannya segera kembali ke rumah masing-masing sebelum langit menyerang mereka dengan tangis nya.

Cinta Putih Abu Abu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang