Lima

264 33 0
                                    

"Jadi tadi kamu ngapain di situ?"

Saat jam istirahat tiba, Mela dipanggil ke ruang merah usai insiden di gudang OSIS tadi.

Sebenarnya ia senang bisa hadir di sini, diajak bicara oleh wakil ketua OSIS yang diidamkannya. Tapi jika hal tersebut ditindak lanjuti, itulah yang membuatnya jadi berat.

"Pelanggaran seragam itu langsung berurusan sama staff  sekolah, kamu ngekadalin ap-"

"Mana mungkin saya berani, guru-guru kan bukan kadal hehe."

Mendengar itu, Niko hampir dibuat naik pitam. Berani sekali adik kelas satu ini bicara begitu di depannya-meledek guru.

"Plus pelanggaran adab, selalu memotong pembicaraan orang. Udah berapa puluh poin pelanggaran kamu seandainya bisa dicatet."

Mela tersenyum, ia tak akan pernah bosan melihat wajah tampan di hadapannya ini. Ekspresi apapun akan tetap terlihat tampan di wajahnya.

"Iya deh Kak maaf, kita damai aja. Jangan dibawa ke guru-guru."

Mela mengacungkan kelingking nya. "Oke?"

Niko mengerutkan dahi, sungguh tidak habis pikir dengan cewek ini. Hal serumit itu bagaimana mungkin bisa didamaikan hanya dengan jari kelingking?

"Saya udah laporan sebelum kamu minta damai, maaf ya." Niko balas mengacungkan kelingkingnya, meledek.

Mela memelas seraya menurunkan jari kelingking. Ia berpikir, poin pelanggaran saat ini cukup untuk membuatnya dapat SP. Dan kalau itu terjadi siapa yang akan datang ke sekolah? Mika pasti enggan.

"Kak Niko saya traktir mi ayam kantin deh, gimana? Sama soto juga boleh." Mela asal berceloteh.

"10 menit lagi jam istirahat selesai, kamu bisa ke kantin kalo laper. Saya nggak, makasih." Niko meninggalkan Mela setelah melemparkan senyum manisnya.

- - - - -

"Abangg ...." rengek Mela seperti anak kecil minta dibelikan balon.

"Males banget sumpah, sekolah lu isinya cewek genit."

"Enak aja. Sembarangan, jamet!" jitakan kecil mendarat di kepala kakak laki-lakinya.

"Gua juga sekolah Mel, gak bisa."

"Kan, kata Bu BK boleh pas jam istirahat."

"Lu pikir sekolah gua ke sana cuma kepleset nyampe?"

"Bang ... terus gimana huu ...."

"Liat besok deh."

Tak menjawab, Mela memasang wajah memelas lengkap dengan puppy eyes-nya seraya tetap memohon pada pemuda berkelopak mata ganda itu.

"Udah malem, tidur." Mika meninggalkan adiknya yang masih memelas di belakang.

- - - - -

Mela gigit jari perkara abangnya yang tak kunjung nampak, ia sudah menunggu hampir setengah jam di ruang BK. Kalau-kalau urusan ini diperpanjang, bisa gawat dia diskors dari sekolah dan menghalanginya untuk melihat Niko selama beberapa hari.

"Natasha, bagaimana?" Sri—selaku guru BK—menarik sudut bibirnya, terkadang menyenangkan melihat murid kacau gelisah.

"Abang saya pasti dateng kok Bu, tenang aja." 

Tak sampai satu menit, yang dinanti pun tiba. Mika datang dengan baju seragam yang setengahnya sudah lepas dari kukungan celana abu-abu dan sebuah tas kecil yang disangkutkan di bahu. Untuk kedatangan formal ke sekolah adiknya, tampilan seperti itu sungguh tidak rapi dan tidak pantas ditiru.

Cinta Putih Abu Abu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang