Empat

374 40 3
                                    

Tok tok tok!

Tok tok tok tok tok!!

Suara ketukan pintu berhasil memecah suasana tegang diantara Mela dan Sisil.

"Huh ... selamat gue dari tatapan maut Sisil." Mela bergumam.

"Tatapan apa?"

"Hah? Nggak. Gak apa apa."

"Gue denger." jawab Sisil menunjukkan ketajaman pendengarannya.

"Buka pintu nya tuh." perintahnya setelah memalingkan wajah.

"Ok, Bu Bos!"

Sementara Mela menuju pintu untuk membukanya, Sisil bergegas ke atas menuju kamarnya.

Begitu sampai di depan pintu, sebelum membukanya Mela sudah bisa menebak siapa yang ada di luar. Kenop pintu yang ribut menandakan bahwa dia adalah—

"Woi! De! Sisil? Bukain pintu dong ...." siapa lagi yang mengetuk pintu sebrutal itu jika bukan Mika?

"Iya iya, sabar." Mela memutar anak kunci di lubangnya.

Satu, dua. Kunci pintu terbuka.

Dua orang berseragam putih abu-abu berdiri menunggunya. Mika tidak sendiri, gadis berambut coklat di belakang abangnya tersenyum. Itu Reta, pacarnya.

"Halo Mela!" sapanya dengan senyum ceria.

"Hai Kak, ayo masuk." Mela membuka pintu lebih lebar mempersilakan ia masuk.

Tunggu, rasanya ada yang aneh ....

Oh! Sisil!

Mika berdeham "Gue tuan rumah ni mon maap. Jad-"

Mela yang menyadari hal itu segera menutup pintu untuk kemudian memberi tahu sepupunya. Dengan langkah jenjang Mela menaiki tangga menuju kamar  Sisil.

"Sil! Sisil! Sumpah!"

"Apaan si?"

"A-abang." Mela masih mengatur nafas.

"Kenapa Bang Mika?"

"Dia. Balik. Bareng. Doinya."

"Hm, terus?" ujarnya tak acuh.

"Bentar, K-Kak Reta?!" Sisil terkejut setelah beberapa detik otaknya baru mengelola informasi.

Mela membalas dengan anggukan.

"Duh! Mel kalo dia sampe liat gua, mau ditaro dimana nih muka?! Malu yang tadi masih belom ilang."

"Sisil, lo gak usah turun. Nanti gua cari alesan biar kalian gak ketemu." Mela memegang kedua pundaknya upaya meyakinkan.

"Lo emang sepupu gua paling baik di dunia, Mel. "

- - - - -                 

Mika menatap layar laptopnya dengan serius, tak lupa ditemani Sang Kekasih di sisi. Ini alasan mereka pulang bersama ke rumahnya, katanya ingin merevisi beberapa kalimat untuk drama teater yang akan ditampilkan sekolahnya.

"Mmm ...." Mika memegang dagu sambil mengernyitkan dahi.

"Kamu beneran bakal ngelakuin ini sama Juan?" tunjuknya ke kalimat yang dimaksud.

"Itu udah paling mendingan loh, cuma peluk doang."

"Cimi pilik diing." ledek Mika yang dibalas pukulan pelan di wajahnya.

"Mela ke atas ya, hehe." ujar Mela mencoba menghindar dari situasi tersebut.

"Eh, bentar. Sisil mana?"

Cinta Putih Abu Abu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang