Taeyong dengan cepat menyembunyikan testpack itu dibawah baju didalam lemarinya. Sambil berjalan pelan menuju ranjangnya Taeyong berpikir bagaimana cara memberitahukan kepada kekasihnya. Taeyong sangat takut jika sang kekasih tidak menerima kehadiran anak mereka. Dan bagaimana juga cara memberitahukan kepada kedua orangtuanya. Ya Tuhan tenggelamkan Taeyong sekarang juga.
"Apa yang harus kulakukan Ya Tuhan?" ucap Taeyong sambil mengigiti kukunya. "Ah! Aku harus memberitahu dan meminta saran kepada Ten." Taeyong dengan cepat mengambil ponselnya diatas nakas, dan menelpon sahabatnya itu. Taeyong menunggu dengan gugup. Bunyi sambungan telpon berdering cukup lama, bahkan sangat lama bagi Taeyong.
Tuutt
Tuutt
Tuutt"Halo Taeyongie!" akhirnya diangkat juga.
"Halo Ten, apa kau sibuk ?" tanya Taeyong dengan cepat.
"Tidak, ada apa?"
"Bisakah kau kerumahku sekarang? Ada yang ingin kubicarakan."
"Baiklah, aku juga sedang bosan dirumah. Sebentar lagi aku sampai."
"Baiklah hati-hati Ten." tutup Taeyong.
*****
Tak lama seseorang membuka pintu kamar Taeyong, dan itu adalah Ten sahabatnya yang paling Taeyong sayangi, yang bernama panjang Chittaphon Leechaiyapornkul. Panjang bukan ?
Taeyong melamun dan tidak sadar kedatangan Ten, Ten yang melihat akan hal itupun merasa heran. "Ada apa dengan si gila ini? Apakah ia kerasukan setan? Tapi kan dianya sendirikan adalah setan? Bagaimana bisa kerasukan? Masa setan kerasukan setan." batin Ten tidak jelas."Hei! Ada apa denganmu?" ujar Ten
"Astaga, kau mengagetkanku!" Taeyong memegang dadanya karena terkejut dengan kedatangan Ten yang tiba-tiba. Padahal dirinya saja yang tidak menyadarinya.
"Kau tidak kesurupan siang bolong begini, kan?" Ten berkata sambil memegang dahi Taeyong. Merasakan suhu tubuh sahabatnya itu, apakah panas atau tidak.
"Kurang ajar! Aku sedang memikirkan sesuatu." dengus Taeyong.
"Jangan berpikir terlalu keras, otakmu itu tidak cocok digunakan untuk berpikir." Ten mengelus kepala Taeyong dengan raut wajah kasihan. Ten merasa kasihan dengan otak seperempat Taeyong yang dipaksa untuk berpikir oleh pemiliknya.
"Untung kau itu sahabatku, jika tidak aku akan melemparmu dari jendela kamarku!" ucap Taeyong kesal.
"Hahaha, apa yang kau pikirkan hah? Tumben sekali kau berpikir seserius ini. Biasanya kan otakmu jarang terpakai." ucap Ten sambil membaringkan tubuhnya pada ranjang.
"Ten, kau tahu kan selama ini aku mempunyai rahim." Taeyong berkata serius tiba-tiba dan mengabaikan perkataan Ten. Taeyong memandangi wajah Ten.
Mendengar itu Ten memiringkan badan menghadap Taeyong, "Tentu saja aku tahu bodoh! Bagaimana bisa aku tidak tahu tentang itu!" ucap Ten jengah.
"Ternyata benar aku bisa hamil Ten." ucap Taeyong pelan sambil mengigit bibirnya.
"Ya itu karena kau memiliki rahim tentu saja kau bisa hamil. Kau ini bagaimana sih?!" kesal juga Ten lama-lama menghadapi Taeyong.
"Aku serius Ten, aku hamil." ucap Taeyong pelan menatap wajah Ten sendu.
"Ohh kau hamil." Ten berkata acuh sambil menelentangkan badannya.
Taeyong menatap Ten. "Aku bilang aku hamil, Ten."
"Iya aku mendengarmu. Kau ham----HAAAAHHHH KAU HAMIL??!!!ANAK SIAPAAAA?!!! SIAPA AYAHNYA?! KATAKAN PADAKU!!!" Ten merubah posisi dengan cepat menjadi duduk dan berteriak heboh dengan wajah bodohnya yang ingin sekali Taeyong tampar! Oh sungguh! Mengapa Ten sangat berisik?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mon Destin (JAEYONG) ✔️
Romance{COMPLETE} "You're Mon Destin" •JaeyongArea. •BxB •Homophobic? Jangan mampir ya~