Chapter 24

82 25 11
                                    

WARNING
Read doang ❌
Vote doang ❌
Read + vote ✅
Read + vote + comment ✅✅
Read + vote + comment + follow ✅✅✅
--------------------------------------------------------------

Menjelang tengah hari kedua sisi trotoar di kawasan Ashmore mulai dipenuhi warga. Beberapa lelaki terlihat memanjat tangga yang disandarkan pada dinding-dinding toko atau apartemen sambil menarik tali yang sudah dihiasi bendera-bendera kecil bergambar burung elang emas di bagian tengah dengan latar belakang warna putih dan merah membujur.

"Sedang apa mereka?" tanya Hayley beberapa langkah setelah meninggalkan kafe. Kepalanya menengadah, mengamati seorang pemuda yang sedang mengikat bendera dari jendela apartemennya.

"Menghias kota. Hari Senin nanti adalah hari kemerdekaan kami," jelas Dom.

Sebuah kendaraan yang di bagian belakangnya mengangkut bertumpuk-tumpuk bunga melintas di samping mereka perlahan, berhati-hati agar muatannya tak tumpah ke jalan.

"Dan juga akan ada pawai," Dom melanjutkan. "Mau menonton? Aku bisa menemanimu."

"Benarkah? Yeah, I'd love to." Tanpa berhenti memperhatikan sekelilingnya, Hayley berkata lagi, "Sejak tiba di kota ini beberapa minggu yang lalu, aku belum sempat melihat-lihat."

"Jadi, apa yang kau lakukan sejak kedatanganmu di sini?"

"Setiap pagi berjalan dari apartemen ke kafe Jonah dan menulis, lalu kembali ke apartemen, memasak dan makan siang, lalu menulis lagi sampai malam."

Dom terkekeh. "Boring."

"Apa yang bisa kulakukan? Aku di sini karena agenku membiayaiku. Ini investasi bagi mereka. Aku sudah diultimatum untuk menyelesaikan novelku pada waktu tertentu. Dan semua ada batasnya. Kalau aku melewati batas itu, hancurlah aku."

"Setidaknya kau bisa mengosongkan satu atau dua hari untuk mengenal tempat yang baru. Tak ada orang yang bekerja terus menerus. Lagi pula, agenmu tak akan tahu," desak Dom.

"Yeah, sounds good."

"Sungguh?" Sepasang mata Dom membulat, nyaris tak percaya. Semudah itu?

"Ya, mungkin dengan melihat-lihat, aku bisa dapat inspirasi."

"Good thinking."

"Tapi kau tak sungguh-sungguh, 'kan, tentang pria tadi? Anti West?" tanya Hayley membelokkan topik pembicaraan mereka.

Dom terkekeh geli saat merasakan kekhawatiran gadis yang melangkah di sampingnya. "Who knows?"

"Memangnya apa yang akan mereka lakukan padaku?" gadis itu bertanya lagi. "Jangan bilang, seperti yang Ridgeway lakukan dulu. Karena ia tak tampak seperti Ridgeway."

Dom tergelak renyah. "Ia tak harus terlihat seperti Ridgeway untuk bertindak seperti Ridgeway," sahutnya kemudian.

Hayley berdecak. "Berhentilah menakutiku. Aku masih harus tinggal lebih lama di sini," gerutunya.

"Relax. Tak ada yang membedakanmu dengan warga East, kecuali kau berteriak..." Dom membentuk tangannya seperti corong di kedua sisi mulutnya, lalu, "'Hei! Aku adalah...'"

Sontak, tangan Hayley melayang ke arah mulut pria itu dan membekapnya. Sementara Dom malah semakin tergelak di balik tangan gadis itu, gelak yang teredam. Membuat Hayley terpaksa menyeretnya ke tepi, hingga mereka merapat pada dinding salah satu bangunan. Di situ, Dom baru berusaha melepaskan diri.

"Kukira di kafe tadi kau bilang kau tak takut," godanya dengan sisa tawanya.

"Siapa bilang aku takut?" Mulut Hayley mengerucut.

Tawa Dom tak berlanjut. Melihat Hayley begitu dekat membuatnya... Apa yang kurasakan ini?

Tiba-tiba saja tangan Dom menarik lengan Hayley hingga posisi Dom yang mulanya merapat di dinding digantikan oleh Hayley. Dan tanpa seizin gadis itu, ia melesat memagut bibir mungilnya, begitu dalam hingga membuatnya sesak.

Hayley memang tak pernah menduga seorang pria yang baru dikenalnya, menciumnya dengan tiba-tiba. Tapi ia tak punya kuasa untuk menolak. Sebaliknya ia malah menikmatinya. Dan kalau ia boleh meminta, ia berharap Dom tak segera melepas pagutannya.

Sayangnya, keinginannya tak sejalan dengan keinginan Dom. Lelaki itu menarik kepalanya beberapa senti menjauh dari wajah Hayley. Napasnya begitu memburu hingga Hayley dapat merasakan embusannya.

"Di mana apartemenmu?" desis Dom.

Tangan Hayley yang menjinjing tas laptop bergerak menunjukkan arah. "Setelah tikungan," jawabnya terengah dengan detak jantung berpacu.

✔The Ghost (A Story Behind Conspiracy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang