Brother Complex 5 : Free Trip

76 13 4
                                    

Jillian menatap benda di tangannya dengan gelisah. Sedari tadi dia hanya memandanginya.

Bagaimana tidak? Jillian kaget bukan main ketika ayahnya memberikan sebuah paspor, visa dan tiket pesawat kepadanya semalam setelah perbincangan kaku itu.

Dua minggu lagi libur musim panas akan tiba, itu artinya ada waktu satu setengah bulan dia memiliki kekosongan jadwal kuliah.

Pikirannya terus mengulang perkataan sang ayah semalam. Begini kira-kira;

"Aku akan memberimu waktu untuk berpikir, perbaikilah hubunganmu dengan Ibumu. Dia sedang terpuruk saat ini, dia sangat merindukanmu. Jika kau berpikir Kristina tidak pernah peduli padamu, maka kau salah besar, Jillian. Ibumu selama ini terus memantau keadaanmu melalui aku." Jillian mengerutkan alisnya.

"Apa maksudmu?"

"Pergilah, ke Rusia. Pergunakanlah waktu liburanmu kali ini agar lebih bermanfaat dan kau bisa dekat lagi dengan Ibumu. Aku memintamu untuk menyingkirkan egomu sejenak. Cepat atau lambat kau harus menerima kenyataannya, Jilly." Michael menyerahkan sebuah amplop coklat pada Jillian.

Perempuan itu menerimanya dengan cepat, membukanya dan menemukan dua buah buku kecil di dalamnya.

"Pasport and visa," gumam Jillian. Michael mengangguk membenarkan.

"Hanya untuk satu bulan, Jillian. Setelah itu kau boleh bebas melakukan apapun yang kau inginkan, motor baru? Aku akan memberikannya, jauh lebih bagus dari Rockiemu akan aku berikan, asal kau mau pergi, itu syaratnya." Michael dengan penuh harap memandang Jillian.

"Kenapa kau sangat peduli padanya, Dad?  Dia sudah jelas-jelas meninggalkan kau, meninggalkan aku. Jangan bilang jika kau masih belum bisa melupakannya." Jillian membuang muka ke arah televisi. Tenggorokannya tercekat, sampai setitik air mata lolos begitu saja dari ujung matanya.

"Bagaimanapun dia dan aku pernah menjadi satu dalam sebuah ikatan, Jilly. Dari sanalah kami mendapat seorang anak perempuan yang amat manis dan menggemaskan. Dengan pipinya yang merah dan gemuk, aku sangat mengingat saat-saat itu, ketika kau masih bayi. Jilly kecilku yang manis." Suara Michael berubah parau.

"Eww, Itu terdengar sangat menggelikan di telingaku. Jangan kau lanjutkan, Dad, kumohon," ucapnya dengan nada yang dibuat-buat tak suka. Padahal hatinya merasakan sebaliknya, dia ingin mendengar kisah itu lebih lanjut.

Michael tertawa, tawa yang sumbang. "Baiklah, aku tak menerima penolakan apapun darimu, Jillian. Kau harus pergi menemui Kristina, bukankah akan menyenangkan? Kau akan bertemu dengan kakak dan adikmu yang lainnya disana, untuk pertama kalinya, bukan?"

Jillian mencebik dan berkata, "Ralat, Ayah. Kakak dan Adik tiri! Lagipula aku tak minat untuk menemui mereka jika bukan karena perintahmu yang sudah seperti titah raja, aku bisa apa?!"

"Ingat baik-baik, Dad! Aku mau melakukannya karena ingin Rockieku kembali, bukan karena hal lain apalagi menemui keluarga suami baru Mum!" lanjut Jillian.

Michael terkekeh dan berkata, "Terserah kau saja, yang penting kau menemui Ibumu, Jilly."

Jillian memijit tulang di antara kedua matanya, dia tengah bimbang saat ini. Ia sibuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi jika dia pergi menemui ibunya.

Akankah ibunya masih seperti yang dulu?

★ ★ ★

"Aku harus bagaimana, Nancy?" tanya Jillian pada wanita bertubuh gempal itu. Kali ini Jillian melakukan rutinitas hariannya, menemui Nancy.

"Turuti saja perkataan Ayahmu, sayang. Bukankah itu bagus? Hitung-hitung bisa sekalian liburan gratis musim panas. Dan kau akan bertemu lagi dengan Ibumu dalam waktu dekat, coba kau ingat kapan terakhir kali kau bertemu dengannya?" Nancy menatap Jillian dengan satu alis yang terangkat.

Jillian menggigit bibir dalamnya, ingatannya mencoba menggali kenangan terbaru dengan Ibunya. "Its about 5 years ago? On Christmas eve. Dia datang bersama Sergei, ke London, menemui aku dan Ayah untuk pertama kalinya. Saat itu pula aku melihat wajah Ayah yang menahan penderitaan melihat keduanya, secara tersirat."

Nancy tersenyum, mengelus puncak kepala Jillian. "Kau masih menyalahkan perceraian kedua orang tuamu? Listen to me, Girl, you gotta move one, as soon as possible! Sekarang Ibumu sudah bahagia dengan keluarga barunya, Ayahmu bahagia denganmu bersamanya."

Jillian menggeleng keras, senyum sinis terbit di wajahnya. "Mustahil, Ayah dan aku tak pernah memiliki kebahagiaan itu, Nancy! Setiap harinya saja selalu bersitegang, dia Ayah yang buruk semenjak bercerai dengan Kristina."

"Dear, stop calling out your own Mother, with just a name. Bagaimanapun dia Ibumu," gertak Nancy.

"Maaf, aku tak sengaja," ucap Jillian seraya menyunggingkan seulas senyum jenaka pada Nancy. Sedangkan Nancy cuma bisa menggeleng pasrah dengan kelakuan perempuan itu.

Brother Complex Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang