Brother Complex 9 : Anastasia & Konstantin

60 5 1
                                    

Masha datang sambil berlari kecil ke arah Jillian dengan tawa lebarnya. Di belakangnya dua orang berjalan mengikuti Masha dengan wajah yang tak bisa Jillian deskripsikan. Seorang remaja lelaki dan perempuan.

"Jilly, ini Anastasia dan Konstantin, adik tirimu. berkenalanlah dengannya, Mama harap kalian bisa akrab." Jillian mengelus lengan Jillian diiringi senyum semringah tercetak di wajahnya.

Jillian menatap kedua anak remaja ingusan di depannya dengan tatapan penuh penilaian. Dari ujung kaki hingga atas kepala. Tak ada yang menarik bagi Jillian.

Anak lelaki itu tiba-tiba berceletuk dengan aksen bicara yang aneh saat berbicara dalam bahasa Inggris, "You must be Jelly, right?" Anak lelaki itu tersenyum menyeringai.

"Its, Jilly. Not, Jelly!" Gertak Jillian berusaha menahan rasa ingin memukul kepala bocah laki-laki itu.

"Oh, sudah ganti rupanya."

"Apanya yang ganti!" Jillian berteriak kesal, sedangkan Konstantin malah terkekeh senang.

"Ekhem! Kostya. Prekrati eto, ty ochen' grubyy! (kostya hentikan itu, itu sangat tidak sopan!)" Sergei menatap Remaja lelaki itu dengan tatapan tajam dan tegas.

"Prosti, Papa (maaf, Papa)," ucap Konstantin sambil menunduk, mencoba untuk menahan tawanya.

"Can you both just talking in English, please? I don't even understand what y'all talking about! (Bisakah kalian berdua berbicara bahasa inggris? I bahkan tidak mengerti apa yang kalian berdua bicarakan!)" Sela Jillian melihat interaksi kedua orang di depannya itu.

"Im sorry, Jillian. Maklumi jika bahasa Inggris kami tidak begitu bagus," ucap Sergei.

Jillian menyilangkan lengannya di depan dada. "Terserah aku lelah."

"Kau tidak sopan sekali pada orang tua!"

Jillian mengernyitkan dahi mendengar celetukan Anastasia alias Nastya. "Kau menyindirku?" balas Jillian.

"Menurutmu?" Nastya ikut menyilangkan lengannya di depan dada dan mengangkat dagunya terkesan angkuh.

"Cih, angkuh sekali kau anak kecil," ucap Jillian dengan nada penuh penekanan.

Sedangkan Kostya diam-diam tertawa sambil menyenggol lengan saudari perempuannya yang nampak menahan amarah. Kostya berbisik di samping Nastya, "A child!"

"Im not a child! (Aku bukan anak-anak!)" Anastasia berteriak dengan suara melengkingnya.

★ ★ ★

Jillian menatap seisi ruangan yang tak begitu besar di depannya. Dia bahkan sungkan untuk melewati ambang pintu ruangan yang akan menjadi kamar sementaranya itu.

"Mum, are you serious? Ini bahkan tidak layak untuk disebut kamar, kecil sekali. Bahkan kamar mandi di rumah Ayah lebih besar dua kali lipat dari ini."

Kristina mencoba untuk menahan rasa kesalnya. Ingin sekali dia memarahi sikap keterlaluan putrinya itu, tetapi sekali lagi dia tahu jika ini bukan salah Jillian juga, perempuan itu terlalu lama hidup penuh kemanjaan.

"Jillian, Ibu mohon untuk kali ini saja. Tolong jangan kau tunjukkan rasa tidak sukamu pada keluarga Sergei dengan terang-terangan. Aku tahu kau masih marah padaku, tetapi kumohon jangan lakukan itu. Secara tak langsung kau juga menyakiti perasaanku." Kristina menunduk, merasa begitu bersalah.

Jillian sendiri paham maksud ibunya, dia tidak bodoh. Namun, bukankah itu rencana yang dia buat saat akan kemari? Tak akan membuat keluarga tirinya hidup tenang saat ada dia disana. Biarkan dia jadi biang masalah selama berada di rumah Sergei. Anggap saja ini balasan atas kekesalannya pada ayah dan ibunya yang bersikap egois selama ini.

"Kau sepertinya sangat menyayangi keluarga barumu, Mum?" Jillian masuk dan berjalan kecil sambil menatap tiap sudut ruangan.

"Of course i did because they're my family too," ungkap Kristina. Jillian tak menggubrisnya dan malah kini merebahkan dirinya di atas kasur dengan posisi tengkurap dan menyumpal telinganya dengan earphone. Tak memedulikan Kristina yang masih ada disana.

Kristina hanya bisa menghela napas panjang. "Baiklah, kau pasti sangat lelah. Aku akan keluar."

★ ★ ★

Sebuah sedan hitam berhenti di depan pelataran rumah milik Sergei. Tak lama munculah seseorang pria dari balik pintu kursi kemudi.

Pria itu mengenakan celana jeans berwarna biru dan kemeja yang dibalut dengan outer mantel berwarna cokelat muda. Tidak luput topi baseball yang ia pakai menambah kesan sporty.

Pria itu berjalan menuju pintu utama rumah Sergei. Memencet bel yang ada di samping pintu, tak sampai dua menit pintu dibuka dari dalam.

Anastasia muncul dari balik pintu dengan wajah terkejut, dia bahkan sampai menutup mulutnya menggunakan kedua telapak tangannya. Menahan jeritan yang hendak keluar dari mulutnya.

"Skuchayesh' po mne, huh? (Merindukanku, huh)" ucap lelaki itu sebelum Anastasia menubruknya dengan pelukan yang amat erat.

Brother Complex Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang