Brother Complex 7 : Privet!

84 12 29
                                    

8 jam kurang lebih waktu yang Jillian tempuh selama perjalanan. Perempuan itu menghabiskan waktunya di dalam pesawat dengan tidur. Sampai seorang wanita yang duduk di sebelahnya membangunkannya ketika pesawat sudah mendarat di bandara internasional Demodedovo, Moskow. Jillian mengangguk dan tersenyum kepada wanita di sampingnya.

Jillian mengerjap-ngerjapkan matanya dan segera beranjak dari kursi kabin pesawat setelah membereskan barang-barangnya.

Ini baru pertama kalinya Jillian menginjakkan kaki di negeri beruang merah itu, saat dia sudah memasuki area bandara mendapatkan kembali koper dan barang-barangnya. Dia cuma bisa menengok ke kiri dan ke kanan.

Dia menyeret koper dan tas kecilnya dengan susah payah, tak ada yang membantunya tentu saja saat ini.

'Aku benar-benar sudah tidak tahan, dimana Mum dan Sergei berada saat ini! Aku bahkan lupa bagaimana wajah Ayah tiriku itu, arghh," rutuknya.

Matanya terus mencari-cari seseorang yang sangat dia harapkan untuk muncul saat ini. Di tengah kerumunan orang, rasanya sangat menyebalkan. Ditambah dia mulai merasakan pening di kepalanya.

"Kurasa aku mengalami jet lag, gosh!"

Saat Jillian hendak berjalan menuju bangku terdekat, sekilas dia mendengar suara seseorang yang memanggil namanya walau samar.

Jillian celingukan sampai dia merasa pusing sendiri melihat manusia yang berlalu lalang di sekitarnya.

Sampai ketika dia melihat anak kecil yang berlari menghampirinya.

"Privet, dobro pozhalovat. Priyatno poznakomit'sya! (Halo, selamat datang. Senang bertemu dengan anda!)" ujar anak kecil itu, Jillian hanya melongo sepsrti orang idiot karena tak paham apa yang gadis kecil itu bicarakan.

Pikiran Jillian sudah mengarah pada hal-hal yang tidak ia kehendaki. Jangan-jangan gadis di depannya adalah anak yang terpisah dari orangtuanya!

"Hey, Girl. You can speak English? Umm, Angliyskiy?" Gadis itu melebarkan matanya dan mengangguk.

"Apa kau tersesat? Dimana orang tuamu?" tanya Jillian.

Lalu, gadis kecil itu berbalik ke belakang dan menunjuk ke arah kerumunan orang. Dan saat itulah wajah Jillian menjadi masam, melihat orang yang sangat familiar baginya.

"Yang benar saja," gumamnya.

"Welcome to Russia, sister. Im Masha," tukas gadis itu dengan senyum sangat lebar. Jillian hanya bisa tersenyum canggung.

"Hai, Masha, aku Jillian," ujar Jillian. Raut  muka tak percaya tercetak jelas di wajahnya, masih mencerna apa yang baru saja terjadi.

Well, ternyata dia memiliki seorang adik yang menawan? Rasanya dia ingin mencubit pipi anak kecil di depannya itu. Demi apapun dia sangat lucu!

"Jillian! Syukurlah," perhatian Masha dan Jillian teralih pada dua orang yang baru saja bergabung dengan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jillian! Syukurlah," perhatian Masha dan Jillian teralih pada dua orang yang baru saja bergabung dengan mereka.

"Bagaimana bisa kalian membiarkan anak kecil berkeliaran di tempat umum seperti ini?" Jillian langsung menyodorkan pertanyaan sinis pada ibu dan ayah tirinya.

"Tidak, bukan begitu. Masha berlari begitu saja saat kami sedang mencarimu bersama-sama," ungkap Kristina, ibu Jillian masih dengan napas yang tersengal.

"It's doesn't make any sense. Bagaimana bisa dia mengenaliku? kami bahkan tidak pernah bertemu sebelumnya." Jillian terkekeh.

"I know you very well, because i have this." Gadis itu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya.

" Gadis itu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku celananya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Itu adalah sebuah foto. Foto Jillian lebih tepatnya. Mulut dan mata Jillian terbuka lebar saat ini.

Bagaimana dia bisa memiliki fotoku? Pikirnya.

Seketika ucapan ayahnya beberapa waktu lalu kembali menyeruak.

Oh great! Tentu saja karena diam-diam Ayah menjadi penyalur informasi tentangku untuk Ibu.

Jillian memutar bola matanya. Menatap ibu dan Ayah tirinya. "Bisakah kita lamgsung pergi ke rumah kalian? Aku sangat lelah saat ini, rasanya aku ingin muntah!"

Kristina segera merengkuh bahu Jillian dan mengusapnya. "Tentu sayang, kita akan pergi sekarang. Kumohon jangan muntah disini."

"Lewat mana?" tanya Jillian. Sergei menunjuk ke salah satu pintu keluar bandara.

Tanpa memedulikan apapun lagi Jillian mendekati Sergei dan berujar, "Tolong bawakan tas dan juga koperku, aku sudah tidak tahan lagi." Tanpa mau mendengar respon Sergei, Jillian buru-buru meninggalkan ketiganya disana. Kristina dan Sergei hanya bisa saling menatap.

"Kumohon, maklumi sifatnya," ucap Kristina pada Sergei disertai senyuman tipis.

"Tentu saja, dia anakku juga, Tina." Sekarang Kristina dan Masha berusaha mengejar Jillian yang berjalan tak jauh dari mereka.

Sergei sekarang sendirian, menatap tas dan koper Jillian. Dia menghela napas pasrah dan menenteng barang-barang itu dengan perasaan tak habis pikir. Anak tirinya itu bahkan tidak ingin sekedar berbasa-basi ataupun menyapa dirinya sejak tadi.

Brother Complex Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang