Brother Complex 1 : Coinscident?

156 24 28
                                    

🔥 Roses are red, Writing is hard 🔥
🔥Please show me your appreciation if you like this story, thank you so much y'all🔥

★ ★ ★

Jarum jam tangan milik Jillian sudah menunjuk pada angka sembilan malam lebih tujuh belas menit. Masih dengan perasaan kesal, gadis itu mengendarai Rockie, motor kesayangannya dengan kecepatan yang bisa membuat orang serangan jantung.

Hingar-bingar lampu jalanan kota london nampak terang benderang. Ia melajukan Rockie menuju sisi lain dari kota metropolitan ini. Knightsbridge adalah tujuannya. Hanya memakan waktu kurang dari dua puluh menit, dia sudah sampai ke tempat tujuan.

Di depan sebuah rumah dengan pagar besar bercat hitam, Jillian menghentikan Rockie. Tanpa perlu disuruh, security itu langsung membukakan pintu gerbang ketika Jilian membuka kaca helm yang ia pakai.

Ia segera memasukan Rockie ke dalam pelataran rumah besar yang dikelilingi oleh taman dan tanaman hias itu. Kemudian memarkirkan Rockie tak jauh dari sebuah mobil sedan hitam yang sepertinya baru saja di pakai.

Jillian berjalan menuju pintu utama rumah, menekan bel yang berada tak jauh dari pintu. Butuh waktu beberapa kali untuk pada akhirnya pintu dibuka dari dalam.

"Kenapa lama sekali? Dimana Adriaan?!" gertaknya pada seorang pelayan wanita yang sudah sangat Jilian kenal, Edith.

"Mr. Adriaan, dia sedang tak ingin di ganggu, Miss. Dia memberitahukanku bahwa dia sedang tidak menginginkan bertemu dengan siapapun saat ini. Le-lebih baik anda kembali lagi besok, lagipula ini hampir larut malam." Edith berbicara dengan terpatah-patah. Jillian mengernyitkan dahinya.

"Omong kosong, aku kekasihnya. Saat ini aku sedang membutuhkan bantuannya Edith. Biarkan aku masuk."

Tangan Edith menghalangi jalan Jillian, membuat gadis itu bertanya-tanya.

Ini aneh, tidak biasanya Adriaan memerintahkan hal konyol semacam ini. Enggan bertemu dengan siapapun? Dia bahkan tidak mengangkat teleponku.

"Kau kenapa, sih? Apa masalahmu?!Biarkan aku masuk." Edith menggeleng, wajahnya sangat pias ditambah keringat yang terlihat jelas membanjiri wajahnya.
Wanita berusia setengah abad itu masih setia menahan Jillian untuk tak melewati pintu.

"Apa ada sesuatu yang terjadi pada Adriaan?" tanya Jillian penuh selidik.

Jillian mencoba untuk tidak bersikap brutal  pada wanita tua itu. Adriaan sangat menghormati pengasuh masa kecilnya ini.

"He's already sleep, Miss. Im so sorry, to not allowing you to get in." Sungguh tidak masuk akal Edith!

Omong kosong apa itu tadi? Bahkan, biasanya aku bebas keluar masuk rumah Adriaan karena lelaki itu yang memintaku untuk bersikap selayaknya ini rumahku sendiri. Lalu, sekarang apa?

Tentu saja ada yang tak beres disini, Edith menyembunyikan sesuatu dari Jillian, begitulah otak gadis itu bekerja.

Jillian memutar otak, bagaimanapun dia tidak akan menyerah begitu saja, Adriaan tidak pernah marah jika Jillian menginap di rumahnya. Dan tidak mungkin juga Jillian pulang ke rumahnya malam ini, gengsi perempuan ini terlalu tinggi untuk itu.

"Baiklah, aku akan kembali besok," ucap Jillian.

Dapat Jillian lihat wajah Edith yang berubah menjadi senang, rasa cemas di wajahnya seolah lenyap.

Ini benar-benar mengerikan, pikirnya.

Pikiran Jillian melayang ke arah yang aneh-aneh. Bagaimana jika sebenarnya jika Edith adalah salah satu anggota komplotan perampok yang selama ini mendekam dan menyamar sebagai pelayan di rumah keluarga Adriaan?

Brother Complex Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang