"Lita...!!!" panggil seorang siswi, berteriak.
"Ya," balas Lita, berlari kecil menghampiri siswi tersebut.
Hari ini tanggal 28 Desember. Jam menunjuk pukul 14.30. Dimana bagi Dewan Ambalan kegiatan ekstrakurikuler pramuka tetap dilaksanakan. Guna mempersiapkan kemah.
Lita merupakan salah satu anggota dari organisasi ini, yang mana saat ini seluruh anggotanya sedang bersiap-siap untuk kegiatan kemah yang diselenggarakan pada malam tahun baru, tiga hari lagi.
"Kamu sudah selesai membuat lampion pramukanya, Ta?" tanya siswi itu begitu Lita sampai di hadapannya, Lisa namanya.
"Belum, Lis," balas Lita, menggeleng.
"Kamu itu gimanasih, Ta?!" Geram Lisa sebab kemalasan Lita.
Lisa merupakan ketua Dewan Ambalan angkatan 78, angkatan Lita.
"Acara perkemahannya tinggal tiga hari lagi loh. Kalau kamu begini terus, kamu akan mengacaukan acara ini," beber Lisa tentang akibat dari kecerobohan Lita.
"Yah.., di pending aja lah acaranya," balas Lita, santai dengan tatapan datar dan bahu terangkat.
"Kamu gila?! Acara ini wajib dilakukan oleh siswa. Dan hari yang paling sesuai ya malam itu, malam tahun baru."
"Ya tinggal dimundurin satu hari kan bisa."
"Hmmm...," Lisa menggeram marah. Sebelum ia melayangkan telapak tangannya pada pipi Lita, ia menghembuskan nafas, menahan emosinya.
Kini Lisa menatap mata Lita dengan tatapan yang benar-benar dingin. Meski begitu, Lita kebal terhadap tatapan dinginnya itu.
"Lita, ikut aku yuk!" ajak Lisa dengan intonasi lebih ramah. Lisa membalik badan, lalu mulai melangkah menuju suatu tempat.
Tak ada pilihan lain. Lita terpaksa mengikuti langkah Lisa. Dia kini sedikit merasa bersalah sebab telah membuat ketua angkatannya marah, membuat Lisa menjadi marah.
Lisa menuntun Lita hingga sampai di ruangan organisasi pramuka yang terletak di dekat ruang kelas 10 IPS 4, di ujung belakang sekolah.
"Sekarang, kamu selesaikan lampionmu!" perintah Lisa seraya menunjuk kearah kerangka lampion bermotif tunas kelapa yang masih berserakan di lantai.
Lita meneliti kerangka-kerangka lampion tersebut. Kini ia sadar kalau kerangka-kerangka ini bukan hanya tugas dirinya, sebagian tugas anggota yang lain.
"Heh, Lis, ini bukan jatahku doang. Ini ada jatah yang lain juga," ujar Lita.
"Selesaikan!" Balas Lisa, tegas.
"Gak bisa begini dong, Lis," keluh Lita.
"Yang lain sudah membantu banyak. Menyiapkan lokasi, mengumpulkan kayu bakar, menyiapkan peralatan untuk game. Tapi kamu, kamu belum ngapa-ngapain," Lisa membeberkan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh anggota lain selain Lita.
"Tapi, yah...," Lita menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal, "..kalau gini aku pasti--"
"Lakukan!" Bentak Lisa, memotong ucapan Lita.
Lita segera duduk di lantai, di dekat kerangka-kerangka lampion. Dia tidak memiliki pilihan lain selain merakit kerangka-kerangka ini menjadi lampion.
"Buat sampai selesai. Aku akan nunggu kamu disini," jutek Lisa. Dia hanya berdiri di depan pintu, menunggu Lita menyelesaikan lampionnya.
"Oke," balas Lita dengan ribuan unek-unek jelek menumpuk di hatinya.
"Ketua kampret. Padahal dia cuma modal presensi doang. Paling dia juga gak ikut bantu, hanya pacaran sama wakil ketua angkatan," gumam Lita, diikuti dengan helaan nafasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story from The Last Dragon (Kisah dari Naga Terakhir)
FantasyEntah dari mana, sekerlap cahaya jatuh dan mendarat di tengah kebun. Mengetahui peristiwa ganjil tersebut, Lita pergi memeriksa lokasi jatuh cahaya, ikut memasuki kebun yang rindang, yang tak jauh dari tempat semulanya merenung. Sejak ratusan tahun...