Perjalanan awal Lita, Adil, dan Snowla masih disuguhi taburan bintang di langit gelap. Tak hanya di langit, ada juga bintik-bintik cahaya di daratan, cahaya lampu yang berhasil menembus ventilasi rumah, menandakan sudah ada yang beraktivitas di hulu pagi.
Lita menoleh, melihat Adil yang membonceng di belakang. Tatapan Adil seakan mengatakan wah sebab dirinya baru pertama kali terbang dengan seekor naga.
"Kamu senang?" Tanya Lita di tengah wah-nya Adil.
Adil menatap Lita yang berada di depannya. Sebelah alisnya naik beberapa saat kemudian.
"Harusnya kamu sudah tahu tanpa perlu bertanya," balas Adil, tatapannya kini menjadi datar.
Lita nyengir, merasa kalau balasan Adil itu benar. Ia mengetahui kalau sebenarnya Adil sedang terkejut, tapi dia tetap menanyakannya.
"Oh iya, Ta," kini Adil mengangkat bicara.
"Hm?" Gumam Lita, sebagai tanda kalau dirinya memperhatikan.
"Kira-kira kita mau pergi kemana ya?" Tanya Adil.
"Di dunia para naga, di arah barat, di balik matahari terbenam."
"Memangnya tempat seperti itu ada?"
Lita mengangkat bahunya, "aku hanya merasa kalau tempat itu beneran ada."
"Gimana kalau tidak?"
Lita diam sejenak, matanya melihat Snowla yang fokus mengamati jalanan.
"Aku akan membawa Snowla ke pulau terpencil tak berpenghuni," jawab Lita.
"Berarti kamu sama saja menyiksa piaraanmu kan, itu sama saja kamu mengkarantinanya selama sisa hidupnya di pulau itu," beber Adil.
"Lebih baik seperti itu daripada dia harus berakhir di tangan pemburu tamak Riki Hunter," resah Lita.
"Kamu merasa menyiksa lebih baik daripada membunuh langsung?" Tanya Adil.
Lita hanya diam dengan kepala tertunduk dalam.
"Padahal aku kira ka..,"
Tik... .
Kalimat Adil terhenti karena merasakan setetes air menimpa pipinya.
Adil mengusap titik air yang menimpa pipinya itu. Ia menatap langit, namun langit masih tampak gelap bertabur bintang, cerah tak berawan.
"Aneh, padahal gak ada awan. Atau jangan-jangan embun kali ya," gumam Adil.
Adil kembali menoleh ke depan. Pupilnya seketika menciut, terkejut melihat ada bercak basah di jilbab Lita, menandakan bahwa air telah berlinang meninggalkan noda basah.
Mungkin itu adalah air mata Lita yang kemudian terdorong oleh tekanan angin sehingga menimpa pipi Adil.
Sadar kalau pembicaraannya tadi telah menyakiti Lita, Adil merasa bersalah.
"Lita..," lirih Adil, "ma..," belum genap kalimat Adil, siku Snowla telah melayang dan menghantam keras badannya.
"Aww..!!" Keluh Adil. Ia mengintip Snowla yang menjadi tunggangannya.
Adil terkejut karena tatapannya bertemu dengan mata tajam Snowla. Ia sadar kalau sikuan dari Snowla ialah kode untuk membuatnya tidak melanjutkan pembicaraan.
Adil kembali ke posisi semula dengan keadaan bungkam, tidak mengajak Lita berbicara lagi.
Hening, hanya itu yang menjadi orang keempat dalam perjalanan pertama mengantar Snowla pulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Story from The Last Dragon (Kisah dari Naga Terakhir)
FantasyEntah dari mana, sekerlap cahaya jatuh dan mendarat di tengah kebun. Mengetahui peristiwa ganjil tersebut, Lita pergi memeriksa lokasi jatuh cahaya, ikut memasuki kebun yang rindang, yang tak jauh dari tempat semulanya merenung. Sejak ratusan tahun...